Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Alasan Tak Boleh Langsung Pijat setelah Cedera Olahraga

Dokter tidak menganjurkan orang untuk pijat setelah mengalami cedera olahraga. Berikut sarannya.

26 Februari 2021 | 19.37 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi pijat. youtube.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Ketika cedera saat berolahraga, sebagian orang langsung mengatasinya dengan cara pijat atau dibawa ke tukang urut. Padahal hal tersebut justru malah memperparah pembengkakan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dr. Andi Nusawarta, M.Kes, Sp.OT (K), subspesialis bidang cedera olahraga dan artroskopi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) mengatakan pemijatan dapat menyebabkan meningkatnya perdarahan dan bengkak pada daerah yang cedera, bahkan berpotensi memperberat dan memperlambat masa penyembuhan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Penderita cedera jangan dipijat karena itu akan menambah perdarahan dan pembengkakan, apalagi kalau tiga hari pertama, itu akan semakin jadi bengkaknya," kata Andi dalam bincang-bincang virtual "Olahraga Optimal Bebas Cedera", Jakarta, Jumat. 26 Februari 2021.

Andi mengatakan boleh saja melakukan pemijatan asalkan sudah tidak terjadi pembengkakan. "Kalau mau pemijatan jangan di awal-awal, tapi kalau tanda-tanda inflamasi sudah hilang tidak apa-apa," ujar Andi.

Untuk meminimalkan risiko cedera otot, sendi, dislokasi, hingga patah tulang perlu melakukan pemanasan dan pendinginan saat berolahraga.

"Cedera terjadi karena pemanasan dan pendinginan yang tidak memadai, intensitas, frekuensi, durasi, dan jenis latihan yang tidak sesuai," kata Andi.

"Selain itu, bisa juga karena kelainan struktur, misal panjang tungkai tidak sama, sendi dan ligamen lemah," imbuhnya.

Selama masa pandemi, banyak orang yang memilih berolahraga di rumah dengan mengikuti latihan-latihan dari YouTube ataupun televisi. Menurut Andi hal tersebut tidak salah asalkan tidak memaksakan diri.

"Yang perlu diwaspadai adalah gerakan-gerakan yang tidak terbiasa dilakukan. Misal mau senam, yang kita lihat di YouTube orangnya sudah terbiasa, kalau kita baru mulai kadang belum mahir," ujar Andi.

Andi melanjutkan, "Yang harus diwaspadai tingkatkan intensitasnya secara perlahan, kalau mengikuti kecepatannya susah, kita lambat enggak apa-apa."

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus