Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tidak ada Valentine tanpa cokelat dan kudapan manis itu dikenal identik dengan hari kasih sayang yang jatuh tiap 14 Februari. Mengapa begitu?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Cokelat memang identik dengan Valentine, namun banyak yang meragukan Saint Valentine mencicipinya. Mengutip dari laman Carnegie Museums, selama masa hidup martir di Roma pada abad ketiga, cokelat masih terbatas dinikmati penduduk asli Amerika Selatan dan Amerika Tengah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dikutip dari laman History, 22 Januari 2022, cokelat diproduksi dari biji pohon kakao di hutan hujan Amerika Selatan dan Amerika Tengah. Para arkeolog menemukan jejak kakao paling awal dalam tembikar yang digunakan budaya Mayo-Chinchip kuno pada 5.300 tahun yang lalu di wilayah Amazon Ekuador.
Cokelat juga memainkan peran politik, spiritual, dan ekonomi yang penting dalam peradaban Mesoamerika kuno. Mereka menggiling biji kakao panggang menjadi pasta yang dicampur air, vanila, cabai, dan rempah-rempah lain untuk membuat minuman cokelat berbusa.
Orang Mesoamerika kuno percaya cokelat adalah penambah energi dan afrodisiak atau zat yang mampu meningkatkan gairah seksual. Bangsa Maya menganggap kakao merupakan hadiah dari para dewa dan mereka menggunakan cokelat untuk upacara sakral dan persembahan pemakaman.
Saat orang-orang Aztec menyebar ke seluruh Mesoamerika pada 1400-an, mereka juga mulai menghargai kakao. Karena mereka tidak bisa menanamnya di Meksiko tengah yang berupa dataran tinggi kering, mereka pun berdagang dengan bangsa Maya. Penguasa Aztec, Moctezuma II, bahkan minum 50 cangkir cokelat sehari dari piala emas untuk meningkatkan libidonya.
Cokelat lalu diperkenalkan kepada elit Eropa oleh orang Spanyol pada 1500-an. Cokelat kemudian berkuasa sebagai simbol kemewahan, kekayaan, dan kekuasaan yang lezat.
Cokelat batangan yang terbuat dari mentega kakao, bubuk kakao, dan gula mulai diproduksi pada 1847 oleh perusahaan cokelat Inggris J.S. Fry & Sons. Perusahaan cokelat Cadbury’s menyusul produksi cokelat batangan pada 1854.
Hubungan Valentine dan cokelat mulai terasa pada 1840-an. Pada saat itu, mengutip dari History, Senin, 4 Januari 2021, muncul gagasan Hari Valentine sebagai hari libur di sebagian besar wilayah dunia yang berbahasa Inggris. Zaman itu merupakan saat di mana orang-orang Victoria menyukai gagasan cinta yang sopan dan saling menghujani kekasih dengan kartu dan hadiah yang rumit.
Dilansir dari laman laman Independent, orang-orang Victoria itu tahu cokelat bisa digunakan sebagai alat rayuan. Buku etiket dan pengiklan cokelat pada zaman itu mendorong pandangan pertukaran cokelat antara perempuan dan laki-laki adalah pernyataan cinta.
Memberi perempuan sekotak cokelat adalah cara bagi seorang pria untuk menunjukkan kasih sayangnya. Pada saat bersamaan, hal itu juga menunjukkan selera dan kebijaksanaannya dalam memilih kotak cokelat yang cocok.
Richard Cadbury, keturunan keluarga manufaktur cokelat Inggris, menyadari peluang pemasaran cokelat berikut kotaknya. Ia akhirnya menjual cokelat dalam kotak yang didekorasi indah yang ia rancang sendiri.
Sejak saat itu, cokelat bersama dengan gambar Cupid dan mawar diletakkan dalam kotak berbentuk hati. Meskipun Richard Cadbury tidak mematenkan kotak berbentuk hati itu, tapi diyakini secara luas dialah yang memproduksinya pertama kali.
Sejak saat itu pula cokelat identik dengan Valentine. Dilansir dari laman RetailMeNot, Selasa, 1 Februari 2022, survey yang mereka adakan menunjukkan 34 persen orang Amerika yang berada dalam hubungan menginginkan cokelat sebagai hadiah Valentine mereka.
AMELIA RAHIMA SARI