Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Berita Tempo Plus

<Font color=#FF0000>Gering Setelah <Font color=#FF0000>Banyak Begadang </font>

Prevalensi insomnia di Indonesia tinggi, namun dianggap bukan ancaman pada kesehatan. Padahal dampak kebiasaan susah tidur ini sangat beragam, dari diabetes, gangguan otak, hingga kematian. Usaha penyembuhannya pun masih disepelekan.

10 Mei 2010 | 00.00 WIB

<Font color=#FF0000>Gering Setelah <Font color=#FF0000>Banyak Begadang </font>
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kalau terlalu banyak bega dang, muka pucat karena darah berkurang....” Pesan raja dangdut Rhoma Irama dalam lagu Begadang itu layak dicamkan. Begadang, kurang tidur pada malam hari, tak hanya memicu kantuk atau loyo pada siang hari, tapi juga me ngundang segudang masalah kesehatan mental dan fisik. Insomnia sudah menjadi ”gaya hidup” manusia mo dern yang didera stres dan timbunan pekerjaan. Bahkan tak sedikit orang yang justru butuh melek sepanjang malam.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus