ENTAH setan mana yang telah menguasai akal anak-beranak AT (45)
dan AYA (20). Mereka, bersama lima orang lainnya, di desa
Kalampaian Ilir Kecamatan Astambul (Banjannasin) akhir bulan
lalu telah berbuat aib: secara bergiliran memperkosa Nyonya MB
dan janda SF. Perbuatan ketujuh tersangka itu, dipelopori oleh
AT bersama anak lelakinya AYA.
Kabupaten Banjarmasin sedang musim panen. Hanya tenaga penuai
padi sangat langka di sana. Untung orang-orang Hulu Sungai,
terutama transmigran dari Kecamatan Tambarangan, mau turun
menjadi tenaga penuai upahan. Di antara mereka ada sepasang
suami isteri B (25) dan MB (22) serta janda SF (18). Mereka
tinggal dan menginap di sebuah pondok milik salah seorang warga
desa Kalampaian Ilir.
Kedatangan rombongan B ini, rupanya, sempat diincar oleh
beberapa pasang mata gatal. Malam hari, 29 Agustus, muncul tiga
orang laki-laki di pondok B dan rombongannya menginap. Setelah
tanya ini dan itu, akhirnya, ketiga tamu ini memerintahkan agar
Nyonya MB dan SF melaporkan kedatanganmereka kepada pak RT. Kenapa
kedua perempuan ini yang harus melapor? "Yang laki-laki harus
menunggui barang di pondok," kata salah seorang tamu dengan
entengnya.
MB dan adiknya, SF, dibawa melalui pematang sawah. Di suatu
tempat yang sepi dangelap, tiba-tiba muncul 4 orang lelaki lain.
Di bawah ancaman senjata tajam kedua wanita ini tak berdaya:
terpaksa melayani nafsu para pemerkosanya.
Kedua korban ini, keesokan harinya, ditemukan oleh seorang
penduduk desa dalam keadaan: antara sadar dan tidak. Suami MB
sendiri baru tahu keadaan isteri dan iparnya, kemudian, setelah
urusan di tangan polisi.
Polisi tak begitu sulit membekuk para pelaku, kejahatan seks di
desa 13 km dari kota Martapura. Sebab baik MB maupun SF ternyata
dapat mengenali tampang salah seorang yang menggagahinya -
walaupun kejadiannya pada waktu gelap. Dari salah seorang
tersangka yang tertangkap, dalam waktu singkat polisi dapat
meringkus semua pelaku.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini