Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Lydia Tang Ttercepat

Pelari Filipina, Lydia De Vega, 16 th, pernah terpilih sebagai atlet mewakili Asia ke piala dunia. Dalam Sea Games XI di Manila, ia merebut emas sekaligus melampaui rekor Asian Games.

19 Desember 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GURU sekolah, Januari 1980, mengumumkan bahwa Filipina sedang mencari pelajar yang ingin dibina sebagai atlet atletik. Maka Lydia, putri polisi Manila bekas petinju, Tatang de Vega, mencoba mendaftar ke kantor proyek Gintong Alay (mempersembahkan emas) di Stadion Rizal Memorial. Di situ gadis berkulit sawo matang dengan wajah agak bulat diterima Rogelio Onofre, bekas pelari cepat Filipina yang pernah membuntuti Moh. Sarengat (Indonesia) dan M. Jegathesan (Malaysia) di Asian Games (Jakarta) 1962. Onofre begitu tertarik pada gadis ini setelah diuji dalam lari 400 m. "Sekali waktu saya akan menciptakannya sebagai Chi Cheng baru," katanya. Chi Cheng adalah pelari wanita tercepat Asia di Asian Games 1978 (Bangkok). Ternyata Onofre berhasil. Dalam kejurnas (Mei 1980) di Manila, Lydia mencatat waktu 54.2 detik--lebih cepat dari rekor Asian Games. Muncul pertama kali di Senayan (September 1980) pada Kejuaraan Atletik ASEAN 1, Lydia mengejutkan penggemar atletik di Jakarta, bahkan mengecutkan atlet-atlet dan ofisial Malaysia dan Thailand. Betapa tidak? Gadis beusia 15 tahun itu bisa mengalahkan pelari lainnya yang lebih berpengalaman seperti Usanne Loupinkarn (Thai), Emma Tahaparry (Indonesia) dan Muntaz Jaffar (Malaysia) di nomor 200 m (24.53 detik). Ia juga juara 400 m (55.83) selain mengantarkan tim Filipina sebagai runner-up 4 x 400 m. Prestasi Lydia di Jakarta mungkin belum begitu meyakinkan. Tapi penampilannya sangat mengesankan pada Kejuaraan Atletik Asia di Tokyo, Mei 1981. Maka ia terpilih sebagai atlet Filipina pertama yang mewakili Asia ke Piala Dunia di Roma, September lalu. Dengan bekal pengalaman kejuaraan dunia itu, Lydia yang kini berusia 16 tahun tak bisa dikejar pelari-pelari cepat Muangthai dan Malaysia. Di hari pertama lomba atletik SEA Games XI di Manila ia merebut emas, dan ia melampaui rekor Asian Games. Dalam nomor 4 x 100 m putri, Lydia membawa tongkat terakhir regu Filipina. Stadion Rizal Memorial bergetar karena dukungan 20.000 penonton. Ia melompat kegirangan di tengah lapangan, menyambut karangan bunga yang dipersembahkan seorang pemuda. Presiden Marcos pun tergerak untuk mencium pipi serta menepuk bahunya. Ayahnya menemukan sebuah amplop dalam karangan bunga tadi. Isinya sebuah surat yang berbunyi: "Tak ada yang saya sangsikan bahwa kau bisa memecahkan rekor dan meraih emas. Menang atau kalah, kau bagiku tetap nomor satu." Lydia tak membei komentar atas kata-kata bernada asmara itu. Namun dengan wajah ceria, gadis kelahiran Bacolod (150 km selatan Manila) itu menyeletuk, "saya terharu. Saya tak pernah menyenangkan, karena saya sering salah start ". Lydia dan rekan-rekannya berlatih minimum 5 jam sehari, enam hari seminggu sepanjang tahun. Tony Benson, pelatih Gintong Alay berkata: "Mereka memang berlatih lima jam sehari. Jika mau berbicara di tingkat dunia, mereka masih perlu berlatih dua kali lipat." Lydia de Vega yang masih muda penuh semangat itu tampaknya ingin berbicara lebih jauh lagi di tingkat dunia. Belum terpikir pacar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus