Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Gangguan mental banyak ragamnya. Salah satu yang kerap terjadi adalah gemar menyimpan barang bekas yang tak terpakai bahkan menyimpan sampah dalam jumlah berlebihan atau dikenal dengan hoarding disorder. Mereka akan menumpuk barang secara bertahap di ruangan rumah yang pada akhirnya kesulitan membuang barang-barang tersebut karena merasa sayang.
Mengutip dari laman Mayo Clinic, masalah penimbunan secara bertahap berkembang dari waktu ke waktu dan cenderung menjadi perilaku pribadi. Penderita gangguan ini juga akan menghindari keluarga, teman, atau pekerja reparasi di rumah. Pada usia paruh baya, gejala pada penderita gangguan kesehatan mental ini akan semakin parah dan lebih sulit diobati.
Gejala gangguan kepribadian ini yaitu:
- Mendapatkan dan menyimpan terlalu banyak barang yang mungkin tidak dibutuhkan saat ini dan tidak memiliki ruang untuk menyimpan barang tersebut.
- Kesulitan yang berkelanjutan untuk membuang atau berpisah dengan barang-barang yang dimiliki, terlepas dari nilai barang yang sebenarnya.
- Merasa perlu untuk menyimpan barang-barang dan kesal saat memikirkan untuk membuangnya.
- Timbul kekacauan di mana seseorang tidak dapat menggunakan satu ruangan karena penuh dengan barang-barang.
- Berusaha menjadi sempurna dan menghindari atau menunda keputusan.
- Memiliki masalah dengan perencanaan dan pengorganisasian.
Penderita hoarding disorder menyimpan banyak barang karena:
- Yakin barang-barang itu unik atau akan membutuhkannya di masa mendatang.
- Merasa terhubung secara emosional dengan barang-barang yang mengingatkan pada saat-saat bahagia.
- Merasa aman dan nyaman ketika dikelilingi oleh barang-barang.
- Tidak ingin menyia-nyiakan barang apa pun.
Hoarding disorder berbeda dengan mengoleksi. Orang yang memiliki koleksi, seperti perangko atau model mobil, dengan hati-hati mencari barang-barang tertentu, mengaturnya, dan memajang koleksinya. Koleksi ini bisa besar, tetapi biasanya tidak berantakan. Mengoleksi sesuatu tidak menyebabkan kesusahan dan masalah fungsi yang merupakan bagian dari hoarding disorder.
Melansir dari National Health Service, beberapa barang yang akan disimpan oleh penderita hoarding disorder adalah koran atau majalah, buku, pakaian, selebaran atau surat, tagihan atau kwitansi, wadah termasuk kantong plastik dan kotak kardus dan perlengkapan rumah tangga.
Orang dengan gangguan ini jarang mencari bantuan sendiri untuk membuatnya kembali sehat. Teman atau anggota keluarga yang peduli sering kali menghubungi seorang profesional untuk membantu orang yang dicintai dengan kondisi tersebut.
Merangkum dari laman Cleveland Clinic, untuk mendiagnosis hoarding disorder, penyedia layanan kesehatan akan bertanya tentang kebiasaan mengumpulkan menyimpan barang pada penderita gangguan ini. Untuk mengkonfirmasi diagnosis, penyedia layanan kesehatan akan memastikan beberapa hal berikut:
- Kesulitan yang berkelanjutan untuk menyingkirkan harta benda apakah itu berharga atau tidak.
- Merasakan kebutuhan yang kuat untuk menyimpan barang dan perasaan tertekan yang berkaitan dengan membuang barang.
Pilihan Editor: Hoarding Disorder, Penyakit Sulit Membuang Barang Karena Merasa Semua Bahagia
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini