Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Janji Suhu Harlan

Latihan tai chi bisa menurunkan tekanan darah tinggi dan menghindari penyakit jantung dan bisa juga meringankan penderita penyakit lever. (ksh)

15 November 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEORANG buruh menyandarkan' sepedanya dekat Dinding Demokrasi di Kota Beijing. Di bawah bayangan pohon ia berdiri dan mengambil sikap kaki sejajar. Kedua tangannya direntangkan ke depan tanpa tenaga. Lantas ia mengayunkan kedua tangan itu ke samping kiri. Sekujur tubuhnya seperti tanpa daya berat mengikuti ayunan tangan tadi. Kemudian dia mengayun ke kanan dengan gemulai. Di Jakarta belum pernah terlihat orang membuat gerakan "mengusap burung gereja" setelah memarkir sepeda motor di pinggir jalan. Tetapi latihan tai chi di sini secara terbatas sudah dilakukan orang di lapangan Monumen Nasional, berbaur dengan orang-orang yang mencari kesegaran embun pagi di jantung Jakarta itu. Tai chi sebagai sumber kesegaran jasmani nampaknya mulai mendapat perhatian Dari perguruan yang dilaksanakan secara diam-diam, latihan ini mulai diselenggarakan dengan bau komersial Tai Chi Medis Sport (TCMS) misalnya memanggil muridnya melalui iklan lewat sebuah harian ibukota. Berpusat di gedung olahraga KONI di Jalan K.H. Hasyim Asyari, TCMS membujuk peminatnya dengan menyebutkan bahwa latihan tersebut bisa menurunkan tekanan darah tinggi dan menghindari penyakit jantung. "Terutama ditujukan kepada ibu dan bapak-bapak yang kesehatannya sudah menurun," begitu kata iklannya. "Ini bukan perguruan. Kita di sini berhubungan seperti antar teman. Siapa tahu anda mendapat kesan baik mengenai saya, di tempat lain kita bisa jumpa," kata Dea M. Harlan, 42 tahun, suhu yang memimpin TCMS kepada puluhan pendaftar yang mengerumuninya. Lancar berbicara dengan gerakan-gerakan tangan yang tangkas, Harlan nampaknya memang seorang suhu yang piawai. Pendeta Budidarma Menurut kisahnya sendiri, Harlan mula-mula belajar tai chi di sebuah perguruan di Kebayoran Lama. Bekal yang dia peroleh dari situ dia kembangkan pula ke Taiwan, Hongkong dan loncat ke daratan Tiongkok, negara cakal-bakalnya tai chi. Sudah 6 1/2 tahun dia mengajarkan kebolehannya. Tapi dua tahun terakhir ini yang dia ajarkan adalah hasil perasan dari pengalamannya dan khusus ditujukan untuk mencegah penyakit. "Dulu latihan selesai 11 bulan. Sekarang tinggal enam bulan," urainya. Uang pendaftaran Rp 10.000. Iuran sebulan Rp 15.000. Buku petunjuk lengkap dengan bentuk-bentuk gerakan plus sebuah kaus oblong disediakan cuma-cuma kepada tiap peserta. Latihan hanya seminggu sekali, Kamis malam. Mereka yang mangkir dalam latihan bisa mengulanginya di rumah suhu Harlan. Jumlah peserta terbatas 24 orang karena kapasitas gedung yang dia sewa terbatas. "Kalau terlalu banyak tak bisa saya kontrol. Saya tidak memakai asisten karena saya khawatir perasaannya berbeda dengan perasaan saya. Latihan tai chi memerlukan perasaan yang tajam," ucapnya. Karena pembatasan itu banyak yang tak kebagian tempat. Ada 58 gerakan yang dipelajari. Tiap gerakan diberikan penjelasan mengenai efeknya terhadap tubuh. Selain menghindari tekanan darah tinggi dan serangan jantung, kata Harlan, tai chi bisa juga meringankan penderita penyakit lever (hati). Gerakan-gerakan yang lemah lunglai dari tai chi, katanya akan meringankan orang dari tekanan-tekanan penderitaan. "Kalau orang sudah bebas dari berbagai tekanan, metabolisme tubuh akan membaik dan penderita tertolong," ulas suhu berjidat lebar itu. Bahwa tai chi akan membuat tubuh sehat memang itulah tujuan semula dia diperkenalkan oleh pendeta Budidarma dahulu kala. Seorang pendeta yang harus berjalan jauh haruslah memiliki tubuh yang sehat. Dan kalau capek dalam perjalanan hisa diatasi dengan gerakan tai chi tertentu. "Gerakan tai chi akan memijat-mijat syaraf Dia akan membuat darah mengalir dengan baik. Malahan sampai pada pembuluh-pembuluh darah terkecil di hawah kulit," kata Murdianto, laki-laki yang memasuki usia 60-an, yang berlatih dan mendalami tai chi melalui literatur barat. Ada pula yang mengaku sembuh dari penyakit paru-parunya karena tai chi. Konon Mao Tse-tung, selain perenang adalah juga peserta tai chi sampai akhir hidupnya. "Dia mati tai chi," begitu cerita di kalangan penggemar seni beladiri kuno asal Tiongkok ini. Maksudnya, Mao meninggal tanpa penderitaan yang lama. "Saya sendiri tertarik karena gerakan-gerakannya yang lamban. Saya 'kan sudah tua. Kalau ikut latihan yang memerlukan kecepatan saya tak kuat," ujar seorang calon murid suhu Harlan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus