Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Kapan Kondisi Anak Disebut Gawat Darurat dan Perlu Penanganan Khusus?

Anak bisa mengalami kondisi gawat darurat ketika berada di rumah dan harus segera dibawa ke rumah sakit. Kondisi apa saja?

12 Desember 2023 | 09.29 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi anak terluka. guiainfantil.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis anak konsultan emergensi dan rawat intensif anak, dr. Tartila, Sp.A(K), menjelaskan anak bisa mengalami kondisi gawat darurat ketika berada di rumah dan harus segera dibawa ke rumah sakit.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Kondisi kegawatdaruratan yang sering terjadi pada anak di rumah itu, anak baru belajar jalan lalu jatuh, kemudian eksplorasinya yang tinggi bisa memunculkan cedera seperti luka bakar,” kata dokter di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Salah satu kondisi gawat darurat yang sering terjadi pada anak di rumah adalah luka bakar dan dapat dibedakan menjadi beberapa tingkatan. Luka bakar tingkat pertama adalah superfisial, yakni hanya mengenai lapisan teratas kulit dengan ciri kemerahan dan nyeri.

“Kalau lebih dalam lagi, itu turun ke lapisan bawah. Ciri khasnya ada gelembung, seperti lepuhan berisi cairan (tingkat dua). Kalau lebih dalam lagi, kemudian bisa menimbulkan peradangan hebat dan meninggalkan bekas serta membutuhkan waktu lama untuk penyembuhannya (tingkat tiga),” paparnya.

Jika anak mengalami luka bakar, langkah pertama yang bisa dilakukan orang tua adalah mengamankan anak dari sumber atau paparan api, lalu buka benda-benda yang menempel di sekitar luka anak. Setelah itu, aliri air pada luka bakar selama kurang lebih 20 menit untuk mencegah kerusakan yang lebih parah.

Namun, jika luka bakar mengenai area kulit di area yang lebih luas, dalam, serta mengenai bagian vital anak, Tartila menyarankan untuk membawanya ke rumah sakit agar segera mendapat penanganan dokter. Meski demikian, usahakan untuk tetap mengaliri air di bagian kulit yang terkena luka bakar untuk meredakan suhu panasnya.

Luka jatuh
Selain luka bakar, cedera lain yang sering dialami anak saat di rumah adalah luka akibat jatuh. Biasanya, luka karena jatuh tidak membahayakan kondisi anak selama tidak memiliki tanda bahaya pada tubuhnya.

“Jatuh ini paling sering terjadi pada anak. Ada beberapa kondisi jatuh yang harus diwaspadai, misalnya pada bayi yang usianya kurang dari tahun, atau jatuh dari ketinggian lebih dari 1,5-2 meter. Itu adalah tanda-tanda dibutuhkannya pemeriksaan lebih lanjut,” jelas Tartila.

Tidak hanya usia dan ketinggian permukaan saat jatuh, cedera pada anak yang mengharuskan pemeriksaan lebih lanjut adalah cedera kepala. Cedera pada kepala merupakan kondisi yang cukup riskan dan berisiko terhadap kesehatan anak sehingga ada baiknya untuk segera dibawa ke dokter. Pada anak yang lebih besar tanda-tanda yang harus diwaspadai adalah pingsan. Jika anak terjatuh dan tidak sadarkan diri hingga menimbulkan kejang dan muntah-muntah segera bawa ake dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.

“Kalau ada bentuk aneh (di bagian tubuh) dan mereka merasa kesakitan hebat maka harus dibawa segera ke IGD (Instalasi Gawat Darurat) terdekat,” kata Tartila.

Saat melakukan pertolongan pertama pada anak yang terluka akibat jatuh selalu jaga kebersihan sebelum penanganannya. Jangan lupa untuk menghentikan pendarahan pada luka dengan kain kasa steril. Jika pendarahan sudah berhenti, bersihkan luka dan balut dengan kain kasa baru atau plester luka, sesuaikan dengan lebar dan kedalaman luka, hingga luka tertutup dari paparan udara untuk mencegah infeksi.

Tidak hanya luka akibat jatuh dan luka bakar, kondisi gawat darurat pada anak ketika di rumah dapat disebabkan faktor lain seperti sesak napas dan dehidrasi. Tartila pun menyarankan untuk tidak memberikan mainan berukuran kecil bagi balita untuk mencegah masuknya objek asing ke dalam mulut. Terkadang, keingintahuan anak yang tinggi dapat memicu masuknya mainan ke dalam mulut dan menyebabkan kondisi berbahaya.

Terakhir, kondisi gawat darurat pada anak yang sering terjadi di rumah adalah dehidrasi atau kekurangan cairan. Penyebabnya pun bervariasi, bisa karena diare atau demam. Jika anak mengalami dehidrasi, orang tua bisa memberi minum agar kondisi tidak semakin parah.

“Dehidrasi ada tingkatannya, ada kondisi ringan, sedang, atau berat. Harapannya, Ayah Bunda semua (tidak membiarkan) anak sudah dalam kondisi dehidrasi berat dan terlambat mendapat penanganan dari dokter,” ujar Tartila.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus