Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KARTIKA, 45 tahun, khawatir dengan berat badan yang berlebih. Ia beranggapan perempuan dengan tinggi 160 sentimeter dan berat 61 kilogram itu kebanyakan lemak. Ia merasa dirinya gemuk, lalu pikirannya pun menyimpulkan: kelebihan lemaklah biang keladinya.
Sabtu dua pekan lalu, ahli ilmu diet dan konsumsi lemak dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Ratna Djuwita, memaparkan hasil penelitiannya tentang lemak sebagai sumber kesehatan. Dari penelitian kesehatan dasar, ia mendapati, secara kuantitas, konsumsi lemak masyarakat Indonesia sudah cukup, tapi masih kurang secara kualitas.
Dan, ”Yang kurang adalah lemak esensial, padahal itu merupakan lemak yang penting untuk dikonsumsi dari makanan karena tubuh tidak dapat memproduksinya sendiri,” katanya dalam seminar ”Pentingnya Lemak Esensial dan Manfaatnya untuk Tubuh” di Auditorium Prodia, Jakarta.
Menurut Ratna, asam lemak esensial yang melenturkan membran sel ini memungkinkan tubuh menyerap gizi, dan mempermudah pengeluaran sisa metabolisme dari sel. Asupan lemak esensial yang seimbang yang dibarengi dengan pola makan sehat sejak dini dapat mencegah penyakit kardiovaskuler sesudah seseorang dewasa.
Lemak merupakan zat gizi sumber energi dan pelarut vitamin. Ratna membagi lemak pada asam lemak jenuh, lemak trans, asam lemak tak jenuh jamak, dan asam lemak tak jenuh tunggal. Dan memang konsumsi lemak jenuh yang berlebihan akan menaikkan kadar lemak darah dan kolesterol penyebab risiko penyakit kronis, seperti sakit jantung koroner, stroke, kelainan lemak darah, dan hipertensi.
Agar tubuh memperoleh manfaat terbaik, Ratna menganjurkan, ”Dari total 30 persen asupan lemak, sebaiknya lemak jenuh 10 persen dan lemak tak jenuh 20 persen, yang terdiri atas lemak tak jenuh jamak 6-10 persen dan lemak tak jenuh tunggal 10 persen.”
Konsumsi makanan siap saji, gorengan, dan makanan tak sehat lain menyumbangkan banyak asupan lemak jenuh. Sedangkan konsumsi asam lemak esensial jenis omega-3 dan omega-6 umumnya masih sangat kurang. Padahal asupan asam lemak esensial yang seimbang antara omega-3 dan omega-6, menurut dokter spesialis gizi dari Departemen Ilmu Gizi Universitas Indonesia, Fiastuti Witjaksono, bermanfaat bagi kesehatan kardiovaskuler, penyerapan nutrisi, dan daya tahan sel.
Sebuah penelitian pada anak di sini, kata dokter Fiastuti, memperlihatkan asupan omega-3 pada anak lebih rendah daripada kebutuhannya. Karena itu, dia rajin mengingatkan agar para ibu menyiapkan makanan yang kaya akan omega-3 karena penting bagi pertumbuhan anak.
Lemak meliputi 60 persen bagian solid otak manusia. Karena itulah lemak esensial vital bagi kesehatan otak. Jika asupannya kurang, pengaruhnya terhadap perkembangan otak menyebabkan gangguan pertumbuhan anak. Anak akan selalu dalam kondisi letih, sukar berkonsentrasi, berperilaku aneh, gugup, gelisah, stres, dan sulit tidur, bahkan mengalami masalah kesehatan mental: attention deficit disorder, autisme, atau hiperaktif.
Sedangkan pada orang dewasa, menurut American Heart Association, penderita penyakit jantung membutuhkan asupan lemak omega-3 sekitar satu gram per hari. Kegemukan bukan berarti sudah terpenuhinya kebutuhan lemak. ”Sekali lagi, bukan banyaknya lemak, tapi komposisi jenis lemak yang lebih penting,” kata Ratna. Jadi, orang yang gemuk pun tetap memerlukan lemak esensial. Karena itu, Kartika seharusnya khawatir dengan kekurangseimbangan lemak yang dihadapinya.
Ahmad Taufik
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo