Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Dari wasir memed yang sembuh

Seorang dokter di bogor berhasil menyembuhkan beberapa penderita wasir kelas berat dengan rebusan daun handeuleum tanpa efek sampingan. usaha penelitian daun tersebut masih ditunggu. (ksh)

26 Mei 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUDAH 10 tahun ia disiksa aambeien atau wasir. Tubuhnya kurus. Kalau ia ke belakang, kotorannya bercampur darah. R. Memed, bekas pamong di Depok yang pensiunan itu akhirnya setahun lalu menemui dr Y.M. Sugiarta, 35 tahun, yang sehari-harinya bertugas di Rumah Sakit Jiwa Bogor dan sore hari buka praktek pribadi. Borraginol dan Essaven (keduanya obat wasir) diberikan dokter itu kepadanya. Namun penyakitnya membandel. Sugiarta kemudian mengirimnya ke Rumah Sakit Palang Merah Indonesia, Bogor. Di situ operasi yang direncanakan untuk mengenyahkan wasirnya tak bisa dilaksanakan karena keadaan tubuhnya yang sangat lemah. Ia kembali ke rumah. "Saya tak bisa tidur memikirkan Pak Memed," kisah dr Sugiarta, yang akhirnya teringat pada daun handeuleum (Praptophyllum L. Griff) sebagai obat wasir tradisionil yang populer di Temanggung, Jawa Tengah. Dokter lulusan Universitas Gajah Mada itu berangkat ke sana mencari daun itu yang panjangnya rata-rata 15 dan lebar 7 cm. Daun itu harus direbus 7 lembar dan dicampur gula aren. Air rebusan sebanyak 3 gelas dibiarkan mendidih terus hingga tinggal hanya 1 gelas. Inilah yang harus diminum tiap hari. Pasien Memed mencobanya tiga hari berturut-turut, dan pendarahannya ternyata berhenti. Tiap dua hari sekali (selama sebulan) Sugiarta meneliti pasiennya. Ambeinnya mengecil dan baik. Sugiarta bercerita pada Bachrun Suwatdi dan TEMPO bahwa dalam setahun ini sudah 16 penderita wasir yang datang berobat kepadanya. Sepuluh di antara mereka penderita kelas berat (sudah mencapai stadium 3). Semua tertolong. "Ternyata rebusan handeuleum tidak membawa efek samping," ulas dokter itu. Untuk Penghijauan Sugiarta masih ingin mengetahui apa yang dikandung daun tersebut dan bagaimana cara kerjanya, hingga bisa menciutkan wasir yang sudah parah. Ia menghimbau para peneliti supaya memberikan perhatian. "Kalau nanti memang ternyata ampuh untuk wasir, saya berniat mengusulkan kepada pemerintah daerah Bogor agar mengadakan penghijauan dengan pohon ini," katanya. Maksudnya, supaya daun itu gampang diperoleh. Menurut Herbarium Bogor, tumbuhan itu banyak terdapat di daerah Jawa Barat, khususnya Sukabumi Selatan. Daunnya yang muda sering juga digunakan penduduk sebagai bahan makanan. Pada upacara menuai padi. handeuleum ini digunakan pula sebagai pelindung sajen di sawah. Sugiarta mulai mengenal khasiat daun ini di perkebunan tembakau di Temanggung, bekas milik orang Perancis. Rupanya orang Perancis itu menitipkan pohon handeuleum yang bibitnya dibawa dari luar negeri. Wasir pada tingkat gawat biasanya ditolong dengan operasi, demikian dr Ibrahim Ahmadsyah, ahli bedah di RS Cipto Mangunkusumo. Ia tidak spontan menyambut pengobatan dengan daun handeuleum. "Pernah juga ada yang memperkenalkan obat wasir yang dibuat dari tinja semut. Setelah dicoba pada 60 pasien, ternyata hanya mampu melancarkan buang air besar. Sedang wasirnya tidak," katanya. Sibuk Comfrey Drs B. Dzulkarnain, staf ahli penelitian dan pengembangan Depkes, dosen luar biasa di jurusan farmasi FIPIA-UI dan Ketua Himpunan Peneliti Bahan Obat Alam, menyambut gembira penemuan dokter di Bogor itu. Namun ia sendiri belum sempat langsung turun ke laboratorium untuk memeriksa daun handeuleum. Banyak waktunya masih terpakai untuk meneliti daun comfrey yang ramai sampai sekarang. Tapi diketahuinya handeuleum "tidak mengandung racun." Comfrey yang diduga bisa menyembuhkan kanker masih diperdebatkan para ahli. Kalau memang benar berkhasiat, handuleum bermanfaat ganda. Pertama harganya murah. Kedua, biaya operasi wasir -- mencapai Rp 100.000 -- bisa dihematkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus