Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Epidemiolog dari Universitas Sriwijaya, Iche Andriany Liberty, mengatakan pemberian vaksin COVID-19 penguat atau booster harus digencarkan ke masyarakat sebagai salah satu upaya menangkal varian Omicron.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kita tidak tahu, bagi yang awal-awal sudah divaksin seberapa lagi tingkat imun di tubuhnya. Jadi booster ini perlu digencarkan,” kata Iche.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rentan kekebalan tubuh setelah divaksin dosis pertama dan kedua akan menurun seiring waktu. Penelitian mencatat akan terjadi penurunan dalam masa enam bulan setelah penyuntikan. Oleh karena itu, pemberian vaksin booster juga harus digencarkan selain vaksin primer dosis ke-1 dan ke-2.
Apalagi saat ini sudah berkembang varian baru virus Covid-19, yakni Omicron, yang hingga kini terus diteliti para ahli. WHO pun selalu memperbarui informasi terkait Omicron. Memang banyak yang ringan gejalanya tapi kita tidak pernah tahu jika terjadi pada individu yang memiliki penyakit penyerta atau komorbid. Data ini belum sepenuhnya diungkap WHO ke publik.
Oleh karena itu, masyarakat harus menyikapi varian Omicron ini dengan serius atau tidak menyepelekan meski penurunan kasus COVID-19 sudah sempat terjadi. Buktinya kini terjadi penambahan kasus COVID-19 setelah muncul varian baru Omicron.
“Memang masyarakat sudah kelelahan menghadapi pandemi ini, apalagi sudah dua tahun. Lantas, tiba-tiba muncul varian baru, tapi tidak boleh disepelekan Omicron, tetap disiplin prokes,” imbaunya.
Protokol kesehatan ini merupakan salah satu cara ampuh untuk mengendalikan COVID-19 di tengah kebutuhan masyarakat untuk beraktivitas sosial. Penerapan protokol kesehatan, salah satunya dengan menggunakan masker, bukan saja melindungi dari virus corona tapi juga melindungi saluran pernapasan dari beragam jenis virus.
Para ahli telah memperkirakan varian baru dari virus corona akan bermunculan karena belum meratanya pemberian vaksin. Apalagi, sejumlah negara di Afrika cakupan vaksinnya masih di bawah 40 persen.
Ketidakrataan pemberian vaksin di seluruh dunia ini membuat COVID-19 bermutasi sehingga memunculkan varian Omicron, yang tingkat keganasannya masih diteliti. Untuk itu, negara diingatkan untuk memprioritaskan pemberian vaksin ke kalangan rentan, yakni para lansia, karena umumnya sudah memiliki penyakit penyerta.
Selain itu, jika ditemui kasus Omicron maka secepatnya melakukan tes dan menelusuri kontak erat (tracing) bagi yang terpapar sehingga virus dapat dilokalisasi melalui sistem karantina.
Baca juga: Pemberian Vaksin Booster Tak Bikin Overdosis