Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Tips Kesehatan

4 Juni 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Omega-3 Mencegah Penyakit Jantung

Sudah lama penyakit jantung koroner menjadi momok. Penyakit ini bisa datang tiba-tiba dan sontak merenggut nyawa. Sebenarnya, kalau dicermati, penyakit jantung koroner (PJK) tak datang tanpa aba-aba, karena ada beberapa faktor risiko yang bisa mengundangnya. Beberapa faktor risiko PJK antara lain adalah tekanan darah tinggi, diabetes, keadaan hiperkolesterol, kegemukan, atau stres berat.

Di Indonesia, prevalensi kematian akibat PJK memang belum terekam, tapi bisa dipastikan angkanya tinggi. Maklumlah, ''Tingkat pengetahuan dan fasilitas kesehatan kita masih kurang," kata Fadilah Supari, spesialis jantung dari Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Jakarta.

Ketika Rumah Sakit Jantung Harapan Kita menggelar simposium tentang kematian jantung mendadak, Fadilah mengatakan, PJK memang tergolong penyakit melenakan. Sekitar 30 persen penderita tidak mengalami gejala apa pun. Kalaupun ada, gejala yang muncul tak ubahnya seperti sakit mag—rasa sakit dan tidak enak di ulu hati.

Rasa sakit akibat PJK biasanya segera sembuh setelah pasien mendapat resep dari dokter umum. Namun, sementara itu, terjadi ischemy atau penghambatan aliran darah pada tubuh. Ischemy yang tidak terdeteksi ini terus berlanjut sampai gawat. ''Banyak pasien dibawa ke rumah sakit dalam kondisi parah, dan kami tidak bisa berbuat banyak," kata Fadilah. Agar tak telanjur gawat, orang memang perlu menjalani general check-up, yang berguna untuk mendeteksi adanya berbagai faktor pemicu PJK.

Mencegah serangan jantung juga bisa dilakukan dengan mengonsumsi asam lemak esensial Omega-3. Banyak riset menunjukkan, Omega-3 berkhasiat melancarkan aliran darah, menangkal serangan jantung, dan membatasi meluasnya infark. Riset yang terbaru adalah versi Roberto Marchioli, yang dilansir pada awal tahun 2000. Ilmuwan dari GISSI-Prevensione Trial, Italia, ini meneliti 11.324 responden yang terkena serangan jantung (infark) tiga bulan sebelum penelitian dilakukan.

Para responden dibagi menjadi empat kelompok, yang diamati selama tiga setengah tahun. Satu gram Omega alami dari ikan per hari diberikan kepada kelompok pertama. Kelompok kedua mendapat 300 miligram vitamin E per hari. Kelompok ketiga mendapat Omega-3 plus vitamin E. Sedangkan kelompok keempat berfungsi sebagai kontrol.

Pada akhir penelitian, tercatat adanya fakta menggembirakan pada kelompok yang mengonsumsi Omega-3 alami: frekuensi serangan jantung turun 10 persen, kematian akibat kardiovaskuler turun 30 persen, dan kematian mendadak turun sampai 40 persen. Perubahan signifikan tidak terjadi pada kelompok yang tidak diberi Omega-3.

Berdasar berbagai riset, Fadilah merekomendasikan konsumsi asam lemak Omega-3 secara rutin. ''Satu gram Omega-3 tiap hari selama 20 tahun akan membuat Anda bebas dari penyakit jantung koroner," kata Fadilah.

Omega-3 sekarang memang bisa diperoleh dengan mudah. Ada banyak kapsul Omega-3 di pasaran. Namun, Fadilah mengingatkan, sebagian besar makanan suplemen itu hanya mengandung 300 miligram Omega-3—yang tak berfungsi optimal bagi tubuh. Bahkan, ada merek yang tak ber-Omega-3 sama sekali. ''Karena itu, pilih yang mencantumkan kandungan 1 gram Omega-3," kata Fadilah.

Kalau mau yang langsung dari sumbernya, kita bisa memperoleh asam lemak itu dari berbagai jenis ikan laut yang banyak mengandung Omega-3. Agar tak rusak, ikan jangan digoreng karena proses itu dapat merusak Omega-3. ''Ikan sebaiknya dipepes atau dikukus," Fadilah menyarankan.

Hepatitis Menular Lewat Nyamuk?

Nyamuk memang sumber banyak penyakit. Tak hanya malaria atau demam berdarah, nyamuk juga dicurigai membawa penyakit hepatitis. Sebuah penelitian awal membuktikan, nyamuk bisa terinfeksi virus hepatitis C (HCV). Riset itu digelar sekelompok ilmuwan Prancis yang dipimpin Dominique Debriel dari Hospital Pasteur, Paris.

Secara teoretis, hal ini memang mungkin terjadi. Sebab, ''HCV tergolong flavivirus yang ditransmisikan kelompok hewan artropoda seperti nyamuk," kata Debriel kepada Reuters Health, pekan lalu.

Penelitian bermula dari laporan tentang beberapa pasien hepatitis C yang tidak punya kaitan dengan jalur penularan virus. Seperti diketahui, virus hepatitis C menular melalui pertukaran cairan tubuh, seperti transfusi darah, aktivitas seksual, jarum suntik, tato, pisau cukur, atau ibu yang menurunkan virus kepada janinnya.

Dalam risetnya, Debriel mengisolasi HCV dari pasien dan menyuntikkannya pada monyet dan nyamuk. Selama 28 hari, terbukti bahwa virus berkembang dengan baik pada kedua jenis hewan percobaan itu. Kesimpulan sementara tim Debriel, nyamuk yang terinfeksi HCV ini bisa menularkan virus kepada manusia melalui gigitan.

Namun, Debriel sekali lagi menegaskan, penelitiannya masih pada tahap sangat awal. ''Butuh riset panjang untuk membuktikan kebenaran teori ini," kata Debriel.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus