Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pakar gizi dan kesehatan dari Universitas Indonesia (UI) Ahmad Syafiq menilai mengatakan mengajarkan soal gizi pada anak tidak hanya bisa bergantung pada ahli gizi atau dokter. Syafiq mengatakan penting sekali keterlibatan orang tua serta guru dalam mendukung keberhasilan program edukasi gizi pada anak sekolah dasar. Bahkan sesama siswa pun bisa saling mendukung dalam pembelajaran gizi pada anak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Tidak cukup kami (pakar gizi) hanya mengajarkan siswanya, atau siswa dengan siswa (peer to peer), atau guru terhadap siswa. Orang tua juga harus terlibat. Dengan demikian secara sosioekologis itu tercipta lingkungan yang selaras,” kata Syafiq pada webinar virtual media Kick Off Gerakan Nusantara 2022 pada Kamis 4 Agustus 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia tahun ini kembali bekerja sama dengan Frisian Flag Indonesia dalam program Gerakan Nusantara 2022 untuk menyebarkan edukasi gizi di sekolah-sekolah. Berdasarkan pengalaman lembaga itu pada tahun-tahun sebelumnya, Syafiq mengatakan bahwa orang tua sangat potensial untuk dilibatkan ke dalam program edukasi.
Lebih lanjut, ia menilai bahwa sebenarnya orang tua memiliki kepedulian yang tinggi terhadap kondisi gizi anak-anaknya sehingga mereka akan merasa senang ketika dilibatkan dalam program karena bisa mendapatkan pengetahuan gizi dari pakar.
Menurut Syafiq, literasi gizi yang diajarkan kepada siswa, tidak hanya soal anak tahu gizi yang baik. Namun diharapkan dengan adanya literasi gizi ini, anak bisa memilih makanan dengan gizi terbaiknya. Ia berharap program edukasi gizi dapat menjadi bekal bagi anak-anak supaya mereka sehat dan produktif sebagai generasi penerus.
Menurut Syafiq literasi gizi pada dasarnya terbagi menjadi tiga kelompok, antara lain literasi gizi fungsional, literasi kritikal, dan literasi gizi interaktif. Tujuan tertinggi literasi gizi yaitu literasi gizi interaktif. Pada tahap ini, harapannya anak bisa menjadi agen perubahan di lingkungan keluarga. Sehingga ketika anak sudah pintar dalam memilih makanan yang baik, ia bisa menularkan dan mengajak orang tua dan seluruh anggota keluarga melakukan perilaku hidup sehat, terutama memilih makanan dengan gizi terbaik.
“Literasi gizi yang interaktif, jadi si anak sudah mampu mengadvokasi orang tuanya dan menunjukkan kepada orang tuanya sesuatu yang baik. Tetapi tentu itu perlu waktu untuk sampai ke tahapan literasi interaktif maupun yang kritikal,” kata Syafiq.
Mengingat dibutuhkan proses yang panjang untuk mencapai literasi interaktif, Syafiq mengatakan pihaknya tetap akan memulai edukasi pada tahapan literasi fungsional saat menjalankan program Gerakan Nusantara.
Literasi tahap awal akan membekali anak-anak terhadap pengetahuan gizi mencakup prinsip dasar ilmu gizi hingga prinsip gizi seimbang. “Tapi secara sederhana, prinsipnya kami mau literasi fungsional dulu. Syukur-syukur kalau bisa masuk ke literasi gizi kritikal dan interaktif sehingga nanti orang tuanya bisa terpengaruh secara positif oleh anaknya,” kata Syafiq.
Baca: Menilik Kandungan Gizi pada Tepung Gaplek