Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Warga keturunan Tionghoa di Indonesia tengah merayakan Hari Bakcang atau Peh Cun, yakni hari untuk memperingati tokoh Cina bernama Qu Yuan. Hari Bakcang jatuh pada hari kelima bulan lima penanggalan Lunar atau Imlek, yang bertepatan dengan hari ini, 18 Juni 2018.
Baca:
Apa Beda Bakcang di Cina dan Indonesia?
Warga Tionghoa di Indonesia Rayakan Hari Bakcang, Seperti Apa?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada perayaan tersebut, warga Tionghoa akan menyantap bakcang setelah bersembahyang bersama keluarga. Hari Bakcang membuat suasana kampung pecinan dan pasar-pasar tradisional yang dekat dengan permukiman etnis Tionghoa ramai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejumlah penjaja bakcang bakal menyediakan stok lebih banyak dari hari biasanya dan pesanan pun meningkat dari hari sebelumnya. Salah satu lokasi yang meriah dengan perayaan bakcang di Jakarta adalah Pasar Petak Sembilan.
Tempo menyambangi Pasar Petak Sembilan di Glodok, Jakarta Barat, pada Senin siang, 18 Juni. Derap aktivitas jual-beli di jantung perkampungan etnis Tionghoa ini terasa sedari siang.Serba-serbi bakcang di Pasar Petak Sembilan, Glodok, Jakarta. Tempo/Francisca Christy Rosana
Di sepanjang gang pasar, ramai orang berburu penganan tradisional yang dibungkus daun bambu itu. Salah satu penjual bakcang, Kusnadi, tampak cukup kebanjiran pesanan.
"Bakcang ini memang sudah terkenal. Sebenarnya kami hanya cabang. Pusatnya ada di Bandengan, namanya bakcang Agiok," tutur Kusnadi yang membuka lapaknya di samping Vihara Tao Se Bio, Jalan Kemenangan III, Glodok.
Sudah sejak pukul 05.30 ia menggelar bakcang di depan rumah tokonya. Saat Tempo berkunjung pun pembeli datang dan pergi.
Kusnadi menjual tiga macam bakcang, yakni bakcang isi ayam, babi, dan bakcang spesial. Ada yang terbuat dari beras, ada pula yang dari ketan. Tiada beda kualitas keduanya menurut Kusnadi. Hanya, bakcang ketan Rp 5.000 lebih mahal.
Biasanya, penyuka bakcang ketan adalah pembeli asal Sumatera dan Kalimantan. Sedangkan pembeli asal Jawa lebih doyan menyantap bakcang yang terbuat dari beras.
Adapun soal isian, itu tergantung selera. Ada yang lebih suka menyantap babi, ada juga yang ayam. Hanya, secara penampilan, bakcang isi babi tampak lebih berminyak.
Adapun bakcang spesial memiliki ukuran yang lebih besar. Isinya lengkap, daging ayam atau babi, jamur, biji teratai, telur bebek merah, dan sosis.
Bakcang isi daging ayam dan babi yang dibungkus beras atau nasi dibanderol Rp 25 ribu. Sedangkan yang terbuat dari ketan dibanderol Rp 30 ribu. Adapun bakcang spesial dibanderol Rp 40 ribu.
Bakcang Agion yang dijual Kusnadi tahan sampai 24 jam. "Bahkan pernah dibawa terbang ke Singapura," ujarnya. Namun penganan itu sudah tidak layak dimakan kalau telah 24 jam dibiarkan. "Harus masuk lemari es atau freezer kalau mau lama," katanya.Kue cang, bakcang mini yang dijual di Pasar Petak Sembilan, Glodok, Jakarta Barat. Tempo/Francisca Christy Rosana
Selain bakcang, di Pasar Petak Sembilan, ramai pula orang mencari kue cang. Kue cang adalah bakcang versi mini yang terbuat dari ketan dan tak memiliki isi. Cara makannya dicocol dengan gula merah cair. Kue cang saat hari peringatan khusus ini dibanderol sampai Rp 6.000.
Simak: Hari Bakcang, Begini Sejarah Makanan yang Mirip Lontong Itu
Padahal, menurut pelanggan, Silvita Agmasari, harga kue cang bila tidak Hari Bakcang ini jauh lebih murah. "Paling 1.500 atau paling mahal Rp 3.000," katanya.
Kue cang menjadi alternatif bagi orang yang emoh makan bakcang gurih atau asin. Ukurannya pun lebih kecil dan cocok untuk camilan ringan teman minum teh.