Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Agar Luka Kaki Diabetik Sembuh Lebih Cepat

Luka kaki diabetik adalah komplikasi yang umum terjadi pada penderita diabetes. Kadar oksigen dalam jaringan mempengaruhi penyembuhannya.

11 Juli 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Untuk menghangatkan badan saat berjaga malam di apotek Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Bobby Kurniawan punya trik. Dia membawa sabuk sauna, alat pelangsing elektrik yang menghasilkan panas untuk menghancurkan lemak.

Bobby tidak menggunakan alat itu untuk mengecilkan perut atau paha, tapi menaruhnya di telapak kaki. "Karena dingin, jadi saya taruh di telapak. Saya pikir untuk melancarkan peredaran darah," kata pria 38 tahun itu pada Rabu dua pekan lalu.

Alat ini memang manjur mengalau rasa dingin. Badan jadi hangat, meski semalaman berjaga di ruang berpenyejuk udara. Tapi esok paginya telapak kaki Bobby jadi terasa sakit. Saat dicek, rupanya banyak benjolan berisi air muncul di sana.

Kaki Bobby jadi melepuh karena semalaman memakai alat tersebut. Rasa sakitnya baru terasa saat pagi. "Mungkin karena saya diabetes, kaki saya jadi baal, sehingga tak terasa kalau malam itu sudah melepuh," ujarnya. Bobby merawat sendiri lukanya itu. Setelah satu bulan, barulah luka bakar itu sembuh.

Penyembuhan luka pada kaki penderita diabetes memang kerap butuh waktu lama. Menurut dokter spesialis penyakit dalam konsultan metabolik endokrin, Em Yunir, perawatan untuk menyembuhkan luka kaki ini membutuhkan waktu rata-rata 26 hari. Jika luka tak bisa disembuhkan, bisa berujung pada amputasi. Pasien dengan diabetes berisiko 10-15 kali lebih besar diamputasi dibanding mereka yang tanpa diabetes.

Luka merupakan kondisi hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Untuk memperkirakan apakah lukanya bisa sembuh, dokter memiliki patokan. Mereka melihat jaringan granulasi, yakni jaringan kulit baru yang sehat yang akan menutup luka.

Saat tubuh mengalami luka, beberapa lama kemudian jaringan merah segar perlahan-lahan akan tumbuh. Jaringan baru ini akan menutup semua permukaan luka sehingga luka pun pulih. Jika dalam empat pekan luas permukaan tumbuhnya jaringan itu lebih dari 53 persen, kemungkinan sembuh lebih besar.

Selama ini, menurut Yunir, ketika menangani pasien dengan luka kaki diabetik, dokter akan memperhatikan kadar gula darah, infeksi, sumbatan pada pembuluh darah besar, serta peradangannya. Semua faktor tersebut mempengaruhi tumbuhnya jaringan baru dan memulihkan luka.

Jika kadar gula dalam darah tinggi, luka akan lebih lambat sembuh. Apalagi kalau ada penyumbatan pada pembuluh darah besar, yang membuat darah tak mengalir lancar ke kaki. Proses penyembuhannya pun semakin lambat. Demikian juga kalau ada infeksi dan peradangan.

Namun ada faktor lain yang juga bisa mempercepat penyembuhan luka kaki diabetik ini, yakni sistem mikrosirkulasi kulit. Pada kulit, ada pembuluh darah kecil yang mempengaruhi pertumbuhan jaringan baru untuk menutup luka. Pembuluh darah kecil merupakan anak cabang dari pembuluh darah besar. Ukurannya sangat sempit, lebih kecil daripada sel darah merah alias erotrosit, yang dibutuhkan dalam pembentukan jaringan baru tadi.

Dari total aliran darah mikrosirkulasi, 15 persen berfungsi memberikan nutrisi pada kulit kaki. "Ini yang kurang diperhatikan dalam perawatan kaki diabetik," kata Kepala Divisi Metabolik Endokrinologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo ini.

Untuk masuk ke pembuluh darah tersebut, sel darah merah harus melekuk. Jika kondisinya masih bagus, pembuluh darah akan melentur sehingga sel darah merah itu bisa mengalir lancar. Masalahnya, pada pengidap diabetes, pembuluh darah kecil ini mengalami pengapuran sehingga menjadi kaku. Akibatnya, fleksibilitasnya pun terganggu.

Karena mengalami kesulitan melewati pembuluh darah kecil ini, perjalanan sel darah merah terhambat sehingga tak cepat sampai ke luka. Begitupun oksigen yang dibawa oleh sel darah merah. Padahal, saat terjadi luka, kebutuhan akan oksigen meningkat.

Oksigen antara lain diperlukan untuk membuat pembuluh darah baru dan proliferasi fibroblas yang berperan dalam pembentukan jaringan baru. Kalau kebutuhan ini tak terpenuhi, proses penyembuhan luka jadi terganggu.

Dalam disertasinya di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Yunir meneliti komponen apa saja yang mempengaruhi kadar oksigen ini, yang diperlukan dalam penyembuhan luka. Ada banyak faktor yang terlibat, yakni faktor metabolik atau parameter terkendalinya gula darah dalam waktu tiga bulan, gangguan fungsi saraf tepi atau neuropati, peradangan, infeksi, dan pembekuan darah yang melibatkan fibrinogen, yakni salah satu protein yang disintesis oleh hati. "Dari sini kita bisa mengukur faktor mana yang mengganggu granulasi," ujarnya.

Disertasi ini mengantarkan Yunir meraih gelar doktor pada pertengahan Juni lalu. Ia meneliti 68 pasien diabetes dengan luka di kaki, yang tanpa masalah pada pembuluh darah besar.

Penelitian dilakukan di RSCM dan tiga rumah sakit rujukan lain. Para pasien diberi standar perawatan luka kaki diabetik, yakni diberi obat agar gula darahnya normal, dibersihkan lukanya, diberi antibiotik jika terjadi infeksi, dilakukan pemantauan pembuluh darah, dan tak diizinkan menapak lebih dulu. Dalam penelitian, sampel darah diambil sepekan sekali selama empat pekan.

Hasilnya, kadar gula darah sewaktu, fibrinogen, dan pembekuan darah berpengaruh terhadap kadar oksigen jaringan. Semakin tinggi kadar gulanya, darah semakin kental sehingga aliran menjadi lambat. "Bayangkan air sirop yang mengandung banyak gula dan air biasa yang tak mengandung gula, mana yang lebih cepat mengalir?" kata Yunir.

Sedangkan pengaruh neuropati bukan pada distribusi oksigen ke jaringan. Gangguan saraf tepi ini menyebabkan rasa baal sehingga pasien jadi agak kurang memperhatikan luka karena tak begitu merasa nyeri. Aktivitas mereka tak banyak berkurang sehingga kulit yang terluka terus-menerus mengalami tekanan. Akibatnya, jaringan baru jadi susah tumbuh.

Demikian juga kadar fibrinogen, yang menyumbang pengaruh pada pertumbuhan jaringan baru. Semakin tinggi kadar fibrinogen, darah juga lebih kental, sehingga membuat aliran darah ke luka menjadi lambat. Inilah hal baru dalam penelitian tersebut.

Menurut Yunir, selama ini peningkatan kadar fibrinogen dalam darah diduga akibat infeksi. Ternyata, dari penelitian tersebut, meski infeksi sudah teratasi, kadar fibrinogen tak turun banyak. "Jadi tak cuma kadar gula, pemberian antibiotik, dan perawatan luka, fibrinogen juga mesti diintervensi," ujarnya.

Fibrinogen bisa dikendalikan dengan pemberian heparin, obat pengencer darah yang biasa digunakan untuk mengobati stroke dan penyakit jantung. Tapi butuh penelitian lebih lanjut untuk mengetahui manfaatnya.

Promotor Yunir, Sarwono Waspadji, mengatakan temuan baru ini bermanfaat dalam penyembuhan luka kaki diabetik. Dengan temuan ini, ada atau tidak ada penyumbatan pembuluh darah besar, dokter semestinya sudah memberikan perawatan standar. "Dengan begitu, diharapkan pasien jadi lebih cepat sembuh," kata guru besar ilmu penyakit dalam FKUI ini. NUR ALFIYAH

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus