Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Pestol Fn 38 ? Pestol Kaliber 9 mm

Robert glenn jerry, 21, korban penembakan di jalan cawang iii, jakarta. ketika peristiwa terjadi ada twa & ahm. setelah kasus di mahkamah agung, twa menyerahkan pistol fn 38 dan pistol lain ke polisi.

24 September 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ROBERT Glenn Jerry (21) tewas. Ia korban penembakan di Minggu malam 8 Agustus, di Jalan Cawang III Jakarta. Peluru yang bersarang di tubuhnya, menurut pemeriksaan balistik, dari sebuah pistol kaliber 9 mm. Siapa penembaknya? Polisi Jakarta, tak seperti biasanya, kali ini tampak rikuh. Sebab, seperti anda layaknya sudah tahu, peristiwa itu menyangkut nama baik hakum. Setidaknya, ketika peristiwa berdarah itu terjadi jam 22.30 di sana ada Hakim TMA - Ketua Pengadilan Negeri Sukabumi - di samping orang lain bernama Ahm. Siapa di antara kedua orang ini (atau ada orang ketiga?) yang melakukan penembakan'? Hakim TMA sendiri, yang sudah lama bertugas di Jakarta, hingga kini belum mengumumkan kedudukannya dalam peristiwa itu. Malam itu Jerry, anak ketiga Stephanus Sabandar, mabuk di jalan bersama dua orang kawannya. Mereka baru saja minum-minum di warung kecil, penjual minuman keras TKW dan Malaga, di depan gedung sekolah SMA XIV. Teman Jerry yang bernama Al agak parah: dalam mabuk ia hampir saja ribut dengan Yusuf -- peminum lain di warung itu juga. Menurut Mos, teman Jerry yang lain, Al juga mengganggu beberapa orang yang ditemuinya di jalan pulang. Mos memang mencoba mencegah agar Al tak berbuat lebih buruk. Tapi Jerry membiarkan Al semaunya. Begitulah sampai mereka tiba di muka rumah Nyonya Abd di Jalan Cawang III. Di sana ada sebuah mobil berhenti di sebelah kiri. Mesinnya hidup. Lampunya menyala. Rupanya mobil itu sudah siap jalan. Al timbul jailnya: ia memukul-mukul bagian depan. Orang yang berada di mobil, tentu saja, mana senang. Benar saja. Perang mulut terjadi. Persisnya memang tak begitu jelas. Hanya Jerry tampak mendekati mobil. Ketika badannya mulai merapat, dan kepalanya melongok ke dalam melalui jendela saat itulah terdengar letusan. Nah. Lalu sambil mendekap lambungnya, Jerry berusaha kabur. Tapi baru sekitar 6 meter ia jatuh tersungkur. Sementara itu dari mobil keluar seseorang dengan pistol di tangam Dan sekali lagi terdengar letusan. Jerry tewas malam itu juga. Berapa peluru yang bersarang di tubuh korban? Polisi rupanya menganggap belum perlu diumumkan. Tinggal keluarga Stephanus Sabandar, repatrian dari Belanda (asal Maluku), berkabung untuk anak ketiga yang lahir di Nederland itu. Dari Nyonya Abd jelas diperoleh keterangan. Mobil, saksi mati dalam peristiwa di depan rumahnya, memang ditumpangi kedua tamunya: Hakim TMA dan Ahm. Tapi siapa yang melepaskan tembakan dari dalarn mobil dan di luar, itu yang masih diusut. Memang sangat disesalkan. Apalagi ketika peristiwa terjadi ada seorang hakim, sarjana hukum, yang mestinya berkewajiban melaporkan kesaksiannya sebelum yang berwajib mengejar. Bahkan yang terjadi sebaliknya: ketika polisi Komsikko Pasar Rebo, petugas yang berwenang mengurus kejahatan di wilayah sana, jauh-jauh mendatangi TMA ke Sukabumi, mereka tak berhasil mendapat keterangan. Ketua Pengadilan Negeri Sukabumi ini hanya berjanji akan datang sendiri, hari Jumat berikutnya, menghadap Komandan Polisi Pasar Rebo. Janji ini tak dipenuhinya. Baru setelah kelihatan berkonsultas, dengan pejabat di Komdak Metro Jaya dan atasannya di Mahkamah Agung, TMA bersedia duduk di kursi pemeriksaan polisi. Ia mula-mula menyerahkan sepucuk pistol FN 38. Ini tak cocok dengan peluru di tubuh Jerry. Tapi TMA lalu menyerahkan sepucuk pistol lain yang diduga telah digunakan (entah oleh siapa) dalam peristiwa ini. Pistol itu, menurut penelitian, terdaftar bukan milik TMA (hakim yang mengadili perkara pencemaran nama baik keluarga Presiden Suharto oleh majalah POP tempo hari). Tapi milik seorang oknum tentara.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus