Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Metta Ratana menggunakan keterampilannya dalam seni untuk membantu orang lain
Ia membuat komunitas Sahabat Pipi Merah lalu mengorganisir orang lain untuk menggalang donasi.
Ia membantu penyandang disabilitas, penghuni panti sosial, hingga komunitas pengidap penyakit autoimun sceloderma
Sejak kuliah, Metta Ratana aktif terlibat dalam berbagai organisasi kerohanian yang kegiatannya sering berkaitan dengan bidang sosial. Bagi perempuan berusia 25 tahun ini, aktivitas sosial seperti menyantuni anak yatim-piatu, mengunjungi panti karya penyandang disabilitas, atau berbagi kebaikan dengan orang-orang yang membutuhkan merupakan kebahagiaan tersendiri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setelah lulus, sarjana komunikasi dari Binus University ini merasa kehilangan rutinitasnya di kampus dulu. Metta pun tergerak memulai sebuah gerakan sosial. “Pada 2018, aku terpikir membuat kegiatan sosial yang berkaitan dengan kegiatan aku sehari-hari, yakni membuat ilustrasi,” ujar Metta kepada Tempo, Rabu lalu. Kebetulan, sejak kecil Metta gemar menggambar. Ia pun fokus mendalami bidang seni, terutama ilustrasi dengan media cat air, sejak 2016.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada 2018, Metta mendirikan Sahabat Pipi Merah, sebuah komunitas sosial yang bertujuan untuk berbagi kebahagiaan kepada mereka yang kekurangan. Nah, untuk mengkombinasikan kegiatan seninya dengan aktivitas sosial, Metta merancang Sahabat Pipi Merah di mana karya seni menjadi media untuk menyebarkan kebaikan.
Nama Sahabat Pipi Merah diambil dari ciri khas ilustrasi karya Metta yang kebanyakan berupa potret sosok-sosok manusia dalam momen bahagia. “Biasanya kan orang yang sedang merasa bahagia dan tersenyum, pipinya merah merona.”
Pegiat sosial dan ilustrator Metta Ratana, pendiri komunitas sosial Sahabat Pipi Merah. (Dok. Pribadi)
Bersama Sahabat Pipi Merah, Metta dan teman-temannya mendatangi komunitas penyandang disabilitas atau panti-panti sosial. Di sana mereka membagikan bantuan sekaligus mengajarkan keterampilan seni, seperti menggambar, supaya para penghuni panti bisa berdaya. Sumber dana untuk donasi yang diberikan pun berasal dari sumbangan orang-orang sekitar Metta. Setelah disalurkan, hasil donasi dilaporkan secara transparan kepada para pemberi sumbangan.
Agar kegiatan bakti sosial itu lebih bermakna, Metta memberikan suvenir ilustrasi karyanya kepada donatur sebagai tanda terima. “Biasanya aku mencari tema ilustrasi yang sesuai dengan komunitas yang akan dibantu.” Suvenir itu berupa file digital yang bisa digunakan oleh donatur dalam bentuk apa pun. “Bisa dicetak jadi poster, foto, atau sekadar jadi wallpaper ponsel. Jadi ada manfaatnya juga untuk mereka yang sudah menyumbang,” tuturnya.
Metta rutin menggelar acara sosial bersama Sahabat Pipi Merah di tengah aktivitasnya sebagai ilustrator yang banyak mengerjakan pesanan dari brand maupun konsumen pribadi. Namun, karena kesibukannya, Sahabat Pipi Merah belum bergerak secara masif. Itu ditambah lagi dengan kegiatan kuliah magisternya di London School of Public Relations sepanjang 2018-2019. “Donaturnya kebanyakan masih dari kalangan sekitar aku sendiri.” Biasanya ia mengundang donatur untuk berpartisipasi melalui akun Instagram-nya, @mettaminigallery.
Walau donaturnya masih terbatas, jangkauan Sahabat Pipi Merah cukup luas. Sebelum masa pandemi, Metta dan kawan-kawan relawannya sering mendatangi panti asuhan, yayasan pemberdayaan kaum disabilitas, hingga komunitas penyandang penyakit autoimun sceloderma. Selain donasi materi dan berbagi keterampilan menggambar, Sahabat Pipi Merah memberikan dukungan moril kepada mereka.
Karya ilustrasi Metta Ratana. (Dok. Pribadi)
Bersama komunitas penyandang sceloderma, misalnya, Metta membuat sebuah buku yang berisi kata-kata motivasi dan dukungan dari banyak orang, yang dibagikan kepada para penyandang penyakit tersebut.
Aktivitas sosial Metta bersama Sahabat Pipi Merah itu belakangan mendapatkan apresiasi. Dalam acara Satu Indonesia Award tahun lalu, Sahabat Pipi Merah terpilih menjadi salah satu penerima anugerah tingkat provinsi asal DKI Jakarta. “Hal ini memotivasi aku untuk semakin serius mengembangkan Sahabat Pipi Merah agar menjadi yayasan agar kegiatannya bisa lebih berkelanjutan.”
Selama ini, seluruh donasi yang diterima Metta memang 100 persen disalurkan kepada para penerima donasi. Sedangkan untuk keperluan setiap kali mengadakan kegiatan, Metta menggunakan uang pribadinya. “Karena menurutku sayang kalau dana dari sumbangan donatur dipotong untuk konsumsi atau biaya transportasi saat penyelenggaraan kegiatan sosial. Sehingga penerima sumbangan pun bisa mendapatkan manfaat lebih banyak,” kata dia.
Pada masa pandemi, aktivitas sosial Metta beralih ke media daring. Ia sering diajak berkolaborasi dengan brand atau perusahaan untuk mengadakan workshop membuat ilustrasi dan melukis menggunakan cat air. Pandemi juga mendatangkan berkah tersendiri bagi Metta. Meski aktivitasnya menjadi lebih banyak dikerjakan di rumah, saat ini permintaan pembuatan ilustrasi dari kalangan perorangan maupun kerja sama dengan brand justru meningkat.*
PRAGA UTAMA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo