Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Hipoksia adalah keadaan ketika oksigen tidak tersedia dalam jumlah yang cukup pada tingkat jaringan untuk mempertahankan homeostasis. Hipoksia dapat bervariasi dalam intensitas dari ringan hingga berat dan dapat muncul dalam bentuk akut, kronis, atau akut dan kronis. Selain itu, hipoksia juga menjadi gangguan umum yang kerap ditemui setiap hari di rumah sakit, sebagaimana diterangkan dalam ncbi.nlm.nih.gov.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat sedang bernapas, seseorang mengambil oksigen ke paru-paru, lalu oksigen akan mengalir melalui saluran udara menuju ke dalam kantong kecil atau alveoli. Setelah itu, oksigen diambil oleh darah di pembuluh kecil yang berjalan di dekat alveoli (kapiler) untuk dialirkan melalui darah ke jaringan lain. Kemudian, ketika oksigen sudah turun, akan memberikan karbon dioksida ruang untuk bersarang di dalam tubuh. Karbon dioksida adalah produk limbah yang kemudian dibawa kembali ke paru-paru dan keluar dari tubuh ketika bernapas. Jika tidak cukup oksigen melewati tempat mana pun dalam perjalanan, maka seseorang akan mengalami hipoksia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hipoksia dalam perkembangannya sering digunakan secara bergantian oleh istilah hipoksemia, tetapi keduanya tidak sama, meskipun namanya terdengar mirip. Keduanya memang sama-sama melibatkan kekurangan oksigen, tetapi di bagian tubuh yang berbeda. Hipoksia adalah kadar oksigen rendah dalam jaringan dan hipoksemia adalah kadar oksigen rendah dalam darah.
Hipoksia sering disebabkan oleh hipoksemia, tetapi tidak semua kasus seperti itu. Seseorang bisa mengalami hipoksia, tetapi tidak hipoksemia, begitu juga sebaliknya. Namun, hipoksemia dapat menyebabkan hipoksia ketika darah tidak membawa cukup oksigen ke jaringan untuk memenuhi kebutuhan tubuh, sebagaimana dilansir WebMd.
Setiap kondisi yang mengurangi jumlah oksigen dalam darah atau membatasi aliran darah dapat menyebabkan hipoksia. Biasanya, orang yang hidup dengan penyakit jantung atau paru-paru, seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), emfisema, fibrosis paru, bronkitis, atau asma dapat berisiko tinggi mengalami hipoksia. Tidak hanya itu, beberapa infeksi atau penyakit lainnya, seperti anemia, pneumonia, pneumotoraks, influenza, apnea tidur, dan Covid-19 pun dapat meningkatkan risiko hipoksia.
Saat seseorang mengalami hipoksia yang berkepanjangan, akan mengalami penurunan kadar oksigen dan menyebabkan kerusakan organ, termasuk organ vital dalam tubuh. Bahkan, kerusakan otak dan jantung dapat terjadi karena hipoksia sehingga jika tidak diatasi atau diketahui dengan cepat dapat mengancam nyawa seseorang. Akibatnya, penting untuk mengetahui gejala-gejala apa saja yang dialami oleh seseorang penderita hipoksia.
Merangkum clevelandclinic.org, gejala hipoksia bervariasi tergantung pada tingkat keparahan, penyebab, dan bagian tubuh yang terpengaruh. Berikut adalah beberapa gejala yang mungkin dialami oleh penderita hipoksia, yaitu:
- Kegelisahan
- Sakit kepala
- Kebingungan
- Kecemasan
- Kulit kebiruan
- Detak jantung cepat
- Pernapasan cepat
- Kesulitan bernapas atau sesak napas (dyspnea)
Pilihan Editor: Jenis-jenis Hipoksia, Begini 5 Cara Menangani Hipoksia
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.