Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Penipuan makin marak terjadi, baik secara langsung maupun melalui online. Ada beberapa tipe kepribadian atau karakteristik yang lebih rentan menjadi sasaran para penipu. Berikut beberapa kepribadian atau karakteristik orang yang rentan jadi target penipu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
1. Mudah Percaya
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kerentanan penipuan dipengaruhi oleh teknik persuasif yang digunakan penipu. Salah satu teknik persuasi yang umum digunakan adalah kepercayaan atau otoritas. Misalnya, penipu mungkin berpura-pura mewakili pemerintah atau perusahaan besar.
Teknik persuasif lainnya melibatkan kelangkaan. Misalnya, calon korban diperingatkan bahwa hanya ada sedikit hadiah yang tersedia atau hanya ada sedikit waktu tersisa untuk mengambil uang tunai atau hadiah yang seharusnya mereka menangkan.
Teknik persuasif lainnya terdiri dari melebih-lebihkan manfaat dan mengecilkan biaya, mendorong konsumen untuk membuat komitmen atau janji, dan menarik emosi negatif (misalnya, rasa bersalah, keserakahan), dan bahkan lebih lagi menarik emosi positif (misalnya, persahabatan).
Teknik-teknik semacam ini menargetkan orang yang terlalu percaya atau mudah percaya pada orang lain tanpa memverifikasi informasi. Mereka cenderung menerima apa pun yang dikatakan orang lain tanpa berpikir kritis atau mencari fakta lebih lanjut.
2. Terlalu Ramah atau Baik
Banyak korban yang mengalami penipuan karena terlalu mudah menerima atau menjalin hubungan dengan orang baru, atau mudah merespons pertemanan di media sosial. Selain itu, orang yang sulit mengatakan "tidak" atau selalu ingin membantu orang lain juga sering dimanfaatkan oleh penipu dengan modus berpura-pura membutuhkan pertolongan mendesak.
3. Mudah Tergiur dengan Iming-iming
Individu yang selalu mencari cara cepat untuk mendapatkan keuntungan atau kekayaan lebih rentan terhadap skema investasi bodong, bisnis palsu, atau judi online. Janji keuntungan besar dalam waktu singkat sering kali menjadi umpan yang efektif bagi penipu.
Dikutip dari Psychology Today, dalam istilah psikologis, dapat dikatakan bahwa penipu menawarkan hukuman atau hadiah untuk mematuhi instruksi mereka. Mereka kemudian melakukan tekanan untuk bertindak segera. Hal ini kembali membangkitkan respons melawan atau lari dan mencegah korban berpikir jernih.
4. Stres
Dilansir dari AARP, orang yang mengalami stres rentan menjadi target penipuan. Mereka akan mudah untuk memberikan informasi pribadi saat menghadapi penyakit atau kejadian yang membuat stres lainnya. Selain itu, mereka yang baru saja kehilangan orang yang dicintai juga rentan, terutama jika berita kematian mengungkapkan detail yang dapat digunakan penjahat sebagai umpan.
5. Kesepian
Fraud Watch Network menemukan bahwa banyak korban penipuan melaporkan merasa kesepian dan terisolasi dari keluarga dan teman. Hal itu membuat mereka rentan terhadap keramahan palsu dari pencuri profesional. Orang yang merasa kesepian bahkan lebih mudah terjerat dalam romance scam atau penipuan asmara. Penipu akan berpura-pura menjalin hubungan dekat dengan korban dan kemudian meminta uang atau bantuan finansial.
Linda Lestari berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan Editor: Tips Mengindari Penipuan Online saat Memesan Hotel