SEORANG buruh menyandarkan' sepedanya dekat Dinding Demokrasi
di Kota Beijing. Di bawah bayangan pohon ia berdiri dan
mengambil sikap kaki sejajar. Kedua tangannya direntangkan ke
depan tanpa tenaga. Lantas ia mengayunkan kedua tangan
itu ke samping kiri. Sekujur tubuhnya seperti tanpa daya berat
mengikuti ayunan tangan tadi. Kemudian dia mengayun ke kanan
dengan gemulai.
Di Jakarta belum pernah terlihat orang membuat gerakan
"mengusap burung gereja" setelah memarkir sepeda motor di
pinggir jalan. Tetapi latihan tai chi di sini secara terbatas
sudah dilakukan orang di lapangan Monumen Nasional, berbaur
dengan orang-orang yang mencari kesegaran embun pagi di jantung
Jakarta itu.
Tai chi sebagai sumber kesegaran jasmani nampaknya mulai
mendapat perhatian Dari perguruan yang dilaksanakan secara
diam-diam, latihan ini mulai diselenggarakan dengan bau
komersial Tai Chi Medis Sport (TCMS) misalnya memanggil muridnya
melalui iklan lewat sebuah harian ibukota. Berpusat di gedung
olahraga KONI di Jalan K.H. Hasyim Asyari, TCMS membujuk
peminatnya dengan menyebutkan bahwa latihan tersebut bisa
menurunkan tekanan darah tinggi dan menghindari penyakit
jantung. "Terutama ditujukan kepada ibu dan bapak-bapak yang
kesehatannya sudah menurun," begitu kata iklannya.
"Ini bukan perguruan. Kita di sini berhubungan seperti antar
teman. Siapa tahu anda mendapat kesan baik mengenai saya, di
tempat lain kita bisa jumpa," kata Dea M. Harlan, 42 tahun, suhu
yang memimpin TCMS kepada puluhan pendaftar yang mengerumuninya.
Lancar berbicara dengan gerakan-gerakan tangan yang tangkas,
Harlan nampaknya memang seorang suhu yang piawai.
Pendeta Budidarma
Menurut kisahnya sendiri, Harlan mula-mula belajar tai chi di
sebuah perguruan di Kebayoran Lama. Bekal yang dia peroleh dari
situ dia kembangkan pula ke Taiwan, Hongkong dan loncat ke
daratan Tiongkok, negara cakal-bakalnya tai chi. Sudah 6 1/2
tahun dia mengajarkan kebolehannya. Tapi dua tahun terakhir ini
yang dia ajarkan adalah hasil perasan dari pengalamannya dan
khusus ditujukan untuk mencegah penyakit. "Dulu latihan selesai 11
bulan. Sekarang tinggal enam bulan," urainya.
Uang pendaftaran Rp 10.000. Iuran sebulan Rp 15.000. Buku
petunjuk lengkap dengan bentuk-bentuk gerakan plus sebuah kaus
oblong disediakan cuma-cuma kepada tiap peserta. Latihan hanya
seminggu sekali, Kamis malam. Mereka yang mangkir dalam latihan
bisa mengulanginya di rumah suhu Harlan.
Jumlah peserta terbatas 24 orang karena kapasitas gedung yang
dia sewa terbatas. "Kalau terlalu banyak tak bisa saya kontrol.
Saya tidak memakai asisten karena saya khawatir perasaannya
berbeda dengan perasaan saya. Latihan tai chi memerlukan
perasaan yang tajam," ucapnya. Karena pembatasan itu banyak yang
tak kebagian tempat.
Ada 58 gerakan yang dipelajari. Tiap gerakan diberikan
penjelasan mengenai efeknya terhadap tubuh. Selain menghindari
tekanan darah tinggi dan serangan jantung, kata Harlan, tai chi
bisa juga meringankan penderita penyakit lever
(hati). Gerakan-gerakan yang lemah lunglai dari tai chi, katanya
akan meringankan orang dari tekanan-tekanan penderitaan. "Kalau
orang sudah bebas dari berbagai tekanan, metabolisme tubuh akan
membaik dan penderita tertolong," ulas suhu berjidat lebar itu.
Bahwa tai chi akan membuat tubuh sehat memang itulah tujuan
semula dia diperkenalkan oleh pendeta Budidarma dahulu kala.
Seorang pendeta yang harus berjalan jauh haruslah memiliki tubuh
yang sehat. Dan kalau capek dalam perjalanan hisa diatasi dengan
gerakan tai chi tertentu.
"Gerakan tai chi akan memijat-mijat syaraf Dia akan membuat
darah mengalir dengan baik. Malahan sampai pada
pembuluh-pembuluh darah terkecil di hawah kulit," kata
Murdianto, laki-laki yang memasuki usia 60-an, yang berlatih dan
mendalami tai chi melalui literatur barat.
Ada pula yang mengaku sembuh dari penyakit paru-parunya
karena tai chi. Konon Mao Tse-tung, selain perenang adalah juga
peserta tai chi sampai akhir hidupnya. "Dia mati tai chi,"
begitu cerita di kalangan penggemar seni beladiri kuno asal
Tiongkok ini. Maksudnya, Mao meninggal tanpa penderitaan yang
lama. "Saya sendiri tertarik karena gerakan-gerakannya yang
lamban. Saya 'kan sudah tua. Kalau ikut latihan yang memerlukan
kecepatan saya tak kuat," ujar seorang calon murid suhu Harlan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini