Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Hipertermia maligna kondisi tubuh yang rentan terhadap beberapa kombinasi obat tertentu. Biasanya obat penenang dan anestesi (bius) untuk prosedur medis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengutip Mayo Clinic, tanda dan gejala hipertermia maligna bervariasi. Kondisi itu terjadi selama anestesi atau setelah operasi. Gejala hipertermia maligna antara lain otot kaku, pernapasan cepat dan dangkal, detak jantung meningkat, keringat berlebihan.
Kecenderungan orang mengalami hipertermia maligna
Mengutip WebMD, hipertermia maligna cenderung rentan dialami pria daripada wanita. Faktor umum penyebabnya salah satunya genetik ataupun keturunan. Para ilmuwan menemukan, lebih dari 80 kondisi tak biasa kode genetik yang berbeda menyebabkan hipertermia maligna. Kondisi ini sering diturunkan dalam genetik keluarga. Ada beberapa prosedur medis untuk memeriksa kondisi hipertermia maligna.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Laboratorium menggunakan sampel darah untuk melihat kode genetik. Ada pula tes biopsi otot, prosedur ini biasanya menggunakan sampel otot kaki untuk diuji dalam laboratorium. Hasil tes untuk mengetahui reaksi otot terhadap bahan kimia yang memicu hipertermia maligna.
Apakah kondisi hipertermia sama seperti demam?
Mengutip Cleveland Clinic, hipertermia tidak sama seperti demam. Ketika seseorang mengalami hipertermia, suhu tubuh naik di atas batas normal yang dikendalikan oleh bagian dari otak yang mengontrol banyak fungsi tubuh atau hipotalamus.
Saat demam, hipotalamus meningkatkan suhu tubuh. Kenaikan suhu tubuh ini proses upaya untuk melawan penyakit atau infeksi. Sedangkan panas suhu tubuh hipertermia berlainan dengan demam.
Hipertermia kondisi suhu tubuh amat tinggi akibat terlalu banyak menyerap panas. Seseorang yang mengalami hipertermia berkemungkinan suhu tubuhnya mencapai 40 derajat Celsius.
Gejala umum hipertermia, yaitu sakit kepala, kehausan, mual, dan kelelahan. Kondisi tertentu juga menyebabkan ruam, kram otot, kehilangan selera makan, muntah, atau pingsan.
DELFI ANA HARAHAP
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.