Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

gaya-hidup

Karya Busana Istimewa Desainer Muda

Para desainer muda mendapat panggung megah di Jakarta Fashion Week 2025. Mereka menghadirkan beragam karya.

 

27 Oktober 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Sejumlah desainer muda unjuk gigi dalam gelaran Jakarta Fashion Week 2025.

  • Isu lingkungan, kemanusiaan, sampai budaya tertuang dalam beragam karya busana cantik.

  • Wastra Nusantara masih dilirik desainer muda. 

PULUHAN model berjalan anggun di atas runway Jakarta Fashion Week 2025 di Pondok Indah Mall 3, Jakarta Selatan, Sabtu, 26 Oktober 2024. Mereka tampil mengenakan busana rancangan desainer muda Rinda Salmun, pemilik jenama fashion RTW Studio.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Rinda sukses menyuguhkan karya-karya unik nan anti-mainstream. Ya, perempuan 39 tahun itu memamerkan busana hasil daur ulang sampah mode. Salah satunya sebuah kemeja perempuan tanpa lengan berkelir biru yang terdiri atas tiga bahan kain. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada bagian leher hingga dada, kemeja itu memakai bahan denim tanpa motif. Kemeja bagian dada bawah hingga perut atas terbuat dari bahan kain katun yang berpola abstrak. Lalu pada bagian perut atas ke bawah terbuat dari bahan linen polos.

Ada pula celana panjang gombrong pria yang terdiri atas dua jenis bahan kain, yakni denim biru serta flanel kotak-kotak merah dan hitam. Bahan denim membalut kaki bagian dalam, sementara kain flanel menjadi penghias di sisi luar kaki. 

Tak kalah menarik, Rinda memamerkan sebuah jaket pria yang terbuat dari kain denim biru di bagian bahu, dada, hingga lengan. Adapun pada bagian perut terbuat dari dua motif kain tenun berkelir merah muda pastel dan putih garis-garis.

"Itu semua bahan berkelanjutan lho, bahan bekas semua," kata Rinda saat ditemui Tempo setelah sesi peragaan busana. 

Rinda mengatakan ia mendapatkan sampah-sampah mode itu dari beberapa rekannya yang juga desainer busana. Dari bahan denim, wol, katun, hingga linen diangkut Rinda ke kantornya. Bahkan ada busana yang dibuat dari sampah spanduk. Pakaian itu berbentuk jaket berkelir hijau dengan ornamen kain biru dan merah di bagian lengan. Uniknya, terdapat semacam jubah kecil di bagian punggungnya. 

Desainer pakaian, Rinda Salamun, berpose dalam Jakarta Fashion Week 2025 di Pondok Indah Mall 3, Jakarta, 26 Oktober 2024. TEMPO/Martin Yogi Pardamean

Perempuan peraih gelar master di bidang fashion di Ravensbourne College, London, itu mengaku serius ingin memproduksi busana hasil dari sampah mode. Saat ini ia sedang mengembangkan pengolahan bahan yang sesuai sehingga mudah dipakai dan dicuci oleh konsumen. 

Namun upayanya itu tak semudah membalikkan telapak tangan. Maklum, perbedaan bahan kain menjadi tantangan dalam proses perawatan. Belum lagi, sampah sisa bahan mode itu didapat tanpa perencanaan. Walhasil, Rinda harus menyesuaikan lagi warna dan motif pada kain sebelum menjahitnya menjadi satu lembar pakaian. 

"Sejauh ini merasa beruntung ada saja bahan yang cocok warna dan coraknya," ucapnya.  

Menariknya, Rinda tak hanya membawa isu lingkungan dalam peragaan busana miliknya. Ia ikut menyelipkan pesan kemanusiaan lewat taburan replika bunga popi di sebagian busana. 

Tanaman yang berada dalam subfamili Papaveroideae dari famili Papaveraceae itu memiliki kelopak berwarna merah terang yang menyusun bentuk lingkaran dengan putik berwarna gelap. Rinda menyematkan replika bunga-bunga popi di sejumlah busana pria dan wanita.

Menurut Rinda, bunga popi menjadi bunga nasional Palestina. Ya, bunga-bunga itu memang banyak ditemukan di wilayah barat Benua Asia. Rinda beralasan, bunga popi itu menjadi pengingat ihwal kejahatan kemanusiaan yang terjadi di Palestina. 

Alih-alih menggambarkan kesedihan dan kengerian perang, Rinda memilih untuk mengingat kembali keindahan wilayah Palestina sebelum peristiwa Nakba pada 1948. Lewat bunga-bunga popi, ia seperti ingin mengetahui keindahan Palestina jauh sebelum perang dan kejahatan perang terjadi di sana.

"Saya bayangkan banyak ladang popi dan zaitun di sana pada 1920-1930-an," ujar Rinda.

Sementara Rinda membawa nuansa alam Palestina, desainer belia Indah Nada Puspita justru terinspirasi oleh keindahan alam dan budaya Kota Iznik di Turki. Ya, kota yang berada jauh di timur Ankara itu memang memiliki keindahan alam berupa danau dan kebudayaan kerajinan keramik yang cantik. 

Model memperagakan busana rancangan Nada Puspita dalam Jakarta Fashion Week 2025 di Pondok Indah Mall 3, Jakarta, 25 Oktober 2024. TEMPO/Ilham Balindra

Kelir keramik putih dan biru menjadi ciri khas Kota Iznik. Kedua warna itu pula yang dipilih Indah untuk membuka peragaan busana di Jakarta Fashion Week pada Jumat, 25 Oktober 2024. Rok panjang berkelir putih cemerlang tampak makin indah dengan motif bunga berwarna biru tua. Sementara itu, untuk bagian atasan, selembar kemeja putih bermotif berlian tampak anggun dilengkapi dengan jilbab putih dan topi koboi yang juga berwarna putih. 

Indah mengatakan motif bunga biru pada rok putih itu dibuat dengan teknik lukis tangan. Rupanya Indah melukis sendiri rok tersebut menggunakan cat akrilik. "Bagian depan butuh waktu satu hari dan belakang juga satu hari. Ya, dua hari untuk menyelesaikan rok itu," kata pemilik jenama modest fashion Nada Puspita itu. 

Perempuan 31 tahun itu menjadi salah satu desainer potensial, terutama di bidang modest fashion. Awal karier mode Indah dimulai sebagai blogger khusus fashion. Kemudian ia mencoba mendesain sendiri produk busananya dengan merek Nada Puspita pada 2015. Ia juga dikenal sebagai pembawa acara di salah satu stasiun televisi swasta pada 2018.

Desainer pakaian, Ernesto Abram, dalam Jakarta Fashion Week 2025 di Pondok Indah Mall 3, Jakarta, 26 Oktober 2024. TEMPO/Martin Yogi Pardamean

Keunikan juga ditampilkan desainer muda lain, seperti Ernesto Abram, yang menampilkan puluhan busana perempuan bertajuk Radiant Rendezvous atau pertemuan cemerlang. Ernesto merasa terinspirasi oleh peristiwa penculikan di Rengasdengklok. 

Pria 36 tahun itu menyebutkan penculikan Sukarno dan Bung Hatta oleh kelompok pemuda di Rengasdengklok merupakan sebuah kejadian visioner, tapi kurang diapresiasi. 

"Kalau enggak ada mereka (kaum muda) menculik Bung Karno dan Bung Hatta, belum tentu kita akan jadi seperti sekarang," ujar pria lulusan LPTB Susan Budihatdjo itu. 

Dalam gelaran kali ini, Ernesto menampilkan koleksi berbagai gaun perempuan yang tampak mewah serta berkelas dengan dominasi warna hitam dan merah tebal. Menariknya, dalam beberapa busana terdapat semacam ornamen padat yang melekat berbentuk kain bergelombang.

Ernesto menyebutkan ornamen tersebut merupakan hasil uji coba dan kolaborasi dengan sejumlah desainer serta penata mode yang masih muda. Lapisan tersebut terbuat dari resin yang dibuat sedemikian rupa. "Tapi ornamen itu saya anggap sebagai gambaran bahwa perempuan Indonesia punya ketegasan dan keteguhan hati."  

Ada pula desainer 

Desainer pakaian, Temma Prasetio, tampil dalam Jakarta Fashion Week 2025 di Pondok Indah Mall 3, Jakarta, 25 Oktober 2024. TEMPO/Ilham Balindra

yang menyuguhkan puluhan busana pria hasil olahan kain songket. Masih seperti gelaran Jakarta Fashion Week edisi tahun lalu, Temma kembali mengangkat wastra sebagai karya terbarunya. Sementara tahun lalu memakai tenun Nusa Tenggara Timur, kini Temma memakai kain songket dari Sumatera Selatan. 

Temma menampilkan beragam setelan jas, rompi, celana panjang, sampai sarung sebagai alternatif pakaian adat Sumatera Selatan yang cenderung menggunakan beskap sederhana lengkap dengan sarung melingkar dari pinggang hingga ke lutut. Padahal, menurut Temma, kain tenun Sumatera Selatan punya modal besar untuk menjadi lebih berkelas.

Temma menduga para konsumen pria di Sumatera Selatan memilih pakaian yang cenderung sederhana alias enggak neko-neko. Sepertinya, pria di Palembang dan sekitarnya agak risi memakai busana yang terlalu bergaya. "Padahal dengan pilihan mode sederhana ini saja bisa menaikkan aura pria Melayu," tutur Temma ketika ditemui pada Jumat, 25 Oktober 2024.

Berbeda dengan Temma yang menampilkan warna-warna bumi pada wastra Nusantara, jenama modest fashion lokal terkemuka Benang Jarum justru menampilkan busana warna-warni, seperti warna hijau dan biru. Uniknya, Benang Jarum menabrakkan berbagai pola di atas motif kain, dari bentuk pilar, giometrik, sampai garis-garis. "Ini membuat koleksi kami berbeda. Intinya biar konsumen makin naik kelas," kata desainer Benang Jarum, Mitha Huljana. 

Puluhan model busana yang disajikan Benang Jarum dalam Jakarta Fashion Week 2025 seperti menjadi jawaban atas rasa penasaran masyarakat tentang tren mode tahun depan. Menurut Mitha, tren tahun depan akan didominasi pemilihan warna yang berani, seperti merah, serta warna unik, seperti future dust yang sekilas mirip warna biru cerah. 

"Ada juga hijau, tapi untuk pola beragam," tutur Mitha. 

Model memperagakan busana K.A.L.A Studio dalam dalam Jakarta Fashion Week 2025 di Pondok Indah Mall 3, Jakarta, 22 Oktober 2024. TEMPO/Martin Yogi Pardamean

Sementara itu, dalam JFW 2025, jenama mode lokal K.A.L.A Studio menghadirkan tema Sentimental Flow yang terbagi dalam dua cetak abstrak, yakni Blue Sentimental dan Black Sentimental. Tampak sederet model mengenakan busana dengan semburat warna-warni mencolok dalam dasar corak berwarna biru kelasi kehitaman. 

Adapun busana yang ditampilkan berupa blazer, multi-way skirt, jacquard pants, palazzo pants, cross neck dress, waistcoat, pleated dress, long-sleeve shirt, everyday shirt, midi dress, outer organza, balloon dress, dan lain-lain. Koleksi ini hadir dalam berbagai material bahan, seperti voal, katun, jacquard, rose crepe, satin, organza, crinkle, dan high twist.

Salah satu pendiri K.A.L.A Studio, Adinda Tri Wardhani, mengatakan karya cetak Black Sentimental menceritakan proses perjalanan saat perasaan sentimental mulai muncul dan bergejolak dalam potongan-potongan memori seseorang. Sedangkan dominasi permainan warna biru muda keputihan dan alur-alur halus pada print Blue Sentimental mencerminkan kondisi hati yang dialiri rasa nyaman, tenang, dan damai setelah seseorang berada pada tahap penerimaan setelah mencernanya.

Adinda merasa ikut bersemangat saat tahu banyak brand fashion lokal mulai bermunculan bak jamur di musim hujan. "Kalau makin banyak brand baru, akan membuat industri ini makin hidup, lebih ramai dengan persaingan, tapi tetap memperkaya kreativitas kita supaya fashion Indonesia bisa lebih maju lagi," ucap Dinda yang sudah empat kali ikut memamerkan koleksinya dalam Jakarta Fashion Week. 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

 Ecka Pramita (Jakarta) berkontibusi dalam penulisan artikel ini.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus