Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Kesalahan Pola Asuh Keluarga yang Terkuak lewat Audit Kasus Stunting

BKKBN mengatakan audit kasus stunting banyak membantu pemerintah dalam membuka kesalahan dalam pola asuh yang diberikan keluarga kepada anak.

20 Januari 2023 | 20.38 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Stunting adalah kondisi anak yang kekurangan gizi di 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) dan berlangsung lama serta menyebabkan terhambatnya perkembangan otak dan pertumbuhan. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengatakan audit kasus stunting banyak membantu pemerintah dalam membuka kesalahan dalam pola asuh yang diberikan keluarga kepada anak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Kita jangan tenang-tenang, stunting itu cepat dan hanya bisa ditangani sampai anak usia 2 tahun. Oleh karena itu, saya minta kasus ini harus diaudit tapi bukan seperti uang, melainkan medical record,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam Waktu Indonesia Berencana (WIB) yang disiarkan di Jakarta, Jumat, 20 Januari 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia menekankan jika audit kasus stunting merupakan audit yang dilakukan secara klinis dengan bantuan para ahli untuk mendapatkan rekomendasi yang tepat dalam menangani stunting di daerah. Kegiatan yang mulai digencarkan sejak April 2022 itu mulai memberikan hasil nyata dari penyebab anak stunting. Misalnya berat badan anak tidak bertambah akibat diare. 

Dalam penelusuran audit kasus stunting, baru diketahui jika keluarga di beberapa wilayah tinggal di rumah yang memiliki sumber air dipenuhi bakteri akibat perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS) di sungai. Penyebab lain adalah jarak antarrumah yang berdesak-desakan sehingga membuat jarak sumur dan tempat warga membangun jamban berdekatan sehingga bakteri dalam feses tetap mencemari air.

“Harapan saya di tahun 2023 mereka yang tidak teratasi ini, posyandu bisa mendekati 100 persen. Kalau ditimbang dan tidak naik, harapan saya sudah harus waspada, kalau perlu segera diaudit, itu kan konsultasi,” ujarnya.

Edukasi gizi
Penyebab stunting lain yang ditemukan dalam audit yakni tingginya TBC pada anak. Nantinya, temuan ini akan dibicarakan dengan Kementerian Kesehatan maupun Dinkes terkait supaya penanganan TBC bisa betul-betul lebih diperhatikan. BKKBN akan memberikan rekomendasi melalui konsultasi dengan para ahli dalam audit untuk bisa lebih menggencarkan pemberian imunisasi dasar seperti pemberian vaksin BCG yang bisa meminimalisasi risiko TBC pada bayi, termasuk pelacakan kontak erat di sekitar rumah.

Penemuan dalam audit lain yakni pemberian makanan tambahan pada anak masih mengandung banyak gula, seperti teh manis. Hal tersebut membuktikan edukasi terkait gizi dan Makanan Pendamping ASI (MPASI) di tingkat keluarga masih rendah. Padahal, jika anak yang seharusnya masih membutuhkan ASI eksklusif sudah mengenal gula maka ia lebih tertarik minum teh manis karena rasanya membuat anak kecanduan gula. Hasto mengatakan tindak lanjut yang nantinya diberikan adalah mengedukasi menu sehat yang tepat melalui konsumsi protein hewani ataupun nabati, seperti penggunaan telur, ikan, atau daun kelor.

"Tapi kalau habis makan dikasih teh manis tidak bagus. Hal seperti itu yang harus dijadikan tindak lanjut audit. Jadi, kita melacak melalui audit penyebabnya, jangan dibiarkan saja. Saya harap banyak kasus stunting yang lebih dibicarakan pada tahun 2023,” tegasnya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus