Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Bahaya Usia Setengah Baya

Satu dari tiga wanita berusia di atas 45 tahun cenderung terkena osteoporosis. Terapi lewat olahraga amat berguna.

18 Oktober 2004 | 00.00 WIB

Bahaya Usia Setengah Baya
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

NYERI itu kerap datang tiba-tiba di punggungnya. Rasanya panas, menyengat, dan seperti ditusuk-tusuk. Semula Nyonya Koes Brahim, yang kini telah berusia 61 tahun, menduga ia terserang rematik. Tapi olesan obat gosok tak meredakan rasa nyeri.

Dokter yang ditemuinya menyarankan untuk memeriksakan diri ke ahli tulang. Saran ini dituruti, hasilnya mengejutkan. Ia dinyatakan terkena penyakit osteoporosis alias keropos tulang. Tak tanggung-tanggung, kualitas tulang punggungnya sudah mencapai angka minus 3,75. Padahal batas seseorang bisa disebut menderita osteoporosis adalah minus 2,5.

"Waktu itu saya kaget. Saya sempat marah. Masa, tulang saya dibilang keropos," kata ibu yang tinggal Jalan Fatmawati, Jakarta Selatan itu. Soalnya, di masa muda ia tak pernah sepi dari aktivitas dan kerap minum susu.

Kendati begitu, Nyonya Koes akhirnya mau menerima kenyataan yang muncul pada enam tahun silam itu. Dia lalu menjalani pengobatan dan terapi khusus. Sebab, kalau dibiarkan, ia akan semakin bungkuk dan tulangnya gampang patah.

Di Indonesia, penderita keropos tulang seperti Nyonya Koes amat banyak. Menjelang Hari Osteoporosis Nasional yang jatuh pada 20 Oktober ini, Menteri Kesehatan Achmad Sujudi menyodorkan data yang cukup mengerikan. Menurut dia, satu dari tiga wanita Indonesia usia 45 tahun ke atas memiliki kecenderungan terserang osteoporosis. Untuk kaum pria, satu dari tujuh laki-laki diduga mengalami keropos tulang di usia tua.

Data yang dimiliki oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi Departemen Kesehatan tahun lalu juga menunjukkan kecenderungan serupa. Sebanyak 19,7 persen penduduk di 14 provinsi yang ditelitinya berisiko terkena osteoporosis. Mereka antara lain Sumatera Selatan, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Sumatera Utara, Jawa Timur, dan Kalimantan Timur.

Menurut Sujudi, wanita Indonesia gampang terkena osteoporosis karena mereka kurang mengkonsumsi kalsium pada usia muda. Mereka hanya mengkonsumsi kalsium 254 miligram per hari, padahal untuk mencegah osteoporosis harus mengkonsumsi 1.000-1.200 miligram per hari.

Wanita lebih rentan terkena keropos tulang setelah menopause. Saat itu hormon estrogen yang diproduksi tubuh wanita berkurang secara tiba-tiba. Estrogen dibutuhkan tubuh untuk menyeimbangkan proses pengerukan dan pembentukan tulang.

Lain halnya pria. Hormon estrogen bisa dibentuk dari testosteron dalam darah. Hanya, dengan bertambahnya usia, kualitas hormonal dalam tubuh menurun. Itu sebabnya, pria pun berisiko mengalami osteoporosis.

Gejalanya? Persis yang dialami Nyonya Koes, mula-mula terasa nyeri dan panas pada tulangnya. Orang kerap mengiranya rematik. "Tapi, jika yang mengalaminya pe-rempuan yang mencapai pasca-menopause, sebaiknya langsung mencurigai munculnya osteoporosis," kata Dr. Ichramsjah Rachman, ahli masalah osteoporosis dan menopause dari Universitas Indonesia. Dia pula yang selama ini menangani Koes.

Rasa nyeri yang luar biasa juga kerap dirasakan oleh Rusidah Yunus, asal Solok, Sumatera Barat. Wanita 77 tahun ini sekarang dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Dia masih bisa berjalan dengan dipapah cucunya. Setelah diperiksa dengan densitometer (pengukur kepadatan tulang) pada pinggangnya, hasilnya menunjukkan Rusidah mulai mengalami osteopenia. "Ini awal proses awal pengeroposan tulang," ujar dr. Bambang Setiyohadi yang memeriksanya.

Pengeroposan tulang me-mang berlangsung berangsur-angsur dan tak mungkin dilihat dari luar. Menurut Dokter Bambang, setelah diperiksa dengan rontgen atau densitometer, baru akan jelas. "Itu sebabnya penyakit ini sering disebut silent disease," katanya.

Bukan sekadar merasakan nyeri atau tubuh menjadi membungkuk. Setiap saat tulang yang keropos akan mudah patah dengan penyebab yang sepele. Penderita osteoporosis bisa terancam jiwanya jika mengalami patah tulang di bagian pinggang atau panggul. Menurut dr. Hardi Susanto dari Rumah Sakit Graha Medika, bahaya itu sering terjadi pada wanita. Sebanyak 50 persen wanita pasca-menopause memiliki risiko patah tulang belakang dan pinggul.

Semua risiko itu bisa dihindari jika penderita keropos tulang rajin berobat dan menjalani terapi secara teratur. Ini pula yang dilakukan oleh Nyonya Koes Brahim sejak 1998. Buat mengembalikan kualitas tulang, ia diberi empat jenis obat yang di-minum selama sebulan. "Saya juga dianjurkan berolahraga," ujarnya.

Kendati kurang menyukai olahraga, Koes memaksakan diri ikut kelompok senam osteoporosis. Bersama anggota kelompok ini, ia rajin berjalan kaki di Senayan, tiga kali seminggu.

Pengobatan secara teratur plus olahraga ternyata amat efektif mengatasi osteoporosis. Secara berangsur kondisi tulangnya semakin baik. Angka kualitas tulangnya beranjak ke minus 3, minus 2,4, dan 2. Lalu, pada 2002, dokter yang menanganinya menyatakan kualitas tulangnya mencapai angka plus satu.

Duit yang dihabiskan untuk menyembuhkan penyakit ini ternyata lumayan tinggi. Untuk obat saja, satu bulan perlu Rp 150 ribu. Belum lagi fisioterapi, yang menghabiskan dana sekitar Rp 200 ribu sebulan. Ini dilakukan secara rutin dalam waktu yang lama. "Minimal 4 tahun," kata Dokter Bambang.

Cara murah untuk menghindari osteoporosis, tentu saja, dengan mencegahnya selagi masih muda. Menurut Dokter Bambang, tulang seseorang tak akan gampang keropos jika mengkonsumsi kalsium sesuai dengan kebutuhan. Tak kalah pentingnya juga rajin berolahraga dan memanfaatkan sinar matahari. "Jadi, jangan takut kulit hitam karena sinar matahari," ujarnya.

Utami Widowati


Menjaga Mutu Tulang:

  1. Jaga asupan kalsium minimal 1.000-1.200 gram/hari. Selain susu, kalsium juga bisa ditemukan dalam ikan teri dan kacang-kacangan.
  2. Tetaplah aktif bergerak atau olahraga minimal 10-15 menit setiap hari. Sebelum tulang keropos, latihan dengan beban justru menguatkan tulang.
  3. Jangan takut sinar matahari.
  4. Jika mengkonsumsi obat antiradang dan antikejang, berkonsultasilah dengan dokter untuk mengatasi efek sampingnya pada tulang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus