INSULIN hilang dari pasaran. Begitu kata berita minggu lalu.
Kalau hal ini memang benar-benar terjadi, malanglah para
penderita diabetes (kencing manis) yang hidupnya tergantung pada
obat tersebut. Mungkin bukan mereka saja, sebab obat tersebut
juga digunakan untuk penderita gangguan jiwa. Ahli penyakit jiwa
menggunakannya sebagai pembangkit kesadaran, atau dalam istilah
mereka dikenal sebagai Insulin Shock Therapy.
Berita tersebut sebenarnya bermula dari seorang pasien yang
mendengung-dengungkan lewat radio amatir tentang kesulitannya
dalam mencari Insulim Dia minta bantuan siapa saja lewat
pemancar radio swasta itu. Dan seperti cerita Utoyo Sukaton,
Kepala Bagian Penyakit Dalam RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta,
dalam sebulan ini obat tersebut memang sulit diperoleh. "Itulah
makanya kalau ada pasien yang mengeluh, saya sarankan mereka
untuk menitipkan saudara maupun teman mereka yang lagi bepergian
ke Singapura atau Hongkong."
Di bangsal RS Cipto Mangunkusumo sendiri-terbaring beberapa
penderita diabetes yang memerlukan insulin. "Tetapi untunglah
rumahsakit masih punya persediaan," sambung dokter yang dikenal
sebagai ahli penyakit diabetes. "Cuma," katanya pula, "kalau
insulin hilang sama sekali maka nasib penderita akan
menyedihkan. Apa yang akan terjadi misalnya kalau seorang
penderita akan menjalani operasi?" tanyanya.
Wanita Hamil
Dia mengatakan bahwa dari sekian banyak penderita kencing manis,
sekitar 20 sampai 30 persen memerlukan insulin. Selebihnya
mereka diatasi dengan diit atau pembatasan kebiasaan makan
secara ketat, latihan fisik atau dengan obst-obatan, termasuk
yang mengandung Phenfonnin. Tetapi akhir-akhir ini para dokter
kita di sini tak berkenan lagi menuliskan resep obat yang
mengandung Phenformin. Sebab menurut literatur kedokteran luar
negeri, obat ini punya pengaruh jelek terhadap jantung. Di
Amerika Serikat tiap tahun 70 sampai 700 yang meninggal
gara-gara akibat sampingan dari Phenformin ini. "Dia juga punya
efek samping terhadap janin yang dikandung seorang wanita
hamil," sela dr Utoyo Sukaton. Pemerintah Amerika Serikat telah
melarang penggunaan obat tersebut sejak Juni tahun ini.
Karena akibat sampingan yang ditimbulkannya itu, para dokter
berhenti menuliskan nama obat itu di resep, meskipun para
penderita diabetes lebih senang mempergunakannya karena dia obat
yang ditelan. Tidak seperti insulin yang harus diinjeksikan.
"Ada kecenderungan yang kuat sekarang ini, bahwa dunia
pengobatan kembali kepada obat lama insulin," cerita Utoyo pula.
Percayalah
Insulin sebenarnya belum hilang dari pasaran, cuma dia hanya
tersedia di apotik tertentu saja. Di seantero Jakarta orang
hanya bisa menemukan obat di Apotik Senayan. Para petugas apotik
yang mengangkat bahu kalau ada yang menanyakan obat tersebut,
serta-merta akan menunjukkan apotik tadi. Sebab menurut mereka
hanya yang satu itu sajalah yang menyimpan Insulin dalaun kamar
obatnya.
Sedangkan perusahaan penyalur obat-obatan Timur Laut Ltd lewat
Marketing Manager-nya drs Djohan Sulaiman, seperti mau bersumpah
bahwa Insulin tak pernah kosong dari tempat persediaan. "Dalam
bulan ini sekitar 2000 vial (botol) tersedia dalam stock kami,"
bela Djohan si manajer. Dan menurut ceritanya tanggal 12
September dia sudah pula memesan obat itu kepada produsennya di
Negeri Belanda.
Menteri Siwabessy sendiri ketika ditanya seusai dia menemui
Presiden minggu lalu, melontarkan ketidakpercayaannya bahwa
Insulin hilang dari pasaran. Dia menunjukkan begitu banyak
pabrik obat yang dimiliki Indonesia sekarang, begitu bertebarnya
apotik dan pedagang besar farmasi. "Ada yang tak beres di Timur
Laut," tukas Direktur Pengawasan Obat, Depkes, drs Djasman.
Penyaluran yang kurang beres, begitulah kira-kira yang hendak
dikatakannya. Ini bisa dilihat dari datangnya pula tawaran dari
sementara fihak kepada para dokter di sini untuk menggunakan
Insulin buatan Denmark. (Selama ini Insulin hanya datang dari
Belanda). "Tapi percayalah dalam seminggu ini penyaluran
Insulin sudah beres. Masyarakat, terutama yang membutuhkannya
jangan khawatir," janjinya menghibur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini