Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Ditolak Banyak Negara, Ini Dampak Buruk Sunat Perempuan

WHO menjelaskan sunat perempuan tidak memiliki manfaat kesehatan, malah merugikan perempuan. Alhasil praktik itu ditolak setiap tanggal 6 Februari.

6 Februari 2023 | 12.35 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Para kerabat perempuan sibuk mendandani anak-anak perempuan untuk mengikuti Henauka Wowine di Desa Pajam, Kaledupa, Wakatobi, Sulawesi Tenggara, 17 eptember 2017. Anak-anak perempuan yang mengikuti Henauka Wowine adalah anak-anak yang sudah disunat dan gadis-gadis yang sudah mengalami masa pubertas sehingga dinilai siap untuk menikah. ANTARA FOTO f

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Praktik sunat perempuan masih banyak dilakukan masyarakat Indonesia. Data UNICEF melaporkan, 49% anak perempuan usia 0 hingga 14 tahun mengalami sunat perempuan. Mirisnya, dalam 8 dari 10 kasus sunat perempuan, orangtua jadi pihak yang merekomendasikan anak perempuannya menjalani sunat. Perdebatan soal sunat perempuan masih belum menemui titik terang. Dalam dunia medis, praktik ini dinilai sarat manfaat. Sedangkan di Indonesia, praktik sunat masih dilanggengkan dan masih mempercayai bahwa organ kelamin perempuan dianggap kotor bila tidak disunat.  

Menurut WHO praktik FGM (Female Genital Mutilation) atau sunat perempuan dinilai sebagai bentuk diskriminasi terhadap anak perempuan. Seringkali praktik itu dilakukan pada tanpa persetujuan anak perempuan.

Sunat perempuan juga dianggap melanggar hak seseorang atas kesehatan, keamanan dan integritas fisik, termasuk hak untuk bebas dari penyiksaan dan perlakuan kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat, juga hak untuk hidup ketika prosedur tersebut mengakibatkan kematian. WHO bahkan mendesak penyedia layanan kesehatan untuk tidak melakukan sunat perempuan. 

Baca: Penyesalan Seorang Ayah di Jawa Barat yang Mengkhitankan Putrinya

WHO memastikan, sunat perempuan tidak memiliki manfaat kesehatan dan malah merugikan perempuan. Sebab, terdapat tindakan pengangkatan dan kerusakan jaringan genital wanita yang sehat dan normal dalam praktk itu. Sunat perempuan dianggap mengganggu fungsi tubuh. 

Dampak kesehatan yang bisa saja timbul dari sunat perempuan meliputi pendarahan yang berlebihan, pembengkakan jaringan kelamin, demam, infeksi misalnya tetanus, masalah kencing, cedera pada jaringan genital hingga kematian.

Sedangkan komplikasi jangka panjang sunat perempuan dapat meliputi masalah kencing, masalah pada vagina, nyeri haid, jaringan parut dan keloid, masalah seksual seperti nyeri saat berhubungan badan, peningkatan risiko komplikasi persalinan. 

Di sisi lain, menurut laman publikasi Universitas Islam Negeri Banten terdapat beberapa alasan atas pembenaran praktik penyunatan perempuan. Untuk alasan kesehatan, organ kelamin perempuan bagian luar itu dianggap kotor. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penyunatan atau pembuangan organ yang dianggap kotor. Sebagian orang menganggap sunat perempuan memiliki manfaat sebagaimana seperti sunat yang dilakukan pada laki-laki. 

Lalu, alasan seksual perempuan yang diyakini dapat mengendalikan nafsu perempuan. Terdapat sebuah kepercayaan bahwa nafsu seksual perempuan lebih besar daripada laki-laki. Oleh karena itu, penyunatan dianggap dapat membantu perempuan menjaga kesuciannya dan mencegah aib untuk keluarganya.

NOVITA ANDRIAN

Baca: Sunat Perempuan, praktik yang masih sering terjadi: 'Saya menjerit kesakita'

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus