Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketika berkunjung ke kawasan Titik Nol, Yogyakarta, pasti sudah tidak asing lagi dengan jam kota atau stadsklok. Tugu ini berdiri di sebelah utara Titik Nol Kilometer Yogyakarta, tepatnya di depan Gereja GPIB, Jalan Margomulyo. Kelurahan Ngupasan, Kecamatan Gondomanan. Sebagai salah satu ikon di Kota Yogyakarta, jam kota (stadsklok) atau yang lebih dikenal dengan Tugu Ngejaman ini memiliki sejarah yang panjang.
Jam kota atau stadsklok ini terdiri atas dua bagian, yaitu bagian alas berbentuk persegi dan sebuah jam berbentuk bulat yang bertengger di atasnya. Bagian bawah memiliii tinggi 1,5-meter yang berperan sebagai fondasi dari jam yang berukuran 45 cm di atasnya. Jam tersebut dioperasikan secara manual menggunakan tenaga manusia melalui sistem pegas yang harus diputar pada waktu tertentu. Namun saat ini, jam ini dapat beroperasi secara otomanis menggunakan listrik.
Dilansir journal.usd.ac.id, tugu ini didirikan pada 1916 yang berfungsi sebagai penanda waktu bagi masyarakat Kota Yogyakarta. Ditilik dari sejarahnya, stadsklok ini adalah monument peringatan satu abad kembalinya Jawa ke pangkuan kolonial Belanda setelah dikuasai ole Perancis. Hal ini Bbermula ketika Prancis berhasil menaklukkan atas Belanda pada Januari 1795 sehingga Jawa dibawah kepemimpinan Perancis pada 1808-1811.
Namun Prancis yang kalah berpereang dengan Rusia pada 1814 membuat Belanda melakukan negosiasi Inggris mengenai wilayah jajahannya. Inggris dan Belanda berhasil mencapai kesepakata untuk menyerahkan Jawa ke pangkuan Belanda, sementara Inggris menguasai Malaka pada tahun 1816.
Selain sebagai monument peringatan kembalinya Belanda berkuasa di Jawa, Stadsklok juga berfungsi sebagaimana peran jam, yaitu penunjuk waktu. Suara jam menandakan pergantian waktu dapat didengar oleh para serdadu kolonia di Benteng Vrederburg, residen di Gedung Agung dan warga yang sedang bertransaksi di pasar Bringharjo.
Ketika kemerdekaan Indonesia, Pemerintah Kota Yogyakarta mengeluarkan Keputusan Wali Kota Yogyakarta Nomor 297 Tahun 2019 tentang Daftar Warisan Budaya Daerah Kota Yogyakarta. Berdasarkan daftar tersebut, tugu Ngejaman berada di nomor 119 dengan nilai pentingnya sebagai penanda kawasan Malioboro.
Pilihan Editor: Wisata di Titik Nol Kilometer Yogyakarta, Kawasan Penuh Sejarah
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini