Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Anak tetes-hidung

Ahli kandungan dan kebidanan dari medical universi ty of south carolina, as, sheila berhasil mengobati pasiennya dengan hormon yang diteteskan lewat hidung untuk membikin kehamilan.

19 Juli 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAMES Euland Jr. lahir. Alhamdulilah. Berkat ibunya memakai obat tetes hidung. Abangnya sendiri, Tyrone, lahir secara normal 11 tahun yang lalu. Ceritanya ketika abangnya itu sudah besar, ibunya Gloria Euland, 29 tahun, kepingin punya anak lagi. Sudah 4 tahun Nyonya Fuland berobat ke dokter ahli kandungan. Namun anak yang diharapkan belum datang juga. Akhirnya dari dokter ia mendapat obat penyubur yang harus ditelan Ditambah obat tetes hidung yang mengandung hormon kesuburan sintetis. Hormon sebenarnya biasa diberikan melalui injeksi beberapa kali dalam sehari di rumah sakit. Tapi dengan obat tetes hidung yang baru itu, Nyonya Fuland tak perlu lagi repot-repot ke rumah sakit. Cukup diteteskannya sendiri di rumah. Dan betul: akhirnya dia hamil. Anaknya yang bernama James itu sekarang sudah berumur setengah tahun. Penemuan obat tetes hidung ini dipelopori Sheila Phansey, ahli kandungan lan kebidanan dari Medical University of South Carolina, AS. Untuk menolong wanita yang ingin melahirkan, semula ia hanya memberikan clomiphene (obat penyubur yang juga dipergunakan di Indonesia) Tapi kemudian dikombinasikannya dengan tetes hidung yang mengandung Luteinizing Hormone Releaing Hormone (LHRH) yang akan merangsang keluarnya telur. Selain itu LHRH ini sangat berguna untuk mencegah terjadinya efek samping dari cloiniphene, seperti anak kembar dan membengkaknya telur. Tapi metode pengobatan ini masih mencoba-coba, kata Phansey Lagi pula hanya bisa dipergunakan untuk wanita yang tak bisa mengeluarkan telur, dan tak tertolong oleh obat biasa. Lima dari 8 pasien yang dicobanya dengan tetes hidung ini berhasil bertelur. Tiga hamil. Hanya 2 yang melahirkan. Satu lagi keguguran. "Tapi bukan lantaran obat ini," tulis Phansey dalam berkala Journal of American Fertility Society, terbitan terakhir.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus