Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Amputasi tanpa anestesi

Rumah sakit ospra, swedia, mengamputasi kaki bjorn othenblad tanpa menggunakan perangkat anestesi, tapi dengan cara hipnotis. hipnotis bukan aneh da- lam kedokteran, seperti cabut gigi.

22 Juni 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hipnotis menggantikan anestesi. Amputasi kaki bisa dilakukan. HIPNOTIS memasuki dunia kedokteran tak hanya dalam pertunjukan sulap. Selama ini kebanyakan orang membayangkannya sebagai kekuatan yang bisa membuat tubuh melayang-layang di udara, karena itulah yang sering muncul dalam panggung pertunjukan. Kini hipnotis dipakai menggantikan anestesi. Sebuah operasi amputasi telah membuktikan kerjanya, dua pekan silam. Amputasi tersebut dilakukan di Rumah Sakit Ospra, Gothenburg, Swedia. Bagi Bjorn Othenblad memang tanpa ada pilihan lain terhadap deritanya, selain diamputasi. Bujangan berusia 55 tahun itu sudah bertahun-tahun digerogoti penyakit diabetes. Akibatnya, koreng di kaki kirinya itu tidak kunjung sembuh. Bo Bergman, ahli bedah ortopedi di Rumah Sakit Ospra, beberapa kali sudah melakukan operasi kecil terhadap penyakit Othenblad. Karena lukanya kian menjalar, Othenblad harus merelakan kaki kirinya dipotong. Dalam beberapa kali operasi terdahulu, Othenblad selalu menolak dibius untuk operasi amputasi itu. Menurut dia, anestesi adalah racun. Karena itu, Othenblad lebih suka memakai cara hipnotis, yang ternyata telah dipelajarinya sejak masih kanak-kanak. Agaknya, kengerian bisa diatasinya dengan cara itu. Ketika keretanya didorong menuju ruang operasi, suasana terasa biasa saja. Ia tak merasa ada ketegangan. Sebelum operasi, Othenblad memusatkan konsentrasinya dengan bantuan komunikasi Psikolog Bernt Westman. Proses introduksi hipnotis ini hanya berlangsung 10 menit. Setelah itu, barulah sampai ke tahap relaksasi. Dalam keadaan seperti ini orang akan santai dan menjadi sangat tenang. Maka, otomatis ketegangannya menurun. Sebuah laporan dalam Journal of Abnormal Psychology yang terbit beberapa tahun silam pernah mengungkapkan misteri ini. Ternyata, hipnotis menyebabkan perubahan spesifik dalam kegiatan elektrik otak. Saraf-saraf penghantar dalam otak yang disebut neurotransmiter- antara lain menghantarkan rasa sakit itu -- akan "tertidur" dengan sendirinya. Itu sebabnya Othenblad tidak mengeluh ketika dioperasi. Dalam beberapa operasi sebelumnya, Bergman memang meragukan, apakah pasiennya benar tidak kesakitan. "Waktu itu saya tidak tahu persis. Apakah itu sepenuhnya karena hipnotis atau turunnya perasaan karena gangguan saraf akibat diabetes," tuturnya. Sebab, pada penderita diabetes yang mengalami luka kronis, fungsi saraf perasa memang bisa melemah. Sekarang, meski Bergman lebih yakin, toh dokter yang menangani operasi amputasi ini tak mau ambil risiko seandainya hipnotis gagal. Karena itu, perangkat anestesi tetap disiapkan seperti halnya untuk operasi besar. Selain operator, para ahli anestesi juga disiagakan di sisi pasien. Pada lengan Othenblad dipasang selang cairan zat pembius. "Secara umum kami tidak merasakan sesuatu yang berbeda dengan amputasi lainnya," ujar Bergman. Selama operasi, ada kalanya dalam beberapa detik pasien memang seperti menunjukkan reaksi kesakitan. Sesekali pasien mengeluh, karena ada sedikit rasa sakit di dadanya. Pembedahan kemudian ditunda sebentar, sampai reaksi itu berhenti. Tetapi itu tak mengganggu dan tak merepotkan. Operasi terus berjalan, sehingga pemotongan kaki dan menjahitnya rampung. Secara keseluruhan, operasi makan waktu 50 menit. Sedangkan bagi Othenblad, puluhan menit itu hanya dirasakan bagai semenit saja. Menurut Psikolog Westman, distorsi waktu seperti itu memang bisa dialami oleh seseorang yang dihipnotis "Tidak ada yang aneh bin ajaib. Hipnotis itu sekadar relaksasi yang sangat dalam," komentar Othenblad seusai dioperasi. Memang, hipnotis bukanlah barang aneh dalam dunia kedokteran. Sejarahnya, sebenarnya, sama tuanya dengan sejarah pengobatan. Sebelum ilmu kedokteran modern ditemukan, praktisi pengobatan bahkan telah lama menerapkannya. "Hanya barangkali waktu itu masih belum disebut hipnotis. Katakanlah itu tenaga gaib atau pertolongan dari Tuhan," ujar Bergman. Uraian ilmiahnya terhadap hipnotis baru ditemukan akhir abad ke-18. Ketika itu, seorang dokter dari Austria mempraktekkan hipnotis untuk menyembuhkan pasiennya. Semula sistem pengobatan ini banyak dituding "memakai tenaga gaib". Tapi dalam perkembangan selanjutnya, pada 1950-an, perhimpunan dokter di Inggris dan Amerika telah menyetujui pemakaian hipnotis. Tentu ada catatannya: dilarang dipakai oleh orang yang tidak ahli. Dalam Perang Dunia II, cara ini juga banyak dipakai. Kalangan dokter di Skotlandia dan Jepang menggunakannya untuk operasi kecil pada korban perang. Misalnya untuk mengeluarkan peluru yang bersarang di tubuh korban, pasien cukup ditidurkan dengan hipnotis. Belakangan, penggunaan "ilmu gaib" ini populer di Eropa. Di sana ada perhimpunan hipnotis kedokteran lengkap dengan jurnalnya. Di Swedia, setiap dokter dan dokter gigi memperoleh dasar ilmu hipnotis. Untuk memperdalamnya, kepada mereka ada pendidikan lanjutan tiga tahun. Bergman, seorang dokter yang menuntut ilmu ini. Meski obat bius lebih praktis, toh hipnotis sering diterapkan dokter gigi untuk membantu pasiennya yang ingin mencabut gigi tanpa anestesi. Sedangkan dokter penyakit infeksi juga kerap memakainya untuk mengobati luka, tanpa mengelupaskan kerak yang menempel di tukak itu. Cara tersebut cukup efektif. Sebab, anestesi memang tak terlalu dianjurkan. Karena umumnya pembiusan dilakukan berturut-turut dalam jangka waktu pendek. Tetapi apakah cara ini secara rutin akan dipakai untuk operasi besar, belum diketahui persis. Hanya seperti di Swedia, si pasien boleh memilih. Mereka berhak menentukan, mau dengan anestesi atau hipnotis. Dan kebebasan itu, di sana, memang dijamin undang-undang. G. Sugrahetty Dyan K. dan Bambang Purwantara (Kopenhagen)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus