Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Janji dari kampus terbuka

Mahasiswa ut kampus resah, karena fasilitas yang dijanjikan tak pernah ada. mereka menuduh sebagai penipuan. di solo penyelenggara kampus iwm diadukan lewat lsbh. para mahasiswa menuntut ganti rugi rp 1 juta.

3 November 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MEMBISNISKAN pendidikan sering mengundang keresahan. Kali ini dialami beberapa penyelenggara Universitas Terbuka Kampus. Suatu usaha -- tahun ini mulai tumbuh di berbagai kota -- yang menyediakan fasilitas belajar bagi mahasiswa UT. Bermula dari sebuah iklan menggiurkan Agustus silam. "Tes UMPTN Anda meragukan? Jangan khawatir. Anda masih dapat menjadi mahasiswa universitas negeri dengan segudang kemudahan". Siapa yang tak tergoda rayuan itu? Apalagi disebutkan lagi ada daya tarik yang meyakinkan, seperti tanpa uang pendaftaran, dilengkapi komputer, pengajar, dan perpustakaan. Bila mahasiswa ingin pindah kuliah, itu pun sangat gampang. Penyelenggara pendidikan punya cabang di berbagai kota seperti Solo, Yogya, Semarang, Bandung, dan Jakarta. Belakangan diketahui, pemasang iklan adalah beberapa penyelenggara UT Kampus. Di antaranya, UT-Kampus Institut Widya Manggala (IWM), Semarang dan UT-Kampus yang bernaung di bawah Yayasan Serangan Umum 1 Maret 1949 (YSU) Jakarta, dan sejumlah UT Kampus Ibu Kota. Iming-iming lewat iklan itu dengan cepat menyedot calon mahasiswa. UT Kampus IWM cabang Solo misalnya, dalam tempo singkat mampu menggaet 80 mahasiswa. Sementara itu, UT Kampus YSU cabang Bandung berhasil menjaring 147 mahasiswa. Dan di YSU Pusat Jakarta, tercatat ada 499 mahasiswa. Mengapa banyak yang tertarik masuk? "Soalnya, bisa masuk universitas negeri dengan mudah," kata Tuty, mahasiswa UT IWM asal Jombang itu. Namun, dalam perjalanannya, banyak yang kecewa. Dari serangkaian wawancara TEMPO dengan sejumlah mahasiswa UT Kampus, diperoleh jawaban seragam. Mereka sekadar ingin mendapat ijazah. Sebagian mahasiswa merasa lebih sreg karena statusnya benar-benar mahasiswa yang punya kampus. Bukan "penganggur" yang belajar di rumah. Karenanya, biarpun yang disebut UT Kampus tak lebih dari tempat tutorial atau kursus, usaha itu tetap saja laku. UT IWM Solo, misalnya, mengutip biaya Rp 250 ribu, dengan rincian Rp 100 ribu untuk dana pengembangan dan sisanya uang kuliah semester pertama. UT Kampus YSU lebih gila, memungut uang kuliah Rp 110 ribu per semester dan sarana pendidikan Rp 500 ribu. Di Jakarta, untuk gedung, perpustakaan, komputer -- seperti dijanjikan -- berkisar dari Rp 500 ribu sampai Rp 800 ribu. Tapi, setelah masuk kekecewaan pun muncul. Fasilitas yang dijanjikan, seperti komputer, perpustakaan, dan gedung kuliah yang megah, hanya omong kosong. Sebagian masih menumpang di rumah-rumah atau gedung pemerintah. "Saya merasa terjebak iklan. Kalau tahu hanya UT biasa, buat apa bayar mahal?" kata seorang mahasiswa UT Kampus Jakarta. Keresahan mahasiswa UT Kampus pun merebak ke mana-mana. Protes mengalir baik di kampus maupun lewat media massa. Intinya, mereka merasa tertipu dengan janji-janji fasilitas pendidikan yang komplet. Bahkan ada yang mengira UT Kampus sebagai universitas baru. Yang paling keras melancarkan protes adalah mahasiswa UT Kampus IWM Solo. Kecuali unjuk rasa, mereka juga mengadukan penyelenggara kampus dengan tuduhan penipuan lewat LSBH (Lembaga Studi dan Bantuan Hukum) Palamarta Solo. Setiap mahasiswa menuntut ganti rugi Rp 1 juta. Kepala Humas UT Kampus IWM, Nurrochmad, pun kemudian membantah tuduhan penipuan seperti dilontarkan mahasiswa. "Namanya saja iklan. Tentu karakter kata-katanya harus menarik," kata Nur. "Yang tak puas silakan keluar. Uang akan kami kembalikan," tambahnya. Direktur UT Kampus YSU Jakarta, R. Kusumo Sandjojo, lebih tenang menanggapi keresahan mahasiswanya. "Saya harap mahasiswa sabar. Semester depan kami akan membangun kampus di Kalibata," ucapnya. Ini janji baru. Aries Margono, Kastoyo Ramelan (Solo)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus