KORBAN kebebasan seks masih berjatuhan. Dulu kala sifilis, belakangan AIDS -- yang mengerikan itu. Namun, belum cukup, rupanya. Kmi dltemukan lagi penyakit kelamin baru yang diakibatkan virus papilloma. Kendati tidak membunuh secepat AIDS, infeksi papilloma ini terkategori penyakit kelamin yang mematikan. Ia berkembang cepat dan menjurus ke beberapa jenis kanker alat kelamin. Hasil penemuan baru ini disimpulkan Oktober lalu oleh ahli-ahli virologi dari Jerman Barat, Kanada, dan Amerika Serikat. Publikasinya kini sedang disusun dua virolog Universitas Minnesota, AS, Dr. Ronald Ostrow dan Dr. Anthony J . Faras. Mereka mengharapkan bahwa penjelasan tentang infeksi papilloma ini bisa membangkitkan penelitian di berbagai negara lain. Apalagi infeksi papilloma itu berhubungan langsung dengan kanker alat kelamin -- khususnya kanker leher rahim -- yang sudah menvcbar ke seluruh dunia. Penyebaran infeksi virus papilloma melalui penyakit kelamin diduga sama cepatnya dengan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) -- penyakit yang merontokkan kekebalan tubuh. Cara virus papilloma berjangkit juga mirip virus HIV penyebab AIDS, yakni melalui hubungan kelamin dan luka terbuka. Infeksi pada stadium awal ditemukan terjadi di sekitar dubur. Ini akibat hubungan seks anal, lubang faraj, dan tenggorokan. Tapi yang terakhir akibat seks oral. Lalu infeksi-infeksi itu berlanjut ke kanker saluran pembuangan dan dubur, kanker leher rahim, dan kanker zakar. Infeksi pada tenggorokan berlanjut ke kanker paru-paru. Dalam waktu singkat, sel kanker dari bagian-bagian tubuh itu menyebar ke seluruh tubuh. Berarti sudah mencapai stadium metastasis yang mematikan. Para peneliti yang bekerja sama dengan lembaga pengontrol penyakit menular AS, CDC (Centers for Disease Control) di Atlanta, sementara ini sudah melacak 7.000 kematian dan 45.000 kasus infeksi yang lagi berkembang ke kanker ganas. Tapi angka infeksi yang sebenarnya diduga jauh lebih besar. "Infeksi virus papilloma ini adalah penyakit kelamin yang sangat serius," ujar Ronald Ostrow dalam sebuah pertemuan ilmiah di Universitas Minnesota. Ostrow memperkirakan, 10% orang dewasa di Amerika Serikat telah terjangkit infeksi virus ini. Penambahan insidensinya bisa mencapai 1 juta per tahun. Virus papilloma bukanlah jazad renik baru bagi para ahli. Kelompok keluarga virus ini sudah ditemukan di tahun 1930, dan semula mengakibatkan tumbuhnya kutil di berbagai bagian tubuh -- tangan, telapak kaki, punggung, dan juga alat kelamin. Tapi kutil-kutil itu tidak berbahaya. Sampai tahun 1980, baru 9 jenis virus terdapat pada keluarga virus ini. Belakangan ketahuan, jenis virus papilloma ternyata jauh lebih banyak, mungkin juga bertambah akibat perkembangan. Kini sudah dikenali 53 jenis. Sebagian besar justru berbahaya. Dr. Harald Zur Hausen dari Pusat Studi Kanker Jerman, Heidelberg, Jerman Barat, adalah perintis penelitian keganasan papilloma. Di tahun 1980 ia menemukan 10% dari 9.000 wanita yang diperiksanya membawa virus papilloma pada leher rahim mereka. Angka ini membangun kecurigaan Hausen, karena virus papilloma biasanya paling banyak mencapai sekitar 3% saja. Setelah meneliti lebih jauh, Hausen justru menemukan virus papilloma dari jenis yang belum dikenal. Beberapa tahun kemudian, Hausen menemukan virus papilloma yang populasinya meningkat itu pada 80% kasus kanker leher rahim. Para wanita penderita kanker rahim itu bisa dipastikan mendapat virus tersebut dari mitra seks mereka -- akibat kejangkitan. Dalam pemeriksaan, sekitar 50% pasangan seks para wanita itu ternyata membawa virus papilloma. Hampir bersamaan dengan penelitian Hausen di Jerman, Dr. Alexander Meisels dari RS Saint Sacrement, Quebec, Kanada, menemukan gejala yang sama. Virus papilloma ditemukan Meisels tidak hanya pada kanker leher rahim, tapi juga pada kanker zakar, kanker dubur, dan kanker paru-paru. Mulanya ada dugaan, kehadiran papilloma pada kanker alat kelamin hanya menumpang hidup. Artinya, tidak mempengaruhi perkembangan sel-sel kanker. Dr. Peter M. Howley dari Institut Kanker Nasional, Bethesda, AS, menggugurkan dugaan itu setelah meneliti inti sel papilloma di laboratorium. Howley menemukan virus papilloma berperan aktif mengembangkan kanker alat kelamin, terutama kanker leher rahim yang ditelitinya. Pada kanker leher rahim, virus papilloma ditemukan Howley menjadi penyebab proses displasia (perkembangan janggal sel-sel jaringan ke sel-sel kanker ganas). Dalam proses itu, virus papilloma menduduki selsel jarinan yan normal, dan mengambil alih kontrol inti sel, yang menjadi pusat reproduksi. DNA (deoxyribonucleic acid) atau rangkaian asam amino pada inti sel virus, yang membawa materi genetik, kemudian mengubah sifat sel-sel jaringan itu menjadi sel-sel kanker yang ganas. Sel-sel inilah yang menyebar ke seluruh tubuh pada stadium metastasis. Untuk mencegah perambatan virus papilloma, sementara ini para ahli hanya bisa berpaling pada interferon, senyawa pada inti sel jaringan tubuh manusia, yang merupakan bagian dari sistem pertahanan sel. Interferon ini diproduksi oleh inti sel, segera setelah selnya diduduki sel kanker. Beberapa tahun lalu para peneliti Prancis berhasil membuat interferon sintetis, yang mampu mencegah metastase -- khusus untuk kanker yang disebabkan virus. Yang paling akhir dari rangkaian penelitian virus papilloma, Dr. Wayne D. Lancaster dari Universitas Georgetown, menemukan adanya mutasi genetik virus. Ini berarti kelahiran virus jenis baru. Tak pelak lagi, itulah kejadian paling mencemaskan di abad ini: kecenderungan munculnya virus-virus baru hasil evolusi. Biasanya virus dan bakteri seperti itu tangguh dan ganas. Sementara itu, obat dan metode penaklukannya -- seperti dalam menghadapi AIDS -- tak bisa ditemukan dengan cepat. Perubahan pola hubungan seksual diduga banyak pengaruhnya terhadap mutasi genetik sejumlah virus. Seperti kaitan homoseks dengan AIDS, mutasi virus papilloma kemungkinan besar terjadi akibat gonta-ganti mitra seks. Di masa lalu, kanker jenis ini tak pernah dihubungkan dengan penyakit kelamin. Tapi sekarang hasil penelitian membuktikan bahwa kanker jenis itu adalah bentuk yang lebih parah dari penyakit kotor. Jim Supangkat
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini