Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bangunan megah berhalaman luas di kawasan pusat belanja Nusa Dua, Bali, itu tampak seperti hotel. Suasana memanjakan dibangun dengan lobi yang sejuk, nyaman, dengan dinding yang dipajangi beberapa lukisan. Tidak ada kesan sedikit pun bahwa tempat bernama Victus Life itu adalah klinik pengobatan. Pun bukan sembarang sakit yang diobati di sana. Spesialisasinya mengobati penuaan.
Lho, tua masuk kategori penyakit? Bukankah itu proses alamiah semata? Inilah paradigma baru ilmu kedokteran: penuaan adalah penyakit, makanya dapat dicegah dan diobati. Pengobatan anti-penuaan atau antiaging medicine mulai berkembang di Amerika Serikat dan Eropa sejak 1993. Paradigma ini juga tidak mengenal penyakit keturunan karena semua penyakit prinsipnya bisa diatasi. Aliran ini juga punya prinsip: manusia menjadi tua karena produksi hormonnya berkurang, bukan gara-gara tua lantas hormon berkurang.
Cara pandang ini berpendapat bahwa orang harus lebih khawatir pada memburuknya metabolisme tubuh ketimbang menjadi gemuk. Orang juga harus lebih takut pada penurunan tingkat mobilitas tubuh dibanding kulit wajah dan leher berkerut. Melihat penuaan—dan semua gejala yang biasa mengikutinya— sebagai penyakit inilah yang membuat penanganan antiaging bukan berbasis pada estetika semata. ”Percuma cantik tapi jalannya bungkuk,” kata Wimpie Pangkahila, dokter ahli anti-penuaan.
Gelombang baru ini pun melanda Indonesia. Ilmu kedokteran antipenuaan mulai berkembang. Pada September lalu, misalnya, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali, membuka program master untuk antiaging medicine. ”Program master ini ternyata pertama di dunia,” kata Wimpie, yang juga Ketua Program Studi Magister Antiaging Medicine.
Pasar pun mengikuti. Klinik antipenuaan menjamur di kota-kota besar. Salah satunya Victus Life di Nusa Dua itu, yang gencar mempromosikan pengobatan untuk penuaan sejak awal tahun ini.
Seperti layaknya klinik kesehatan lainnya, klinik antipenuaan juga mendasarkan penanganan medis pada hasil cek kesehatan menyeluruh, termasuk hasil tes laboratorium. Ini dimaksudkan selain untuk mengetahui status kesehatan, juga potensi risiko pasien dari empat penyakit mematikan: kanker, diabetes, stroke, dan jantung.
Baru setelah semuanya jelas, pasien yang datang ke klinik antipenuaan mendapat pola penanganan. ”Terapi yang dilakukan intinya berupaya mencegah atau memperlambat penuaan,” ujar Wimpie. Bukan cuma menjaga kulit tetap kencang, fungsi berbagai organ dan hormon pun dikontrol. Sehingga, walaupun usia sudah di atas 60 tahun, kualitas hidup tidak berbeda dengan yang berumur 30 tahun.
Konsep antipenuaan yang benar memang harus mencakup kesehatan organ tubuh secara keseluruhan. Pandangan ini, meskipun sudah dimengerti banyak orang, masih kurang menarik untuk diterapkan. Sebab, hasilnya tidak bisa dilihat dalam waktu singkat. Coba, lebih cepat tampak cantik dengan penanganan metabolisme tubuh atau pengencangan kulit wajah dan leher? Pilihan kedua pasti membuat orang cantik atau tampan lebih instan.
Nah, tujuan pengobatan di klinik antipenuan adalah meningkatkan kualitas hidup tanpa terpengaruh pertambahan usia. ”Pilarnya tidak hanya kosmetik, tapi juga olahraga, mental sehat, serta makan cukup dan bergizi,” tutur Suharto, Sekretaris Jenderal Perhimpunan Kedokteran Antipenuaan Indonesia (Perkapi). Pasalnya, semua itu berpengaruh pada komponen kesehatan seperti imunitas tubuh, hormon, gizi, dan kulit. Karena itu, lingkup pengobatan antipenuaan meliputi detoksifikasi, diet, latihan fisik, pengurangan stres, suplementasi yang disesuaikan kebutuhan individu, harmonisasi hormon, dan yang terakhir memperbaiki penampilan fisik dan estetika.
Menurut Stephen Tjandra, pendiri Victus Life, ilmu antipenuaan dilatarbelakangi tren populasi dunia pada 10 hingga 20 tahun mendatang. Menurut catatan Badan Kesehatan Dunia (WHO), saat itu manusia yang berusia di atas 50 tahun mencapai 60-70 persen. ”Jadi, sepuluh tahun mendatang, apa risiko penyakit yang dihadapi dan bagaimana mencegahnya, itulah yang ditangani pengobatan antipenuaan,” ujar Stephen.
Kesehatan berdasarkan konsep antiaging medicine diukur dari kemampuan sistem tubuh dibandingkan dengan saat berusia 25 sampai 30 tahun—rentang usia dengan kesehatan optimal. Nah, perbedaan yang diperoleh disebut penuaan.
Masih menurut antiaging medicine, penyakit di usia 40-50 tahun disebabkan oleh perubahan biokimia dan perubahan fungsi tubuh, terutama metabolisme dan pencernaan. Perubahan itu sebenarnya membutuhkan waktu minimum sepuluh tahun untuk menjelma menjadi penyakit. Selama periode itu, bisa dilakukan intervensi medis. ”Jadi, bisa dicegah,” kata Stephen. Menurut perspektif antiaging medicine, meninggal di usia 60-70 tahun terbilang mati muda. Sebab, secara genetis manusia mestinya mampu mencapai 120 tahun.
Berapa biaya menjadi muda dan sehat? US$ 3.000 hingga 10.000 atau Rp 28,57 juta sampai Rp 95 juta per tahun. Mahal? Relatif. Ketimbang operasi plastik atau terus-menerus mengencangkan wajah dan sedot lemak, cara pengobatan antipenuaan ini mestinya lebih permanen.
Nunuy Nurhayati, Rofiki Hasan (Bali)
Tiga Fase Proses Penuaan
Fase subklinis (25-35 tahun):
Fase transisi (35-45 tahun)
Fase klinis (45 tahun ke atas)
Teori Proses Penuaan
Teori kontrol genetis Manusia seharusnya bisa mencapai usia 120 tahun. Jika usia ternyata lebih pendek, berarti ada masalah genetis akibat kesalahan interaksi dengan lingkungan dan gaya hidup yang tidak sehat. Untuk mengatasinya, bisa diterapkan terapi gen untuk mengoreksi gen agar lebih baik. Juga menerapkan gaya hidup sehat untuk mencegah aktivitas gen jahat dan membuat gen baik baik memperbaiki tubuh.
Teori endokrinologi atau penurunan hormon Penurunan hormon menjadi salah satu faktor yang mempercepat proses penuaan manusia. Akibatnya, sistem metabolisme tubuh secara keseluruhan terganggu. Penampilan fisik terlihat tua, gemuk, dan gampang stres. Untuk mengatasinya, bisa dilakukan terapi hormon dalam bentuk injeksi ataupun pemberian suplemen.
Teori daya tahan tubuh atau imunologi Usia lanjut membuat tubuh gampang terkena infeksi, sulit pulih dari penyakit, dan berisiko terkena kanker. Diatasi dengan pemberian suplemen pendongkrak daya tahan tubuh.
Teori kerusakan Sel tubuh lama-kelamaan akan rusak, baik akibat radikal bebas sinar matahari maupun makanan. Intervensi medis yang bisa dilakukan untuk memperbaiki sel rusak dilakukan melalui pencangkokan sel induk, baik dari manusia (stem therapy) maupun ekstrak binatang, penggunaan organ tiruan, kloning, atau teknologi nano.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo