Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Baru-baru ini, masyarakat dihebohkan dengan kasus remaja pembunuh balita. Remaja 15 tahun ini menjalankan aksinya kepada anak berumur 5 tahun di rumahnya sendiri, kawasan Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Polisi mengatakan korban tewas dengan cara dimasukkan ke dalam bak air. Fakta lain yang membuat kaget masyarakat adalah inspirasi pembunuhan didasari oleh kegemaran pelaku menonton film horor dan karakter fiksi. Remaja itu suka menonton film horor seperti Chucky atau Slenderman.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menanggapi hal ini, psikolog anak dan keluarga dari Universitas Indonesia Anna Surti Ariani mengatakan bahwa film bergenre pembunuhan memang bisa membuat anak tertarik untuk mencoba melakukan hal serupa. “Selain film, bisa juga game, buku dan tulisan di media sosial,” jelasnya saat dihubungi Tempo.co pada Selasa, 10 Maret 2020.
Meski demikian, ide tersebut belum cukup memberi dorongan anak untuk membunuh. Wanita yang akrab disapa Nina itu mengatakan bahwa setiap ide pasti meliputi tataran kognisi. “Kognisi itu meliputi paparan sikap, intensi, regulasi emosi dan sebagainya juga,” katanya.
Tak heran, pengaruh lain berupa kumpul dengan kedok ibadah tapi ada kalimat-kalimat untuk membunuh atau tumpas, misalnya, juga bisa menjadi pemicu aktivitas pembunuhan. Ada pula ide dari orang tua yang banyak melakukan kekerasan di dalam rumah dengan ancaman membunuh sebagai contoh lainnya.
“Jadi bukan sepenuhnya karena apa yang ditonton saja, tapi bagaimana perilaku orang sekitar dalam membentuk pribadinya yang keras,” tutupnya.