Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Gaya Fery Farhati Pakai Batik Jakarta di Pembukaan Muffest 2020

Fery Farhati, istri Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, konsisten mengenakan batik khas Ibu Kota dalam setiap acara.

21 Februari 2020 | 23.05 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Fery Farhati, istri Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, menghadiri pembukaan Muffest 2020 di Jakarta, Kamis, 20 Februari 2020. TEMPO/Eka Wahyu Pramita

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Fery Farhati, istri Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, konsisten mengenakan batik khas Ibu Kota dalam setiap acara. Ia memiliki banyak pilihan motif, warna, dan model batik buatan para perajin.

Saat menghadiri pembukaan Muffest 2020 di Jakarta, Kamis, 20 Februari, dia memilih setelan batik outer dan rok panjang. Batik berbahan sutera yang dikenakan Fery berwarna cokelat atau earth tone dengan padanan hijab warna cokelat.

"Kebetulan kalau acara-acara biasanya saya pakai warna-warna aman, tergantung acaranya seperti apa, yang pasti saya sering pakai baju karya para pengrajin di Jakarta sebagai dukungan untuk mereka," ucap Fery.

Menurut Fery, di masa sekarang pilihan batik DKI Jakarta lebih beragam, mulai dari gaya klasik hingga anak muda. "Kita punya beberapa motif seperti batik gobang, batik Marunda, rawa bebek, dan masih banyak lagi di Jakarta," ucapnya.

Motif dan warnanya menurut Fery lebih ke netral dan cerah, seperti yang ia kenakan di acara itu.

Fery mengakui proses produksi pakaian banyak menghasilkan limbah, mulai dari pewarnaan hingga pemakaian. Itu sebabnya dia menekankan pentingnya sustainable fashion.

"Ketika digunakan dan dicuci sudah ada limbahnya. Setelah itu juga masih ada limbah. Tapi sekarang sudah banyak anak muda yang aktif, seperti Sadari Sadari yang memakai bahan daur ulang, jadi kita tidak harus selalu pakai baju baru," ucapnya.

Fery menyarankan dalam sehari-hari, kalau baju belum terlalu kotor, jangan dicuci dulu. "Diangin-angin dan seterika saja. Jadi bisa mengurangi sedikit demi sedikit limbahnya," ucapnya.

Dan kalau bisa gunakan pewarnaan alam dan setelahnya bisa kita daur ulang pakaian dengan cara dijual atau preloved. "Karena kan biasanya kita sudah bosan dengan baju padahal masih bagus dan bisa digunakan lagi," ucapnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus