WARGA Boca Raton gelisah. Kota kecil di semenanjung timur Florida ini agaknya mewakili keresahan umum yang kini merebak di Amerika Serikat pasca-tragedi 11 September yang menghancurkan dua menara kembar World Trade Center, yang kemudian berlanjut dengan perang melawan Afganistan. Hampir seluruh penduduk Boca Raton merasa tubuh mereka tak beres. Demam atau pilek ringan pun kini ditanggapi dengan amat serius. "Semua orang di kantor merasa sakit. Kami jadi lebih sering mengunjungi dokter," kata Michael Gibbons, pengacara yang tinggal di Boca Raton, dalam percakapan telepon dengan TEMPO.
Penduduk Boca Raton—dan mungkin warga AS lainnya—merasa menghadapi musuh yang tak kelihatan. Kegelisahan itu memang beralasan. Tiga warga Boca Raton, yang semuanya karyawan American Media Incorporated (AMI), penerbit sejumlah tabloid, positif terserang antraks. Jumat dua pekan lalu, Robert Stevens, redaktur foto tabloid Sun, bahkan sampai meninggal dunia. Tim peneliti Pusat Pengendali dan Pencegahan Penyakit (CDC) menemukan koloni Bacillus anthracis pada hidung Stevens. Bakteri pemicu penyakit antraks itu juga ditemukan bertebaran di papan ketik komputer yang biasa digunakan Stevens di kantor AMI. Aneh.
Normalnya, bakteri antraks yang sifatnya sangat stabil dan bisa beristirahat alias dormant selama puluhan tahun itu hanya tertanam di dalam tanah. Kuman antraks tak bisa begitu saja menginfeksi manusia kecuali bila sengaja ditebarkan atau melalui perantaraan hewan ternak yang memamah rumput yang mengandung spora Bacillus.
Kontan saja kerisauan meluas. Pemerintah setempat mewajibkan sekitar seribu penduduk Florida melakukan tes hidung dan darah untuk mengecek sebaran infeksi antraks. Masker pelindung dan tablet cyproflaxin, antibiotik pembasmi kuman antraks, segera terjual laris di seantero Amerika.
Yang paling ditakutkan adalah bakteri antraks pernapasan. Bila bakteri ini tersedot masuk ke paru-paru pasien, fatal akibatnya. Memang gejala awalnya hanya seperti gejala flu yang ringan, tapi kemudian diikuti dengan gejala memburuknya pernapasan yang berlangsung dengan sangat cepat. Tak perlu menunggu lama-lama, dalam dua hingga enam hari pasien akan mengalami syok yang kemudian berakhir fatal.
Bila yang menyerang hanya jenis antraks kulit, akibatnya tak terlalu fatal karena hanya menyerang kulit. Meski begitu, infeksi ini juga harus segera ditangani agar bakteri tak sampai meracuni darah dan membahayakan jiwa penderita.
Selain kedua jenis bakteri itu, ada satu jenis lagi yang meracuni manusia melalui daging hewan yang berpenyakit antraks. Orang yang mengonsumsi daging yang terkontaminasi itu mengalami gejala mirip keracunan makanan dan diikuti dengan demam. Serangan bakteri jenis ini juga berakibat fatal bila tak segera ditangani.
Peristiwa tragis di Desa Hambalang, Bogor, Jawa Barat, awal tahun ini, misalnya, menggambarkan keganasan antraks tersebut. Kala itu, enam penduduk desa menyantap daging kambing yang terinfeksi antraks (TEMPO Edisi 26 Februari-4 Maret 2001). Tak sampai seminggu setelah makan, mereka mengalami demam dan diare serta punya bisul hitam di pipi, dada, lengan, dan kaki. Bisul tersebut menandakan bakteri antraks telah beraksi menyerang hati, jaringan darah, dan limfa sehingga memicu perdarahan internal. Akhirnya, dengan obat antibiotik, empat penderita antraks bisa disembuhkan. Namun, nyawa dua penduduk Hambalang melayang sebelum sempat mendapat pengobatan.
Nah, yang terjadi di Florida tergolong langka. Robert Stevens dan kedua rekannya terinfeksi kuman antraks yang tersedot hidung dan langsung menuju paru-paru. Jalur penularan semacam ini dilaporkan pernah terjadi di AS pada 1976.
Tak pelak lagi, kecurigaan akan adanya bioteror langsung mencuat. Apalagi media massa gencar mengabarkan ancaman teroris bersenjata kimia dan biologi sebagai balasan atas serangan Amerika ke Afganistan. David Pecker, bos AMI, misalnya, yakin bahwa antraks yang menimpa anak buahnya adalah wujud bioterorisme. "Ini serangan bioteroris pertama terhadap Amerika," kata Pecker sambil menambahkan bahwa nama perusahaannya memang cocok sebagai sasaran teror. Kecurigaan makin kuat karena gedung AMI hanya berjarak satu mil dari perusahaan penerbangan swasta tempat Muhammad Atta menyewa pesawat ringan, Agustus lalu. Atta adalah tersangka pilot salah satu pesawat yang ditabrakkan ke menara World Trade Center.
Namun, kecurigaan itu ditepis Deputi Biro Penyelidik Federal (FBI) Tim Caruso. "Tak ada bukti kuat," katanya. Menurut Caruso, bila itu betul serangan bioteroris, antraks pasti menelan banyak korban dengan radius jangkauan sampai puluhan kilometer.
Mardiyah Chamim
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini