Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Bahaya Makan Makanan Gosong dan Upaya Pencegahannya

Penting untuk diingat bahwa mengonsumsi makanan gosong, terutama secara berlebihan, dapat berisiko bagi kesehatan. Apa saja?

1 Januari 2025 | 06.04 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi Barbeque

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Sebagian orang percaya bahwa makanan yang dibakar hingga gosong memberikan rasa yang lebih lezat, unik, dan menggugah selera. Namun penting untuk diingat bahwa mengonsumsi makanan gosong, terutama secara berlebihan, dapat berisiko bagi kesehatan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dilansir dari Hindustan Times, berikut beberapa dampak kesehatan yang mungkin terjadi jika terlalu sering mengonsumsi makanan yang gosong:

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

1. Meningkatkan Risiko Penyakit Kanker

Makanan yang dibakar atau terlalu gosong mengandung senyawa karsinogenik berbahaya, seperti hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH) dan amina heterosiklik (HCA), yang terbentuk ketika makanan dipanaskan pada suhu tinggi, terutama pada daging yang dimasak dengan cara dipanggang atau dibakar.

Senyawa-senyawa ini diketahui dapat meningkatkan risiko pengembangan beberapa jenis kanker, termasuk kanker kolorektal, pankreas, dan perut. Karena itu, mengonsumsi makanan yang terlalu gosong secara teratur dapat memperbesar peluang tubuh terpapar bahan kimia berbahaya yang merusak sel dan jaringan, yang akhirnya dapat memicu perkembangan sel kanker.

2. Meningkatkan Masalah Pernapasan

Proses pemanggangan atau pembakaran makanan tentunya menghasilkan asap yang bisa sangat berbahaya. Asap yang dihasilkan dari makanan yang dibakar mengandung berbagai zat berbahaya, seperti karbon monoksida dan partikel halus, yang dapat mengiritasi saluran pernapasan.

Paparan asap ini dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan pernapasan, seperti batuk, sesak napas, atau iritasi pada tenggorokan. Selain itu, terhirupnya asap secara terus-menerus juga dapat memperburuk kondisi bagi individu yang sudah memiliki masalah pernapasan, seperti asma atau penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).

3. Menimbulkan Masalah Pencernaan

Makanan yang terlalu gosong atau hangus sering kali lebih sulit untuk dicerna oleh tubuh karena struktur makanan tersebut telah rusak akibat pemanasan yang berlebihan. Hal ini dapat menyebabkan gangguan pencernaan yang cukup mengganggu, seperti mual, muntah, bahkan diare. Ketika makanan terbakar, senyawa-senyawa tertentu yang seharusnya mudah diserap tubuh justru menjadi lebih sulit dicerna.

Selain itu, makanan yang gosong dapat memperlambat proses pencernaan, karena tubuh perlu bekerja lebih keras untuk memprosesnya. Ini menyebabkan ketidaknyamanan bagi sistem pencernaan, yang pada akhirnya dapat mengganggu kesehatan pencernaan dalam jangka panjang.

4. Meningkatkan Risiko Penyakit Jantung

Mengonsumsi makanan yang terbakar atau hangus secara berulang-ulang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya peradangan dalam tubuh akibat konsumsi makanan yang mengandung senyawa berbahaya seperti PAH (Hidrokarbon Aromatik Polisiklik) dan HCA (Amina Heterosiklik) yang terbentuk saat makanan dibakar. Zat-zat ini dapat memicu reaksi oksidatif dalam tubuh yang berlebihan, yang mengarah pada kerusakan sel dan pembuluh darah, serta meningkatkan tekanan darah dan kadar kolesterol.

Semua faktor ini berkontribusi pada peningkatan risiko terjadinya penyakit jantung. Selain itu, pola makan yang mengandung makanan terbakar dalam jumlah banyak juga dapat memperburuk kondisi bagi individu yang sudah memiliki faktor risiko penyakit jantung, seperti tekanan darah tinggi atau diabetes.

5. Mengurangi Kandungan Nutrisi pada Makanan

Memasak makanan terlalu lama atau membakarnya hingga gosong dapat menyebabkan hilangnya sebagian besar kandungan nutrisi yang terkandung dalam bahan makanan tersebut. Proses pemanasan yang berlebihan dapat merusak vitamin dan mineral penting yang ada dalam makanan, seperti vitamin C, asam folat, dan beberapa mineral lainnya yang sangat berguna bagi tubuh. Kehilangan nutrisi ini berdampak buruk pada kualitas makanan yang dikonsumsi, yang dapat mempengaruhi kesehatan tubuh secara keseluruhan.

Kekurangan zat gizi penting seperti vitamin dan mineral dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, mengganggu metabolisme, serta menurunkan energi dan daya tahan tubuh, yang pada akhirnya mempengaruhi kualitas hidup.

Di antara kelima risiko tersebut, yang paling umum dikenal oleh masyarakat adalah risiko kanker. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), pada 2020, kanker telah menyebabkan hampir 10 juta kematian di seluruh dunia.

Langkah Pencegahan

Risiko kanker dari makan makanan yang dibakar bukanlah sesuatu yang tidak bisa dikendalikan. Penyakit ini dapat dicegah dengan menerapkan gaya hidup yang lebih sehat, seperti mengonsumsi lebih banyak buah, sayuran, dan daging rendah lemak.

Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terkena kanker akibat makanan yang dibakar dengan mengikuti beberapa langkah berikut:

1. Marinasi atau pemberian bumbu pada daging sekitar 20 menit sebelum dibakar dapat membantu mengurangi pembentukan amina heterosiklik (HCA).

2. Hindari kontak langsung antara daging dengan api atau permukaan logam yang terlalu panas dalam waktu lama.

3. Gunakan microwave untuk memasak daging terlebih dahulu, sehingga waktu daging terpapar suhu tinggi dapat dikurangi selama proses pemanggangan.

4. Balikkan daging secara terus-menerus saat berada di permukaan logam panas, jangan biarkan daging diam di satu sisi.

5. Usahakan untuk memasak daging pada suhu rendah sebanyak mungkin.

6. Pastikan api sudah mengecil sebelum menaruh daging di alat panggang.

7. Singkirkan lemak berlebih dari daging untuk mengurangi pembentukan PAH (Hidrokarbon Aromatik Polisiklik).

8. Tambahkan sayuran seperti kentang, paprika, zucchini, dan jamur, karena sayuran tersebut tetap aman meskipun dibakar.

Selain itu, yang tidak kalah penting adalah membatasi konsumsi makanan yang dibakar demi menjaga kesehatan tubuh. Ini bukan hanya soal menjaga berat badan, tetapi juga untuk mengurangi risiko terkena kanker. Saat mengonsumsi makanan yang dibakar, sebaiknya imbangi dengan porsi sayuran hijau dan sayuran yang kaya glukosinolat, seperti brokoli, kembang kol, kale, lobak, dan kubis.

Sharisya Kusuma Rahmanda turut berkontribusi dalam penulisan artikel ini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus