ROBERT Glenn Jerry (21) tewas. Ia korban penembakan di Minggu
malam 8 Agustus, di Jalan Cawang III Jakarta. Peluru yang
bersarang di tubuhnya, menurut pemeriksaan balistik, dari sebuah
pistol kaliber 9 mm.
Siapa penembaknya? Polisi Jakarta, tak seperti biasanya, kali
ini tampak rikuh. Sebab, seperti anda layaknya sudah tahu,
peristiwa itu menyangkut nama baik hakum. Setidaknya, ketika
peristiwa berdarah itu terjadi jam 22.30 di sana ada Hakim TMA -
Ketua Pengadilan Negeri Sukabumi - di samping orang lain bernama
Ahm. Siapa di antara kedua orang ini (atau ada orang ketiga?)
yang melakukan penembakan'? Hakim TMA sendiri, yang sudah lama
bertugas di Jakarta, hingga kini belum mengumumkan kedudukannya
dalam peristiwa itu.
Malam itu Jerry, anak ketiga Stephanus Sabandar, mabuk di jalan
bersama dua orang kawannya. Mereka baru saja minum-minum di
warung kecil, penjual minuman keras TKW dan Malaga, di depan
gedung sekolah SMA XIV. Teman Jerry yang bernama Al agak parah:
dalam mabuk ia hampir saja ribut dengan Yusuf -- peminum lain
di warung itu juga. Menurut Mos, teman Jerry yang lain, Al juga
mengganggu beberapa orang yang ditemuinya di jalan pulang. Mos
memang mencoba mencegah agar Al tak berbuat lebih buruk. Tapi
Jerry membiarkan Al semaunya.
Begitulah sampai mereka tiba di muka rumah Nyonya Abd di Jalan
Cawang III. Di sana ada sebuah mobil berhenti di sebelah kiri.
Mesinnya hidup. Lampunya menyala. Rupanya mobil itu sudah siap
jalan. Al timbul jailnya: ia memukul-mukul bagian depan. Orang
yang berada di mobil, tentu saja, mana senang.
Benar saja. Perang mulut terjadi. Persisnya memang tak begitu
jelas. Hanya Jerry tampak mendekati mobil. Ketika badannya mulai
merapat, dan kepalanya melongok ke dalam melalui jendela saat
itulah terdengar letusan. Nah. Lalu sambil mendekap lambungnya,
Jerry berusaha kabur. Tapi baru sekitar 6 meter ia jatuh
tersungkur. Sementara itu dari mobil keluar seseorang dengan
pistol di tangam Dan sekali lagi terdengar letusan.
Jerry tewas malam itu juga. Berapa peluru yang bersarang di
tubuh korban? Polisi rupanya menganggap belum perlu diumumkan.
Tinggal keluarga Stephanus Sabandar, repatrian dari Belanda
(asal Maluku), berkabung untuk anak ketiga yang lahir di
Nederland itu.
Dari Nyonya Abd jelas diperoleh keterangan. Mobil, saksi mati
dalam peristiwa di depan rumahnya, memang ditumpangi kedua
tamunya: Hakim TMA dan Ahm. Tapi siapa yang melepaskan tembakan
dari dalarn mobil dan di luar, itu yang masih diusut.
Memang sangat disesalkan. Apalagi ketika peristiwa terjadi ada
seorang hakim, sarjana hukum, yang mestinya berkewajiban
melaporkan kesaksiannya sebelum yang berwajib mengejar. Bahkan
yang terjadi sebaliknya: ketika polisi Komsikko Pasar Rebo,
petugas yang berwenang mengurus kejahatan di wilayah sana,
jauh-jauh mendatangi TMA ke Sukabumi, mereka tak berhasil
mendapat keterangan. Ketua Pengadilan Negeri Sukabumi ini hanya
berjanji akan datang sendiri, hari Jumat berikutnya, menghadap
Komandan Polisi Pasar Rebo. Janji ini tak dipenuhinya.
Baru setelah kelihatan berkonsultas, dengan pejabat di Komdak
Metro Jaya dan atasannya di Mahkamah Agung, TMA bersedia duduk
di kursi pemeriksaan polisi. Ia mula-mula menyerahkan sepucuk
pistol FN 38. Ini tak cocok dengan peluru di tubuh Jerry. Tapi
TMA lalu menyerahkan sepucuk pistol lain yang diduga telah
digunakan (entah oleh siapa) dalam peristiwa ini. Pistol itu,
menurut penelitian, terdaftar bukan milik TMA (hakim yang
mengadili perkara pencemaran nama baik keluarga Presiden Suharto
oleh majalah POP tempo hari). Tapi milik seorang oknum tentara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini