Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Hamdani dan muzhar

Dolar mendadak hilang. dua pedagang gelap di pasar baru, hamdani dan muzhar kehabisan dolar. pencari dolar banyak, penjual tak ada. mereka belum tahu telah terjadi devaluasi rupiah.

9 Desember 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DOLLAR, dollar," kata Hamdani pedagang dollar di Pasar Baru Jakarta dengan santainya. "Empat ratus dua puluh bang," ujarnya tatkala ditawar. Betapa terkejutnya ia ketika orang yang menawar itu tidak berusaha untuk minta turun, tapi langsung mau beli 1000 dollar. "Tunggu, tunggu saya telepon dulu kenalan," kata Hamdani agak kurang enak, sebab tak biasa menghadapi spontanitas seperti itu. Biasanya orang selalu berusaha untuk menawar dan menawar lagi. Namanya saja pasar gelap jadi bebas tawar-tawaran. Ternyata 1000 dollar yang diharapkan Hamdani lewat telepon pada brokernya tidak ada. Ia jadi lemes, merasa langkah kanan itu, tiba-tiba melompong. "Sial," jawabnya kepada langganan yang mau beli itu, "biasanya 200 sampai 500 pasti ada, tetapi hari ini tidak ada." "Ia juga menyampaikan transaksi sebesar 500 dollar siang tadi juga hampir terjadi, tetapi entah kenapa mendadak tidak ada dollar. Pedagang yang lain, namanya Muhar, masih di kawasan Pasar Baru juga mengalami hal sama. Pada pukul 17.00 ia mencoba mencari 500 dollar yang telah disetujui pembelinya dengan haga Rp 420 per dollar. Ia terpaksa mengembangkan tangan dan berkata "Habis Oom, dari pagi yang datang hanya beli saja, tidak ada yang menjual," ujarnya. Dua peristiwa itu terjadi pada 15 Nopember yang lalu. Baik Hamdani maupun Muzhar dan pedagang-pedagang dollar lainnya di Pasar Baru sampai tanggal 15 malam, belum tahu kalau ada perubahan nilai rupiah terhadap dollar. Tatkala kemudian mereka faham, ada yang pucat, rata-rata kaget. "Pantas orang-orang banyak mencari dollar tetapi tidak ada yang menawarkan," kata Hamdani. Pedagang-pedagang modal dengkul itu ternyata tidak begitu tajam hidungnya. Beda dengan cukong-cukong mereka. Tanggal 15 Nopember lewat telepon selalu datang jawaban "habis'' Entah bagaimana caranya sehingga hidung bisa tajam begitu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus