Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bahaya Vuvuzela
Trompet khas Afrika Selatan, vuvuzela, yang bergema di sepanjang pertandingan Piala Dunia 2010 ini, memang menciptakan suasana meriah. Namun suara vuvuzela juga mengakibatkan tinnitus atau dengingan di kepala atau telinga; bahkan gangguan pendengaran permanen. "Ini efek kumulatif paparan suara keras vuvuzela dan musik selama Piala Dunia," kata spesialis audiologi dari The Royal National Institute for Deaf People (RNID), Angela King, dalam rilisnya.
Kebisingan di atas 85 desibel sudah bisa menyebabkan kerusakan pendengaran. Padahal tingkat ke bisingan vuvuzela rata-rata 127 desibel, lebih tinggi daripada drum (122 desibel), peluit (122 desibel), mesin pemotong rumput (110 desibel), atau sirene ambulans (120 desibel). Profesor De Wet Swanepoel dari Universitas Pretoria, yang meneliti dampak kebising an vuvuzela, menyimpulkan kenyaringan alat tersebut mencapai 100-131 desibel, di atas standar batas kebisingan pabrik di Afrika Selatan yang didengar tanpa pelindung telinga.
Percobaan terhadap 11 orang yang mendengarkan suara vuvuzela di dalam stadion berkapasitas 30 ribu kursi juga menunjukkan penurunan fungsi pende ngaran. "Hanya sementara, tapi kontak yang terlalu lama dapat mengakibatkan kerusakan permanen," tutur Swanepoel. Dampak sudah terjadi pada menit ke-10, 15, dan 20.
Dulu vuvuzela terbuat dari tanduk rusa jantan sepanjang sekitar satu meter, yang digunakan masyarakat Afrika untuk mengundang orang berkumpul. Dalam perkembangannya, bahan berganti menggunakan aluminium, dan kini plastik.
Dari Hati Naik ke Mata
Ungkapan klasik dari mata turun ke hati menunjukkan pengaruh penglihatan terhadap perasaan. Ini biasa dipahami dalam konteks perjodohan. Nah, soal kaitan penglihatan dan perasaan itu, ternyata hubungannya bisa dibalik. Perasaan bisa mempengaruhi penglihatan.
Seperti dikutip dari situs geniusbeauty.com, Rabu pekan lalu, ilmuwan Kanada meneguhkan temuan bahwa kualitas penglihatan dapat dipengaruhi juga oleh suasana hati. Orang yang suasana hati nya sedang baik dapat melihat obyek gambar dengan terperinci dan menyeluruh dibanding orang yang emosinya negatif.
Peneliti Universitas Toronto, Kanada, menguji 16 pria berusia 22 tahun yang memiliki penglihatan normal. Setelah diukur kondisi emosi masing-masing, kepada mereka diperlihatkan gambar wajah dengan latar gambar lain. Responden yang perasaannya sedang baik bisa melihat gambar dan latar, sedangkan yang suasana hatinya negatif hanya melihat gambar.
Nama Membawa Penyakit
Ada-ada saja kegiatan yang dilakukan ahli di Eropa dengan melakukan pengamatan terhadap nama orang, dikaitkan dengan gangguan kesehatan tekanan darah tinggi yang berujung pada serangan jantung. Pengamatan selama 80 tahun yang difasilitasi Lloyd's Pharmacy menghasilkan temuan bahwa beberapa nama rentan serangan tekanan darah tinggi, alias paling sering dimiliki penderita.
Pria bernama Colin, Brian, dan Alan berisiko mendapat tekanan darah tinggi 47 persen. Sedangkan Simon, Mark, dan Ke vin hanya 16 persen, serta Daniel, Liam, dan Thomas 6 persen. Untuk wanita, nama Margaret, Linda, dan Ann punya risiko 50 persen. Sedangkan nama Emily, Sophie, dan Chloe hanya 1 persen.
Nama yang rentan untuk pria adalah Brian, Colin, Ronald, Barry, Kenneth, Graham, Roger, Roy, Keith, dan Terence. Sedangkan untuk wanita Margaret, Doreen, Patricia, Linda, Jeam, Sheila, Joan, Ann, Christine, dan Maureen.
Tapi, "Ini perkiraan yang sangat kasar," kata Christ Frost, pakar jantung dari Lloyd's Pharmacy, seperti dikutip Daily Mail, Rabu pekan lalu. Dia menandaskan bahwa semua orang punya risiko terserang tekanan darah tinggi se iring dengan bertambahnya usia.
Spekulasinya, keterkait an nama dan tingkat kemungkinan itu lebih karena faktor sosiologis atau kebetulan. Nama Colin, misalnya, sangat populer di Skotlandia, tempat dengan prevalensi penderita sakit jantung tinggi. Atau nama Maureen cenderung dimi liki wanita yang sudah berusia lanjut. Bagaimana dengan nama Bambang atau Sri? Yang jelas belum ada penelitiannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo