PADA mulanya tak seorang pun percaya, bahwa di puncak
tertinggi Pegunungan Jayawijaya (namanya sekarang) itu ada salju
abadi. Sebab taklah lazim salju terdapat di kawasan yang begitu
dekat dengan katulistiwa .
Tapi ketika Yan Carstensz, berhasil mcncapai salah satu
puncak gunung itu pada Februari 1623, jelaslah salju selalu
berselimut di sana. "Pada jarak kira-kira 10 mil lebih ke
pedalaman, kami melihat pegunungan yang sangat tinggi dan pada
berbagai tempat ditutupi salju," tulis Carstensz, dalam
catatannya. Ketika kemudian Belanda melakukan pemetaan, puncak
yang berselimut salju itu diberi nama Puncak Carstensz Pyramid.
Pegunungan ini selalu mempunyai daya tarik yang penuh misteri
bagi para penjelajah alam. Pada 1909, Hendrik A. Lorentz,
seorang Belanda, mencoba menaklukkan salah satu puncak
Jayawijaya. Hingga 1911 berbagai usaha dilakukannya untuk
mendaki dengan menyertakan enam ahli ilmu pengetahuan .
Pada tahun 1911 itu pula sebuah ekspedisi dilakukan oleh
Persatuan Ahli Burung Inggris dengan menyertakan enam ilmuwan,
50 orang kuli pengangkut perbekalan, 10 tentara Gurkha, 44
serdadu KNIL dan 60 orang pekerja kasar sebagai perintis jalan.
Ekspedisi ini gagal menembus rawa dan hutan yang lebat sehingga
setelah menelan waktu 16 bulan, rombongan itu menyerah.
Hasilnya: 16 orang meninggal dan 120 orang membawa penyakit
beri-beri dan malaria.
Pada 1912, dua orang Eropa yang lain, Kloss dan Wallaston,
mengadakan ekspedisi lagi dengan jumlah peserta lebih banyak
lagi, 224 orang. Mengikuti alur Sungai Otakwa mereka berhasil
berada di padang salju selama tiga hari pada ketinggian 3.000 m.
Tapi ekspedisi yang menelan waktu enam bulan ini menelan tiga
nyawa.
Selanjutnya tak kurang dari 10 buah ekspedisi lagi mencoba
menyingkap tabir salju di pegunungan itu. Tapi hanya rombongan
Colijn, Dozy dan Wissel yang berhasil mencapai ketinggian 4.850
m setelah mendaki selama 56 hari. Ekspedisi ini berhasil pula
menemukan massa httam pada dinding timur lembah Moraine Glacial,
di antara Sungai Otakwa dan Sungai Mimika. Dozy, ahli geologi
minyak bumi, menyatakan yang mereka temukan itu adalah bijih
tembaga - di tempat itu kini terletak Kota Tembagapura, pusat
penambangan tembaga.
Selain penuh rawa dan hutan lebat jalan ke kawasan Pegunungan
Jayawijaya penuh hadangan tebing padas terjal, lembah yang
menyebar di sela-sela puncak gunung yang hanya ditumbuhi rumput
dan lumut. Binatang hanya tikus di siang hari dan sesekali
terdengar raung serigala di malam hari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini