Teliti dahulu sebelum berdiet. Panduan terbaru Asosiasi Jantung Amerika (American Heart Association, AHA) menggarisbawahi bahwa sebagian program diet tak layak diikuti. Selain gagal melangsingkan tubuh, sebagian program berisiko memicu timbulnya penyakit yang fatal.
Sorotan AHA mengarah pada diet tinggi protein yang kini makin populer di seluruh dunia. Prinsip dasar diet tinggi protein adalah menekan pasokan karbohidrat semisal nasi, kentang, dan jagung serendah mungkin. Adapun pasokan protein dibebaskan sesuai dengan kehendak masing-masing.
Menurut komisi nutrisi AHA, menekan karbohidrat bukanlah jurus tepat. Alasannya, tubuh mengolah karbohidrat menjadi glikogen yang menjadi sumber energi. Kekurangan karbohidrat membuat tubuh mengambil energi dari lemak. Akibatnya, hati dan ginjal bekerja keras. Cairan tubuh pun keluar lebih banyak hingga berat badan turun dalam waktu singkat. Namun, "Ini bukan tindakan sehat. Ginjal dan hati bakal rusak karena terus bekerja keras," kata Sachiko St. Jeor. Ahli nutrisi yang juga anggota komisi nutrisi AHA ini menambahkan, melambungnya protein berarti mendongkrak pasokan lemak pula. Maklum, protein hewani hampir pasti mengandung lemak jenuh yang bisa memicu penyakit jantung koroner.
Karena itu, AHA meminta agar konsumen menjauhi diet tinggi protein. Jauh lebih baik berdiet seimbang: 60 persen karbohidrat, 25 persen protein, dan 15 persen lemak. "Itu pun harus disertai olahraga, karena tak ada diet yang sukses tanpa olahraga," kata Sachiko, seperti dikutip Washington Post pekan lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini