Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Asal Mula Bakcang yang Wajib Hadir Pada Festival Peh Cun, Begini Filosofinya

Salah satu festival etnis Tionghoa, Peh Cun menitikberatkan pada kehadiran bakcang. Bagaimana asal mula kuliner tradisional ini eksis sampai sekarang?

24 Juni 2023 | 14.01 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Peh Cun atau disebut juga Ba Chuan merupakan salah satu tradisi etnis Tionghoa yang jatuh pada hari ke 5 bulan 5 kalender lunar Cina. Festival ini juga kerap disebut dengan Hari Bakcang yang menurut metafisika Cina menjadi hari energi seseorang keluar paling kuat. Akibatnya, banyak orang pula yang menyebut festival ini dengan nama Festival Extreme.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tidak hanya itu, ada pula beragam sebutan lain dari Hari Bakcang, yaitu Festival Bulan Kelima, Festival Hari Kelima, Festival Summer, Festival Duan Wu, dan Festival Perahu Naga atau Festival Dumpling. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Peh Cun dilangsungkan untuk mengenang jasa Qu Yuan, tokoh sejarah patriotik menteri negara Chu yang meninggal dunia ketika melawan agresi negara Qin. Menurut legenda, bakcang pertama kali muncul pada zaman Dinasti Zhou yang berhubungan dengan simpati rakyat kepada Qu Yuan.

Saat itu, Qu Yuan memilih bunuh diri dengan melompat ke Sungai Miluo karena difitnah dan diasingkan atas tuduhan palsu yang meyakinkan bahwa ada menteri melakukan korupsi. Lalu, bakcang dilemparkan rakyat ke dalam sungai untuk mengalihkan perhatian makhluk di dalamnya agar tidak memakan jenazah Qu Yuan. Kemudian, bakcang menjadi salah satu simbol perayaan Peh Cun, seperti dilansir binus.ac.id.

Filosofi Kuliner Bakcang

Bakcang diyakini mengandung arti dan harapan baik yang disimbolkan dari empat sudut dengan makna berbeda, Sudut pertama diharapkan agar seseorang saling mencintai satu sama lain. Sudut kedua dimaknai doa baik agar keluarga selalu dalam keadaan damai, sejahtera, serta sehat. Sudut ketiga berarti rezeki dan berkah yang selalu datang dengan lancar. Lalu, sudut keempat yang mengandung harapan agar usaha dan karier berjalan sukses. 

Kata bakcang atau disebut pula dengan nama bacang, berasal dari dialek Hokkian yang biasa dibahasakan di selang suku Tionghoa di Indonesia. Secara harfiah, bakcang berasal dari dua kata, yaitu bak berarti daging dan cang berarti berisi daging. Namun, dalam praktiknya, ada juga cang yang berisikan sayuran atau tidak memuat isi sama sekali. Bakcang yang berisi sayuran disebut  chaicang, sedangkan bacang tidak berisi apa pun kerap disantap srikaya atau gula disebut dengan kicang.

Mengacu p2k.stekom.ac.id, bakcang di Tiongkok selatan dan Asia Tenggara biasanya dibuat dari beras ketan sebagai bahan utama dengan daging babi, jamur shiitake, kuning telur asin, seledri, dan jahe sebagai isi. Namun, bacang sangat beragam dan dapat diisi dengan bahan makanan apa saja. Lalu, untuk perasa bakcang ditambahkan sedikit garam, gula, merica, penyedap makanan, kecap, dan minyak nabati.

Bakcang juga identik dengan daun pembungkus dan tali pengikat. Biasanya, daun yang dipilih untuk bakcang berasal dari daun bambu panjang dan wajib dimasak terlebih dahulu untuk detoksifikasi. Umumnya, bakcang diikat bermodel limas segitiga, sebagaimana tertulis dalam p2k.unkris.ac.id.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus