SIAPA sangka, kanker leher rahim bisa dikategorikan sebagai penyakit kelamin yang menular dan menyebar lewat hubungan kelamin. Lain dengan penyakit kelamin yang bisa diamankan dengan antibiotik, kanker leher rahim -- jenis kanker yang pertama yang disinyalir bisa menular belum ada obatnya. Sebagai kanker, ia jelas berbahaya, apalagi sebagai penyakit menular. Tak pelak lagi, penyakit ini menawarkan bahaya ganda. "Karena itu, wanita yang punya kebiasaan bersenggama dengan banyak mitra seks termasuk mempunyai risiko tinggi terkena kanker rahim," kata dr. Nugroho Kampono, seorang ahli kandungan dan ahli kanker rahim. Dikatakannya, melalui wanita-wanita itu pula kanker leher rahim menyebar ke mana-mana. Kemungkinan yang menakutkan itu dikemukakan Nugroho pada seminar sehari "Pengenalan dan Penanggulangan Kanker Pada Wanita" Sabtu dua pekan lalu di Jakarta. Dan penemuan bahaya ganda itu, menurut Nugroho, relatif baru. Memang beberapa tahun sebelumnya disinyalir bahwa para wanita yang gonta-ganti mitra seks akan lebih rentan terhadap kanker leher rahim. Tapi baru ketahuan bahwa biang penyakit ini, yang berasal dari rumpun virus papilloma, ternyata merupakan jenis paling tangguh. "Bukti-buktinya sudah ditemukan melalui penelitian laboratorium maupun evaluasi epidemiologis," kata Nugroho. Dulu, virus papilloma dikenal sebagai penyebab kutil -- tidak berbahaya. Namun, dari penelitian bertahun-tahun, terungkap bahwa virus ini mempunyai banyak tipe. Dan celakanya, yang ditemukan belakangan lebih ganas daripada yang ditemukan duluan -- seperti si penyebab kutil. Kini, jumlah jenis papilloma yang sudah ditemukan ada 53 tipe. "Yang menyebabkan kanker leher rahim adalah tipe 16 dan 18, yang ganas," kata Nugroho, yang menjabat Kepala Sub-Bagian Kanker, Bagian Kandungan dan Kebidanan RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Seorang peneliti yang berjasa menemukan tipe baru kanker leher rahim ini adalah Dr. Herald Zur Hausen dari Pusat Studi Kanker Universitas Heidelberg, Jerman Barat. Dari penelitian itu, diketahui -- tahun 1980 bahwa 10% dari penderita leher rahim ternyata membawa virus papilloma. Ia pun terus melacak kehadiran virus ini pada penderita kanker leher rahim. Beberapa tahun kemudian jumlah pembawa virus itu diketahui meningkat, jadi 80%. Dalam usaha mencari dari mana datangnya virus itu, Zur Hausen meneliti mitra seks para pembawa papilloma itu. Hasilnya mengejutkan: 50% mitra seks itu juga kejangkitan virus papilloma. Zur Hausen mulai yakin, kanker leher rahim menyebar lewat hubungan kelamin, persis seperti penyakit kotor. Dugaan Zur Hausen itu, beberapa tahun kemudian, diperkuat hasil penelitian seorang ahli Kanada, Dr. Alexander Meisels. Peneliti ini sampai pada kesimpulan sama, kanker leher rahim menular lewat virus papilloma. Meisels malah menemukan tanda-tanda bahwa virus itu berjangkit pada pria dan menimbulkan kanker akar. Bahkan bisa menyebar ke kanker dubur (akibat seks anal) dan kanker tenggorokan (akibat seks oral). Namun, berbeda dengan penyakit kelamin, papilloma tak segera menimbulkan kanker. "Proses terjadinya dari stadium nol sampai stadium ganas makan waktu 3-20 tahun," kata Nugroho. "Tapi sekali masuk ke stadium ganas, penjalaran berlangsung sangat cepat. Dari stadium satu sampai meninggal menurut Nugroho, jangka waktunya bisa kurang dari lima tahun." Nugroho mengungkapkan, proses terjadinya kanker berawal dengan berubahnya sel-sel jaringan leher rahim. "Proses ini disebut displasia, saat terlihat sel-sel berkembang secara janggal." Inilah tahap awal terjadinya kanker leher rahim. Bila dirawat sejak dini, kanker leher rahim umumnya masih bisa dihindarkan. Untuk melacak gejala awal, umumnya sekarang dilakukan tes pap smear. Namun, menurut Nugroho, tes ini hanya bisa menemukan gejala displasia atau gejala perubahan sel-sel jaringan. "Untuk memastikan kemungkinan kanker, perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. " Pada stadium awal, proses perubahan terjadi pada lapisan epitel -- bagian paling luar -- jaringan leher rahim. Pada tahap lanjut, perubahan sel-sel jaringan terjadi di lapisan yang lebih dalam. "Ini sudah menjadi kanker yang membahayakan," kata Nugroho. Penelitian tentang pola penjangkitan kanker leher rahim melalui hubungan kelamin, menurut Nugroho, belum pernah dilakukan. Sejauh ini, data statistik cuma menunjukkan, kanker ini terutama menyebar di kalangan wanita dari golongan menengah bawah. Khususnya yang mempunyai banyak anak dan menikah pada usia di bawah 20 tahun. Kanker ini juga menyebar di kalangan wanita tunasusila. Tapi kanker rahim tidaklah meluas semata-mata karena hubungan kelamin. Penyebaran di kalangan menengah bawah, menurut Nugroho, juga bisa disebabkan karena tidak diperhatikannya kesejahteraan dan kebersihan. "Penularan virus papilloma bisa juga terjadi melalui air," kata Nugroho. Misalnya kalau seseorang menggunakan bak mandi yang sama dengan pembawa virus. Dari sisi jumlah, kanker leher rahim termasuk penyakit yang cukup banyak penderitanya di Indonesla. Di RS Cipto Mangunkusumo saja, sekitar 600 penderita dirawat setahunnya. Peringkatnya juga paling atas di antara kanker alat kelamin yang lain -- sekitar 70% dari pasien kanker kelamin lainnya. Tingkat kesembuhan kanker leher rahim ternyata rendah, karena rata-rata penderita datang pada stadium berat. "Mereka umumnya berumur 40 tahun," kata Nugroho. "Artinya, kejangkitan sudah dimulai sekitar usia 30." Padahal, ancaman kematian akibat kanker leher rahim sangat mungkin dihindari. "Bila diketahui sejak dini, rata-rata 70% bisa sembuh lewat operasi atau radiasi, kata Nugroho. Jis. & I Made Suarjana (Jakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini