Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Warung sate dan tongseng Pak H. Budi telah berdiri sejak tahun 1985. Berbekal dari keluarga penjual sate dan tongseng di Solo, pak Budi pun mulai menjajalkan resep keluarganya di ibukota. Disampaikan oleh anak pertama Budi, Eko Setiyabudi dalam acara Press Conference Bango Dukung Regenerasi Pelestarian Kuliner Indonesia, sang bapak awalnya mulai berjualan dengan cara berkeliling di jalan Proklamasi, Jakarta.
Baca: Warga India Antre Beli Sate di Festival Wonderful Indonesia
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setelah semakin banyak diminati pelanggan, Budi yang telah meninggal pada tahun 2018 silam itu mulai mengontrak untuk membuat membuka sebuah gerai. “Waktu itu, lokasi yang dipilih bapak adalah di daerah Duren Sawit, Jakarta Timur,” katanya pada 21 Februari 2019.
Setelah dilanjutkan oleh anak pertamanya pada akhir tahun 2018, tempat tersebut pun akhirnya menjadi tempat permanen mereka. Dua cabang pun dibuka untuk mengakomodir minat pelanggan di daerah Depok dan Bekasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jika ditanya tentang keistimewaan warung ini, Eko menyebut bahwa mereka menggunakan berbagai jenis rempah-rempah untuk bumbu kuah tongseng. “Kami tidak seperti penjual lain yang mungkin menggunakan bahan jadi. Disini ada 22 jenis rempah yang kami racik sendiri,” katanya. Selain itu, cara memasaknya pun masih menggunakan cara lama alias dengan kuali dan bara api.
Dari segi penyajian, sama seperti warung sate dan tongseng pada umumnya, mereka meletakkannya pada piring dan mangkok yang kemudian ditaburi dengan kubis sebagai ciri khas dari mereka. “Penyajian seperti biasa tapi memang kubis rebus selalu diletakan sebagai signature warung bapak,” katanya.
Baca: Sate dan Nasi Goreng jadi Primadona Festival Indonesia di India
Hingga saat ini, warung sate dan tongseng pak H. Budi telah mempekerjakan 60 orang pegawai. Omset perbulan dari gerai utamanya pun terbilang fantastis. “Untuk gerai di Duren Sawit sendiri, omset perbulannya 1 miliar rupiah,” katanya.