DOLLAR, dollar," kata Hamdani pedagang dollar di Pasar Baru
Jakarta dengan santainya. "Empat ratus dua puluh bang," ujarnya
tatkala ditawar. Betapa terkejutnya ia ketika orang yang menawar
itu tidak berusaha untuk minta turun, tapi langsung mau beli
1000 dollar.
"Tunggu, tunggu saya telepon dulu kenalan," kata Hamdani agak
kurang enak, sebab tak biasa menghadapi spontanitas seperti itu.
Biasanya orang selalu berusaha untuk menawar dan menawar lagi.
Namanya saja pasar gelap jadi bebas tawar-tawaran. Ternyata 1000
dollar yang diharapkan Hamdani lewat telepon pada brokernya
tidak ada. Ia jadi lemes, merasa langkah kanan itu, tiba-tiba
melompong. "Sial," jawabnya kepada langganan yang mau beli itu,
"biasanya 200 sampai 500 pasti ada, tetapi hari ini tidak ada."
"Ia juga menyampaikan transaksi sebesar 500 dollar siang tadi
juga hampir terjadi, tetapi entah kenapa mendadak tidak ada
dollar.
Pedagang yang lain, namanya Muhar, masih di kawasan Pasar Baru
juga mengalami hal sama. Pada pukul 17.00 ia mencoba mencari 500
dollar yang telah disetujui pembelinya dengan haga Rp 420 per
dollar. Ia terpaksa mengembangkan tangan dan berkata "Habis
Oom, dari pagi yang datang hanya beli saja, tidak ada yang
menjual," ujarnya.
Dua peristiwa itu terjadi pada 15 Nopember yang lalu. Baik
Hamdani maupun Muzhar dan pedagang-pedagang dollar lainnya di
Pasar Baru sampai tanggal 15 malam, belum tahu kalau ada
perubahan nilai rupiah terhadap dollar. Tatkala kemudian mereka
faham, ada yang pucat, rata-rata kaget. "Pantas orang-orang
banyak mencari dollar tetapi tidak ada yang menawarkan," kata
Hamdani.
Pedagang-pedagang modal dengkul itu ternyata tidak begitu tajam
hidungnya. Beda dengan cukong-cukong mereka. Tanggal 15 Nopember
lewat telepon selalu datang jawaban "habis'' Entah bagaimana
caranya sehingga hidung bisa tajam begitu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini