Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lasmina Umar, 60 tahun, mematut diri di depan kaca ruang perawatan Klinik Dermaster, Jakarta Selatan, Rabu sore pekan lalu. Ia mencoba menggerakkan bibirnya untuk tersenyum, tipis. Tangan kanannya meraba secara perlahan-lahan rahang dan pipinya yang baru saja "disulap" menjadi lebih tirus oleh Jessy Suryadi, dokter kecantikan klinik tersebut. Sekitar 50 menit sebelumnya, area pipi nenek empat cucu itu masih terlihat berisi.
Melihat hasil garapan Jessy, Lasmina puas. Menurut dia, wajah barunya terasa lebih kencang, meski masih terlihat bonyok karena baru kelar perawatan. Ia pun berkelakar tak sabar memamerkan wajah barunya kepada menantunya yang menyarankannya menjalani tanam benang di wajah atau thread lift. "Kata dia, muka saya mesti ditarik biar kencang lagi. Tapi saya enggak berani ikut operasi, makanya pakai metode ini," ucap Lasmina, yang saat menjawab pertanyaan kami hanya membuka sedikit bibirnya. "Masih kaku nih muka saya."
Metode tanam benang merujuk pada metode memasukkan benang ke bawah jaringan subkutan. Tujuannya untuk merangsang sintesis kolagen sehingga bagian kulit yang ditanami benang terlihat lebih kencang dan tirus. Menurut Jessy, metode ini sebenarnya sudah populer di Korea Selatan lebih dari lima tahun lalu. Namun thread lift memang baru masuk ke Indonesia pada 2011 dan laris setahun belakangan. "Orang Indonesia terpicu oleh banyaknya perempuan Korea yang berhasil mempercantik diri dengan thread lift," ujarnya sebelum melakukan tanam benang pada Lasmina.
Tanam benang di klinik Jessy kebanyakan dimanfaatkan untuk memancungkan hidung dan membuat wajah lebih tirus. Namun sebenarnya metode itu punya banyak faedah lain. Di antaranya untuk mengurangi sakit pada bahu, meninggikan badan, merangsang pertumbuhan rambut, serta mengencangkan lengan, betis, payudara, juga perut. Untuk bagian perut, kata Jessy, lingkarnya bisa berkurang hingga 5 sentimeter untuk sekali perawatan.
Bahkan tanam benang juga bisa "mengukir" perut pasien yang biasa berlatih fisik menjadi kotak-kotak alias six packs. Namun, untuk kasus seperti itu, tanam benang mesti berkolaborasi dengan suntikan tambahan buat menghancurkan lemak. "Jadi berat badannya enggak turun, tapi memang badan terlihat lebih langsing karena ibaratnya kulit bagian tertentu diperkencang," tutur Jessy.
Sedangkan untuk mengusir keriput di wajah, seperti pada dahi dan pipi, Jessy terkadang mengkombinasikan tanam benang dengan suntik botoks, filler, ataupun dengan perawatan laser. Pada kasus tertentu, misalnya perampingan rahang, Jessy akan bekerja sama dengan dokter bedah plastik. Setelah si dokter bedah plastik melakukan koreksi penipisan rahang pada pasien, barulah Jessy melakukan tanam benang.
Benang yang digunakan diklaim Jessy tidak berbahaya karena bisa diserap tubuh dalam waktu enam-delapan bulan. Benang tersebut merupakan protein poÂlydioxanone (PDO) yang biasa digunakan untuk menjahit dalam operasi jantung. Jessy menjelaskan, jenis benang yang digunakan untuk tanam benang beragam. Di kliniknya ada tujuh jenis benang. Di antaranya monofilament; tornado; double twist, yang bentuknya terpilin seperti DNA atau bahan penyusun gen; dan benang cogs berduri.
Jessy sempat menunjukkan benang cogs. Benang tersebut berwarna ungu mencolok, berbentuk lurus, tebalnya mirip dengan benang untuk menjahit baju, dan memiliki semacam gerigi di sekujur tubuhnya. Fungsi duri-duri di tubuh benang cogs sepanjang 9 sentimeter itu adalah untuk memperkuat proses pengencangan wajah. Menurut dia, semakin canggih benangnya, biasanya benang semakin tebal.
Lain orang dan perawatan, lain pula jumlah benang yang digunakan. Untuk memancungkan hidung, misalnya, Jessy biasanya menanamkan sekitar 40 benang ke bagian hidung pasien. Namun, jika hidung si pasien sudah agak mancung, benang yang dibenamkan bisa hanya separuhnya. Biduan Dewi Perssik, yang hidungnya sudah cukup mancung, disebut Jessy hanya ia tanami 23 benang.
Jessy tak mengelak ada beberapa pasien yang ketagihan pada hasil metode ini sehingga melulu minta dijejali benang PDO. Namun, terhadap pasien seperti itu, ia selalu membujuk mereka untuk menyetop perawatan dengan alasan "garasi" tak muat lagi menampung benang. "Semakin banyak benang bukan berarti semakin baik hasilnya," ujarnya. Toh, pasien memang mesti kembali mengulang perawatan, karena hasil tanam benang hanya bertahan setahun.
Prosedur tanam benang membuat banyak orang ketagihan karena prosesnya instan. Lasmina menyebutkan salah satu alasannya memilih tanam benang ketimbang operasi adalah faktor kecepatan proses. Untuk mengencangkan rahang dan pipi Lasmina, Jessy hanya membutuhkan waktu tak sampai satu jam, yakni untuk membersihkan wajah, mengoleskan krim anestesi selama 30 menit, menghapus krim tersebut, menyuntikkan obat bius lokal, dan melakukan penanaman benang selama 10 menit.
Setelah perawatan, bagian yang baru saja ditanami benang memang bakal terasa nyeri selama sepekan. Warnanya pun akan membiru bengkak, seperti terlihat pada bagian pipi dan rahang Lasmina. "Sekarang sih muka saya masih terlihat bonyok, walau tirusnya sudah langsung terlihat. Tapi sepekan lagi mungkin sudah tampak cakep, ya," kata Lasmina, yang membayar belasan juta rupiah untuk perawatan tanam benangnya siang itu.
Dokter spesialis kulit Retno Indrastiti mengatakan prosedur tanam benang memang minim invasif karenanya cenderung aman dilakukan. Namun tetap saja metode ini tak lepas dari risiko. Retno mengingatkan pasien untuk tak sembarangan memilih dokter. Apalagi saat ini banyak klinik kecantikan yang menawarkan perawatan tanam benang, padahal yang melakukannya bukan pakar. Walhasil, berniat jadi lebih cantik, wajah pasien malah rusak. "Pasien mesti riset dengan baik karena salah tanam benang, wajah malah bisa mencong," ucapnya Selasa sore pekan lalu.
Tak semua orang bisa melakukan prosedur ini. Retno mengungkapkan pasien dengan diabetes melitus atau kadar gula tinggi di dalam darah dilarang menjalani tanam benang. Sebab, luka bekas tanam benang bisa jadi bakal lama sembuh. Pasien dengan penyakit jantung juga tidak dianjurkan melakukan tanam benang karena dikhawatirkan kaget saat proses penyuntikan prosedur tersebut.
Sedangkan dokter spesialis bedah plastik Budiman menyebutkan soal kemungkinan terjadinya infeksi dan perdarahan pada pasien yang menjalani tanam benang yang berlebihan. Perdarahan juga bisa terjadi jika tanam benang dilakukan sampai struktur kulit bagian dalam, sehingga jarum mengenai pembuluh darah.
Saat ini pun, kata Budiman, di kalangan dokter bedah plastik tengah dibahas kemungkinan menggunakan jarum yang lebih tumpul untuk mengurangi kemungkinan cedera. "Kalau benang yang digunakan bermacam-macam dan sampai puluhan, tidak saya anjurkan. Sebab, di wajah ada bangunan saraf dan arteri, yang jika tidak hati-hati memperlakukannya bisa menyebabkan perdarahan," ujarnya saat ditemui dua pekan lalu.
Budiman sendiri menganggap metode facelift klasik alias operasi lebih efektif untuk mengencangkan wajah. Apalagi hasil operasi juga lebih awet—bisa puluhan tahun—dibandingkan dengan tanam benang, yang hasilnya hanya tahan setahun.
Isma Savitri
Prosedur Tanam Benang
- Jarum disisipkan ke dalam kulit melalui sayatan.
- Setelah jarum muncul, benang di tarik melalui jarum kemudian dipotong.
- Langkah tersebut diulang, kemudian benang yang muncul diikat. Jarum dipotong.
- Menarik sisa benang yang kendur, dokter menggunakan tangannya untuk mengangkat dan membentuk kulit yang berada di atas benang.
- Terakhir, ujung benang yang kendur dipotong, menghilang di bawah permukaan kulit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo