Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Aphasia atau afasia adalah suatu kondisi yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk berkomunikasi secara efektif. Gangguan ini terjadi ketika ada kerusakan pada area otak yang mengatur fungsi bahasa, sehingga berdampak pada berbagai aspek komunikasi, seperti berbicara, membaca, menulis, dan memahami ucapan orang lain.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penderita afasia sering kali menghadapi tantangan besar dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Mereka mungkin kesulitan menyusun kalimat yang jelas, memahami informasi yang disampaikan dalam percakapan, membaca teks, atau mengekspresikan pikiran mereka melalui tulisan. Gangguan ini tidak hanya memengaruhi komunikasi verbal, tetapi juga dapat mengganggu interaksi sosial dan aktivitas rutin, yang pada akhirnya berdampak pada kualitas hidup.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Oleh karena itu, sangat penting untuk memahami apa saja langkah atau tips yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya aphasia, terutama bagi mereka yang memiliki risiko tinggi, seperti penderita hipertensi atau penyakit jantung yang dapat memicu stroke sebagai salah satu penyebab utama kondisi ini.
Penyebab Aphasia
Menurut Healthline, aphasia disebabkan oleh kerusakan pada satu atau lebih bagian otak yang bertanggung jawab dalam mengontrol fungsi bahasa. Stroke menjadi penyebab utama terjadinya kondisi ini. Selain stroke, aphasia juga dapat disebabkan oleh tumor otak, infeksi, penyakit degeneratif, seperti demensia, gangguan neurologis lainnya, serta cedera kepala.
Aphasia dapat dialami oleh siapa saja, termasuk anak-anak. Namun, karena stroke adalah faktor pemicu yang paling sering terjadi, kondisi ini lebih banyak ditemukan pada individu yang berusia paruh baya atau lanjut usia.
Jenis-Jenis Aphasia yang Paling Umum
Menurut WebMD, berikut adalah beberapa jenis aphasia yang paling sering ditemukan:
1. Aphasia Ekspresif
Penderita aphasia ekspresif mengalami kesulitan mengungkapkan apa yang ingin mereka katakan, meskipun mereka tahu dengan jelas apa yang ingin disampaikan.
2. Aphasia Reseptif
Jenis aphasia ini membuat penderitanya dapat mendengar suara atau membaca tulisan, tetapi mereka mungkin tidak mampu memahami makna pesan tersebut. Pembicaraan mereka juga sering terganggu karena kesulitan memahami bahasa mereka sendiri.
3. Aphasia Anomik
Pada aphasia anomik, penderita mengalami kesulitan menemukan kata yang tepat untuk diucapkan. Kondisi ini juga dikenal sebagai anomia.
4. Aphasia Global
Aphasia global merupakan jenis yang paling berat. Gangguan ini sering terjadi segera setelah seseorang mengalami stroke. Penderitanya tidak hanya kesulitan berbicara dan memahami kata-kata, tetapi juga tidak dapat membaca atau menulis.
5. Aphasia Progresif Primer
Aphasia ini adalah kondisi langka di mana penderitanya secara bertahap kehilangan kemampuan berbicara, membaca, menulis, dan memahami percakapan selama periode waktu tertentu. Meski begitu, mereka tetap dapat berkomunikasi melalui cara lain, seperti menggunakan gerakan atau isyarat.
Cara Mencegah Risiko Aphasia
Meskipun belum ada cara yang sepenuhnya efektif untuk mencegah aphasia, langkah-langkah tertentu dapat diambil untuk mengurangi risiko terkena gangguan ini. Karena aphasia sering kali disebabkan oleh kerusakan otak akibat stroke, fokus pada pencegahan stroke merupakan langkah penting dalam menurunkan kemungkinan terjadinya aphasia.
Menurut Medical News Today, terdapat sejumlah tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko stroke, yaitu:
Berolahraga Secara Teratur
Aktivitas fisik yang konsisten, seperti berjalan kaki, bersepeda, atau berenang, dapat membantu menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah. Olahraga teratur juga dapat meningkatkan aliran darah ke otak, sehingga menurunkan risiko stroke.
Mengonsumsi Makanan Sehat
Pola makan yang sehat, seperti memperbanyak konsumsi buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan makanan rendah lemak jenuh, sangat penting untuk menjaga kesehatan otak. Hindari makanan yang tinggi garam dan gula untuk mengurangi risiko tekanan darah tinggi dan diabetes, yang merupakan faktor risiko stroke.
Mengontrol Tekanan Darah
Hipertensi adalah salah satu penyebab utama stroke. Memantau tekanan darah secara rutin dan mengikuti saran dokter jika tekanan darah tinggi terdeteksi sangat penting untuk melindungi otak dari kerusakan akibat stroke.
Menghindari Penggunaan Tembakau
Merokok atau menggunakan produk tembakau meningkatkan risiko kerusakan pembuluh darah, yang dapat menyebabkan stroke. Berhenti merokok adalah langkah signifikan untuk menjaga kesehatan otak.
Membatasi Konsumsi Alkohol
Konsumsi alkohol dalam jumlah berlebihan dapat merusak pembuluh darah dan meningkatkan tekanan darah. Untuk itu, penting untuk menjaga konsumsi alkohol dalam batas yang aman atau bahkan menghindarinya sepenuhnya.
Mengelola Stres
Stres kronis dapat meningkatkan tekanan darah dan memengaruhi kesehatan jantung serta otak. Menggunakan teknik relaksasi, seperti meditasi, yoga, atau konseling, dapat membantu mengurangi stres dan risiko stroke.
Selain menjalani gaya hidup sehat, penting untuk segera mencari bantuan medis jika Anda atau orang di sekitar Anda menunjukkan tanda-tanda stroke, seperti kelemahan pada satu sisi tubuh, kesulitan berbicara, atau penglihatan kabur. Penanganan yang cepat sangat penting untuk mengurangi kerusakan otak lebih lanjut dan meningkatkan peluang pemulihan.
Dengan menjalani kebiasaan hidup sehat dan mewaspadai faktor risiko stroke, Anda dapat secara signifikan mengurangi kemungkinan terjadinya aphasia dan menjaga kesehatan otak untuk jangka panjang.
Amelia Rahma Sari dan Siti Nur Rahmawati turut berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan editor: Tips untuk Cegah Aphasia