Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

6 Dampak Pola Asuh Otoriter pada Anak

Banyak orang tua yang percaya pola asuh yang terbaik untuk anak-anak dengan menetapkan batasan yang ketat. Padahal efek buruknya banyak.

6 Juli 2022 | 15.44 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi perundungan. Sumber: www.dailymail.co.uk

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pola asuh anak  sangat mempengaruhi perkembangan sehingga dapat menyebabkan efek negatif di masa datang. Apalagi, setiap orang tua yang memiliki pola asuh yang berbeda. Ada yang cukup ketat atau disebut strict parents

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dilansir Medicinenet, banyak orang tua yang bermaksud baik dan percaya pola asuh adalah yang terbaik untuk anak-anak dengan menetapkan batasan yang ketat, seperti pola asuh otoriter yang kemungkinan berdampak negatif. Pola asuh ini biasanya kurang terbuka saat berdiskusi atau mendengarkan sudut pandang anak. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Orang tua yang otoriter cenderung mengharapkan anak-anak untuk mengikuti perintah tanpa perlawanan, memiliki aturan ketat yang harus dipatuhi anak-anak, dan sangat menuntut anak. Dengan demikian, jika pola asuh otoriter ini diteruskan maka kemungkinan efek negatif berikut akan sangat besar kemungkinan terjadi terhadap anak.

Kepercayaan diri rendah 
Sebuah penelitian terhadap mahasiswa, menemukan yang orang tuanya lebih otoriter maka memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah. Mahasiswa ini kebanyakan memiliki lebih banyak masalah perilaku, menunjukkan lebih sedikit inisiatif dan ketekunan daripada yang orang tuanya tidak begitu ketat. 

Cenderung depresi 
Anak-anak dengan orang tua yang memiliki pola asuh ketat biasanya lebih mengabaikan mereka dan kemungkinan anak akan lebih cemas hingga depresi di masa depan. 

Lebih besar kemungkinan perundungan atau menjadi perundung 
Anak-anak dari orang tua otoriter lebih mungkin untuk dirundung atau menjadi perundung. Keduanya sangat mungkin karena anak yang diasuh dengan ketat akan memiliki harga diri yang lebih rendah dan merupakan target yang lebih mudah bagi para pengganggu. Mereka juga bisa menjadi perundung karena melihat perilaku itu dicontoh di rumah.

Memiliki banyak masalah perilaku 
Sebuah penelitian terhadap 600 anak berusia 8-10 tahun menunjukkan yang memiliki orang tua otoriter memiliki masalah perilaku yang paling banyak. Mereka menunjukkan perilaku yang lebih menantang, hiperaktif, agresif, dan cenderung antisosial.  

Cenderung tidak dapat memecahkan masalah 
Sebuah penelitian di Universitas Georgia, Amerika Serikat, menemukan anak-anak yang orang tuanya tegas lebih cenderung banyak bertingkah. Mereka juga kurang mampu mengatur diri sendiri dan memecahkan masalah saat dewasa. Ketika anak-anak masih kecil, orang tua cenderung memberikan pedoman harus ini dan itu sesuai kehendak mereka. Tetapi masalahnya ketika mencapai masa remaja, akhirnya anak-anak ini belum belajar mengatur perilaku sendiri dan tidak memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah secara efektif. 

Obesitas 
Anak usia prasekolah dengan orang tua otoriter 35 persen lebih mungkin mengalami obesitas daripada teman sebaya. Anak usia sekolah dengan orang tua otoriter 41 persen lebih mungkin mengalami obesitas karena pola asuh yang ketat cenderung membatasi gerak anak, yang akhirnya aktivitas tidak akan jauh dari lingkungan rumah. Oleh karena itu, meskipun memiliki tujuan batasan dan harapan anak-anak menjadi yang terbaik, aturan juga harus diimbangi dengan kehangatan kasih sayang serta keterbukaan untuk berkomunikasi antara anak dan orang tua.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus