Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Senyum Wanda Evans kini berbeda. Dua gigi terdepannya menyembul malu-malu jika garis bibirnya terangkat. Wanda tidak menganggap ini sebagai kekurangan, bahkan ia merasa masih kurang panjang. "Aku kok merasa ini kurang bunny, ya. Lihat, ini belum kelihatan, kan?" kata perempuan 40 tahun itu sembari senyum dan menunjuk ke deretan gigi atasnya.
Kami menemuinya di klinik Audy Dental di Kemang, Jakarta Selatan, Rabu pekan lalu. Dua pekan sebelumnya, ia datang ke klinik untuk membuat dua gigi utama yang awalnya sepanjang 9 milimeter itu menjadi 11,5 milimeter. Tapi, setelah diproses, ternyata ukurannya hanya 11 milimeter.
Lantaran tak puas, ia pun ingin bertemu kembali dengan dokter gigi Aynie Yunita, SpKG, untuk penambahan setengah milimeter. Baginya, penambahan ini penting. "Aku sudah ingin memiliki gigi kelinci dari dulu," ujar Wanda. "Pas ketemu dokter, ternyata mereka bilang gigi seperti ini sedang tren, ya sudah sekalian."
Aynie menengarai tren ini muncul karena konsep kecantikan berubah. Memiliki gigi kelinci yang pada masa silam dianggap tak menarik kini justru cantik. "Ini hanya soal persepsi," kata Aynie. "Persepsi ini semakin menjadi tren karena sejumlah selebritas melakukannya." Ia tak memungkiri efek pionir gigi kelinci di Indonesia, seperti selebritas Olla Ramlan dan Vega Darwanti, mendongkrak permintaan pasien untuk perpanjangan gigi.
Tentu saja gigi orang dewasa sudah tidak mungkin memanjang lagi. Berbeda dengan kuku dan rambut yang terus tumbuh. Teknik untuk membuat gigi depan menjadi seperti gigi kelinci disebut veneer. "Veneer itu adalah material yang ditempel di permukaan gigi," kata Aynie.
Pemakaian veneer biasanya digunakan untuk melapisi gigi yang berwarna suram hingga terlihat lebih cerah, menutupi gigi yang renggang, memperbaiki gigi yang rusak, dan meratakan posisi gigi. Dalam tren belakangan, material itu dipakai untuk menambah panjang dua gigi depan.
"Bayangkan seperti kuku palsu, nah seperti itu veneer dipasang," kata Aynie. Bedanya, sementara kuku palsu bisa bongkar-pasang, veneer ditempel dengan lem permanen. Tentu, sebelum dipasang, gigi perlu ruang untuk menempel tambalan permukaan ini. Maka permukaan gigi diasah dulu. Ketebalan permukaan gigi yang harus disingkirkan sebesar 0,5-1,2 milimeter, tergantung bahan yang dipakai.
Pada gigi kelinci, biasanya yang dipakai adalah veneer dari bahan porselen. Aynie menjelaskan, bahan asal porselen atau keramik memberi efek warna yang lebih stabil dan ketahanan yang lebih lama. Selain porselen, pasien bisa memilih veneer dari bahan komposit resin, yang harganya lebih murah. Tapi, sifatnya yang mudah menyerap warna, resin rentan untuk pasien yang demen merokok atau minum alkohol. "Baru satu pasien bunny teeth saya yang pakai komposit. Yang lain biasanya porselen," kata alumnus Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia ini.
Wanda awalnya memakai veneer untuk mencerahkan warna. Empat tahun silam, ia memakai kawat gigi. Setelah kawat dilepas, ternyata menyisakan warna kekuningan. Untuk dipasangi veneer, Wanda harus melewati analisis senyum dengan berdiskusi. Tujuannya, kata Aynie, untuk menganalisis bentuk terbaik dari sisi estetika dan fungsi. Lalu dokter akan membuatkan simulasi yang dikenal dengan nama prosedur mock-up untuk menggambarkan bentuk akhir gigi setelah dipasangi veneer. Kalau pasien setuju dengan bentuk akhir tersebut, baru veneer dipasang.
Biaya pelapisan porselen dipatok Rp 4-5 juta per gigi. Adapun untuk vener komposit sekitar Rp 750 ribu per gigi. Meski biayanya mahal, Aynie mengatakan, jumlah peminat gigi kelinci dalam setahun terakhir tetap naik. "Tidak sampai lima orang per bulan sih, tapi daripada dulu, tidak ada sama sekali."
Sebenarnya teknik melapis permukaan gigi tersebut bukanlah ilmu baru di dunia kedokteran gigi. Mengutip jurnal berjudul Reconstruction of Fractured Permanent Incisors in Schoolchildren Using Laminate Veneer, veneer porselen pertama kali dipakai pada 1975. Dulu pasien yang minta dipasangi veneer adalah pasien dengan gigi yang warnanya rusak parah. "Biasanya karena konsumsi antibiotik," kata Aynie. Kini warna gigi yang pudar sedikit saja sudah membawa para perempuan urban mengunjungi klinik gigi.
Peminat gigi kelinci, Aynie melanjutkan, memang kebanyakan perempuan dan berusia di atas 20 tahun. Ia tak menyarankan pemasangan veneer gigi pada pasien di bawah usia 18 tahun. Sebab, proses pengikisan lapisan permukaan gigi berisiko mencederai saraf. Saraf dalam gigi tersembunyi di dalam bagian yang disebut pulpa. Rongga pulpa itu ukurannya akan semakin kecil seiring dengan bertambahnya usia. "Kalau asah terlalu banyak bisa mengiritasi. Bikin sakit gigi," tuturnya.
Ketua Program Studi Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi Universitas Indonesia, Nilakesuma Djauharie, mengatakan tidak ada bahaya membuat gigi kelinci. "Itu mode saja," kata Nila, yang ditemui terpisah. Cuma, secara estetika kedokteran gigi, gigi kelinci bukan termasuk struktur gigi yang benar.
Salah-salah bisa membahayakan pasien kalau dokternya tidak benar mengikis gigi. "Kalau tidak tahu, bisa membuang jaringan yang sehat," kata spesialis pulpa gigi atau endodentis ini. Dokter yang salah membuang bisa membuat gigi perlahan mati. "Tidak langsung mati," ujarnya. Dalam hitungan tahun, gigi akan membusuk, bernanah, lantas mati.
Risiko lain yang harus diwaspadai adalah trauma oklusi atau trauma di antara rahang ketika mengatup. Ukuran gigi seri yang lebih panjang bisa saja mentok dan mengganggu sistem stomatognatik, yaitu sistem dalam rongga mulut yang berfungsi untuk artikulasi, mengunyah, dan berbicara. "Gigi kelinci yang terlalu panjang akan mengganggu saat rahang dikatupkan," ujarnya. Walhasil, terjadi trauma. Semakin lama, gigi bisa melesak masuk ke gusi.
Tidak semua gigi bisa "dikelincikan". Nila mengatakan pantang bagi orang yang memiliki kebiasaan menggigit-gigit pensil atau pena untuk menjalani prosedur ini. Begitu pula orang yang gemar mengisap tembakau dari cangklong. Aynie sepakat dengan Nila, veneer tidak serta-merta untuk semua orang, meskipun giginya tidak rusak. Sebab, ada faktor kebiasaan yang memang sulit diubah. Misalnya mengerat tanpa sadar semasa tidur. "Nanti bisa prothol semua kalau orang seperti itu di-veneer, khususnya porselen," ucapnya. Maklum, porselen mudah pecah. Kalau beradu terus, lama-lama akan retak. Termasuk ketika mengkonsumsi makanan yang keras, semacam apel, jagung, kepiting, dan kaki ayam.
Memasang gigi kelinci adalah kontrak seumur hidup karena bagian yang dihilangkan tidak bisa tumbuh lagi. Agar tetap sempurna dan sehat, Aynie menyarankan agar berhati-hati dalam mengunyah dan rajin membersihkan gigi.
Dianing Sari
Gigi Kelinci
Fungsi veneer: untuk melapisi gigi yang berwarna suram hingga terlihat lebih cerah, menutupi gigi yang renggang, memperbaiki gigi yang rusak, dan meratakan posisi gigi. Dalam tren belakangan, material itu dipakai untuk menambah panjang dua gigi depan.
1.Analisis senyum.
Tujuannya untuk menganalisis bentuk terbaik dari sisi estetika dan fungsi.
2.Dokter membuatkan simulasi (mock-up)
untuk menggambarkan bentuk akhir gigi setelah dipasangi veneer. Kalau pasien setuju dengan bentuk akhir tersebut, baru veneer dipasang.
3.Sebelum veneer dipasang, gigi perlu ruang untuk menempel tambalan permukaan ini.
Maka permukaan gigi diasah dulu. Ketebalan permukaan gigi yang harus disingkirkan untuk porselen sebesar 1-1,2 milimeter. Adapun untuk komposit resin sebesar 0,5-0,75 milimeter.
4.Veneer ditempel dengan lem permanen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo