Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Ancaman Anemia dari Secangkir Teh

Minum teh setelah makan bisa mengakibatkan anemia. Riset di Jawa Tengah terhadap ribuan balita dan ibu hamil membuktikannya.

4 Juni 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Presiden Abdurrahman Wahid suka menyeruput secangkir teh. Para pembisiknya mestinya memberi tahu Gus Dur agar jangan sering-sering menyeruput segelas teh usai makan. Soalnya, kebiasaan minum teh setelah makan bisa mengakibatkan anemia (darah kekurangan kandungan zat besi). Dan, anemia membuat orang, antara lain, melemah tenaganya, mudah lelah, dan ingatannya mengendur. Repot juga bila presiden jadi pelupa karena anemia.

Minum teh setelah makan terbukti bisa mengakibatkan anemia. Hal itu ditegaskan tim periset dari Bagian Kesehatan Ibu dan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang, di depan para dokter di kampus itu, 22 Mei lalu. Tim itu memaparkan penelitian mereka, yang dilakukan secara acak di Jawa Tengah, terhadap 12.000 balita (anak berusia di bawah lima tahun) dan 3.000 ibu hamil selama enam bulan pada pertengahan 1999.

Sebagian responden, berdasarkan pengakuan lewat wawancara, mempunyai kebiasaan minum teh setelah makan dan sebagian lainnya makan tanpa minum teh. Hasil riset secara umum menunjukkan bahwa mereka yang memperoleh menu berteh mengalami penurunan kandungan zat besi, terlihat dari rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dalam darah mereka. Sementara itu, yang tidak punya kebiasaan menyeruput teh seusai makan, Hb-nya normal-normal saja.

Secara spesifik, anemia itu dialami oleh 58 persen ibu hamil dan 63 persen balita—dari keseluruhan sampel. Seberapa turun Hb mereka? ''Sangat rendah," kata Dr. J.C. Susanto, Sp.A. (K), anggota tim. Rata-rata mereka hanya memiliki kandungan Hb 5 g/dL. Padahal, ibu hamil dan balita harus mempunyai kadar Hb 11 g/dL. Bagi ibu hamil, rendahnya kadar Hb bisa mengganggu proses persalinan dan menyebabkan bayi yang dikandungnya berbobot rendah. Bagi balita dan anak-anak, minimnya Hb bisa berpengaruh terhadap tingkat kecerdasan mereka.

Riset dari Undip itu memperkuat hasil penelitian para periset di Barat, T.A. Morck, S.R. Lynch, dan J.D. Cook, yang pernah dipublikasikan The American Journal of Clinical Nutrition pada 1983. Menurut riset itu, minum teh paling tidak sejam sebelum atau setelah makan akan mengurangi daya serap sel darah terhadap zat besi 64 persen. Pengurangan daya serap akibat teh ini lebih tinggi daripada akibat sama yang ditimbulkan oleh konsumsi segelas kopi usai makan. Kopi, menurut riset itu, mengurangi daya serap hanya 39 persen.

Pada teh, pengurangan daya serap zat besi itu diakibatkan oleh zat tanin. Selain mengandung tanin, teh juga mengandung beberapa zat, antara lain kafein, polifenol, albumin, dan vitamin. Tanin bisa mempengaruhi penyerapan zat besi dari makanan—terutama yang masuk kategori heme non-iron, misalnya padi-padian, sayur-mayur, dan kacang-kacangan. ''Bila kita makan menu standar plus segelas teh, zat besi yang diserap hanya setengah dari yang semestinya," kata Susanto. Juga ada penjelasan lain. Menurut Dr. Rachmad Soegih, ahli gizi dari RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta, zat tanin itu sendiri memang menghambat produksi hemoglobin.

Kalau memang mau menghindari teh dan mendapatkan banyak zat besi, sebaiknya teh digantikan air jeruk sebagai peneman makan. ''Makan nasi pecel dengan jeruk memperbesar penyerapan zat besi bila dibandingkan dengan minum es teh," kata Susanto. Kenapa? Vitamin C rupanya memperbesar penyerapan zat besi oleh tubuh.

Apakah fakta ini membuat minum teh harus ''diharamkan" sama sekali? Jangan salah. Soalnya, teh mengandung zat lain yang berfungsi positif. Zat xantine, misalnya, berfungsi merangsang susunan saraf pusat. Rangsangan itu bisa menstimuli saraf simpatik yang mengakibatkan aliran darah menjadi lebih aktif. Selain itu, xantine juga mempunyai efek laxan dan dioritik, sehingga orang yang mengonsumsi teh akan sering buang air. ''Karena itulah teh dikatakan dapat melangsingkan tubuh," kata Rachmad, yang sering dikunjungi pasien yang ingin melangsingkan tubuh itu.

Ada kiat minum teh yang tepat, agar minuman dari dedaunan ''warisan kaisar Cina" itu tidak menghambat produksi zat besi dalam sel darah. Menurut Rachmad, teh akan berefek baik bagi tubuh bila dikonsumsi pada pagi dan sore, disertai karbohidrat dan protein, misalnya roti dan biskuit. Kiat lain, ya, memberikan jeda minum teh setelah makan, misalnya dua jam setelah makan. Jeda itu diperlukan karena rentang waktu itu diperkirakan cukup bagi usus 12 jari dan usus halus bagian atas untuk melakukan proses penyerapan makanan. Jadi, boleh-boleh saja menyeruput teh kapan pun, asal tidak setelah makan.

Kelik M. Nugroho, Bandelan Amarudin, Biro Jakarta

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus