NYONYA Nuriyah, 26 tahun, terus-menerus menderita kembung. Ia
heran mengapa penyakit itu tak kunjung lenyap. Lantas ibu dari
tiga anak itu menyimpulkan kemungkinan perutnya mengandung lagi.
Setelah setahun ditunggu-tunggu tak ada tanda-tanda mau
melahirkan. Ia pun mulai cemas. "Jangan-jangan kau kena
guna-guna," kata suaminya. Kemudian berangkatlah mereka menemui
belasan dukun yang terdapat di daerah tempat tinggal mereka --
Desa Pegiringan, Kecamatan Bantar Bolang, Pemalang, Jawa
Tengah.
Karena tak berhasil, suami-istri itu mencoba pula ke Rumah Sakit
Ketandan. Sepuluh hari dirawat di situ, keluarga buruh tani yang
berpenghasilan Rp 250/hari itu memutuskan pulang saja, karena si
perut tak kempes-kempes juga.
Akhir Februari lalu, dua orang wartawan menemukan wanita yang
sedang "mengandung" itu. Setelah koran Suara Merdeka, Semarang
memberitakan penderitaan Nuriyah, ramailah orang terpanggil
untuk menolongnya. Gubernur Soepardjo Rustam turun tangan dan
menganjurkan Pemda Pemalang agar membantu meringankan beban
wanita itu. Para dermawan menyumbangkan uang sekitar Rp 500.000,
termasuk enam botol darah golongan O.
Ketika Nuriyah digotong masuk ke ruangan perawatan gawat di RSU
Kardinah, Tegal, perutnya yang mengembung ini diperkirakan
dokter berbobot 40 kg. Ia tampak pucat dan tergolek lemah dengan
kulit perut yang berisi cairan hampir menutupi lebar tempat
tidur.
Semula tim dokter mengira Nuriyah menderita penyakit lever
(hati). Tetapi setelah darah dan kencingnya diperiksa ternyata
bukan. "Dia menderita Cystoma Ovarii," kata ahli penyakit dalam
dr. Harmaji kepada Aris Amiris dari TEMPO. Maksudnya pada indung
telur wanita itu tumbuh gelembung berisi cairan yang
mengakibatkan perutnya membuncit.
Segumpal Tumor
Sebenarnya dalam sekali operasi wanita itu diperkirakan sudah
tertolong. Tapi untuk menjaga jangan sampai Nuriyah guncang, tim
dokter mengempeskan perut itu lebih dulu dengan menyedot isi
"kandungan". Selama seminggu berhasil disedot cairan 30 liter,
mengandung mineral, protein dan semacam elektrolit.
Setelah perut itu mengempes barulah dibedah untuk mengangkat
indung telur wanita itu. Tim dokter terdiri dari ahli bedah dr.
Zahruddin dibantu ahli kandungan dan kebidanan Haji Hardjo
Djojodarmo, ahli penyakit dalam dr Harmaji dan enam asisten.
Dalam menit indung telur sebelah kanan yang menjadi sarang
penyakit itu berhasil diangkat tanggal 4 Maret. Organ penghasil
telur itu ditemukan menggelembung berisi cairan tujuh liter dan
segumpal tumor berbobot 1 kg.
Menurut dr. Zahruddin pada indung telur Nuriyah tanpa disadari
tumbuh tumor yang memproduksi cairan. Pada tahap pertama tak
ada rasa sakit tetapi perut terus membesar dan terjadilah
benjolan. Dalam kasus Nuriyah ini kemungkinan tumor yang
menyerang tak termasuk ganas, sehingga penderita dapat
bertahan.
Lama kelamaan (Nuriyah menderita selama tiga tahun) cairan
bening tak berhau itu mendesak bagian perut, hingga penderita
merasa sesak. Beberapa organ tubuh, seperti paru-paru dan lever
tergencet ke atas membikin penderita susah bernapas dan
menelan makanan. "Kalau tak segera ditolong barangkali Nuriyah
tak sanggup bertahan lebih lama lagi," sela dr. Harmaji.
Untuk memantapkan diagnosa yang telah dibuat tim dokter di RSU
Kardinah, indung telur Nuriyah yang kena tumor itu dikirim ke
Jakarta. Untuk mengetahui ganas atau jinak-jinak saja. "Kalau
tak ganas kemungkinan kambuh sangat sedikit," urai dr.
Zahruddin. Sedangkan Nuriyah sendiri menurut rencana kalau
bekas operasinya sudah sembuh, akan menjalani operasi sekali
lagi untuk memoles kulit perutnya yang mekar.
Tumbuhnya kista pada indung telur sebagaimana dikatakan dr.
Zahruddin bukanlah penyakit yang baru. Ke rumah sakit yang
didirikan tahun 1927 oleh adik kandung R.A. Kartini (Kardinah)
saban tahun masuk 10 - 15 pasien. Tapi yang diangkat dari wanita
desa bernama Nuriyah dengan bobot 40 kg, boleh dibilang prestasi
buat dokter di rumahsakit kabupaten itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini