Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan bila tidak segera ditangani dapat menimbulkan dampak, baik secara psikososial, sosial-ekonomi, dan biologis, dan bahkan bisa berujung pada keputusan melakukan bunuh diri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satu upaya pemulihan orang dengan GB adalah dengan adanya dukungan keluarga, kerabat, dan teman. Dukungan dapat diberikan melalui pelukan, serta menolong dan mencoba membantu menyelesaikan masalah orang dengan gangguan bipolar. Baca: Ini Dia Acara Alay yang Dimaksud Deddy Corbuzier
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam acara seminar kesehatan memperingati Hari Bipolar Sedunia 2018 dan peluncuran Boneka Hagi pada 20 Maret 2018 di Jakarta, dokter spesialis kejiwaan, Tiur Sihombing, mengungkapkan filosofis boneka Hagi. "Terinspirasi saat saya ambil studi di Korea Selatan, disana kampanye masalah kesehatan jiwa sangat gencar sekali. Salah satu upayanya adalah berwujud boneka, dimana tiap boneka memiliki tema masalah kesehatan jiwa berbeda." dan dari hal tersebut, kemudian dokter yang juga berpraktik di Rumah Sakit Duren Sawit ini mencoba mengadopsi konsep tersebut ke Indonesia.
Stigma negatif terhadap penderita GB yang masih tinggi di Indonesia menjadikan masyarakat sekitar menjadi tidak peka dan berinisiatif untuk membantu penderita gangguan bipolar. Akibat dari stigma ini juga membuat penderita GB mewujudkan pikiran kesendiriannya dan pada akhirnya dapat menjurus ke hal-hal yang merugikan, seperti bunuh diri. Berangkat dari beberapa faktor inilah yang melahirkan Boneka Hagi menjadi salah satu upaya promosi dalam kesehatan jiwa bagi masyarakat.
Para narasumber dalam acara seminar kesehatan: World Bipolar Day 2018 dan Launching Boneka Hagi pada 20 Maret 2018 di Jakarta.TEMPO/Anastasia Davies
Pilihan nama Hagi berasal dari kosakata Inggris 'hug' yang memiliki arti peluk. Dengan arti tersebut, Tiur dan Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia membawa misi lahirnya Boneka Hagi dapat menjadi wadah bentuk ekspresi segala perasaan yang dirasakan penderita GB. Pelukan atau sentuhan sederhana dapat membantu penderita ganguan bipolar itu sendiri agar tidak merasa selalu sendiri. Baca: Ayah, Puisi Mengharukan Anak Chef Harada yang Sempat Sakit
Pembuatan Boneka Hagi tersebut bekerja sama dengan seorang seniman muda Indonesia, Hanna Madness. Hanna juga menjadi salah satu pejuang pada penyakit gangguan bipolar yang menyalurkan masalah penyakitnya tersebut ke dalam suatu seni. Ia menceritakan makna dari desain boneka Hagi itu sendiri, "Permintaan awalnya mewujudkan bentuk suatu boneka yang sederhana saja. Namun memiliki pesan yang kuat di dalamnya."
Maka dari itu, bentuk hati pada wajah boneka Hagi merupakan simbol para dokter atau ahli kejiwaan yang selalu dengan sepenuh dan setulus hati melayani para penderita GB. Dan warna hijau yang menjadi warna dominan pada Hagi merupakan perwakilan dari warna yang dipilih PDSKJI sebagai simbol komunitasnya. Baca: Istri Opick Meninggal: Pneumonia? Waspada 4 Faktor Risikonya
Meskipun Hagi menjadi boneka pertama sebagai upaya promotif masalah kesehatan jiwa di Indonesia, PDSKJI berikut juga Hanna berharap bahwa kehadiran Hagi menjadi simbolis atas kehadiran seseorang atau sesuatu terhadap penderita gangguan bipolar. Sehingga mereka tidak terjerumus pikiran kesendirian dan kesepian.